Chapter 22

6.4K 510 2
                                    


Aku lihat dari lantai atas bibi Lamia berlari keluar sambil mengusap kedua matanya. Sepertinya dia menangis. Aku rasa, ayah sudah memarahi wanita itu atas perlakuannya kepadaku.

Aku sudah menceritakan semuanya yang terjadi di kamarku ketika makan malam berlangsung. Aku mungkin menghancurkan makan malam itu, tapi itu adalah cara terbaik agar ayah tau siapa bibi Lamia itu. Setelah kejadian itu aku dan bibi Lamia tidak berbicara atau bertatapan sekali pun. Kabar baiknya aku, ayah dan juga kak Dylan akan pulang besok siang.

Maka dari itu aku berjanji, malam ini, sebisa mungkin aku akan mencari bukti agar semua kejahatan mu bisa terungkap bibi Lamia. Dia sudah membunuh anak itu dan ibunya sendiri.

Kini aku sedang duduk di atas ranjangku bersama dengan anjing kecilku. Sekarang jam menunjukan pukul 10 malam.

Aku sudah menyiapkan senter untuk menjalankan misiku karena sebagian rumah ini tidak diberi penerangan. Kalian masih ingat dengan jendela yang ada di samping balkon dan ruang bawah tanah waktu itu bukan? Oh iya, Aku sudah bertanya kepada ayahku tentang ruangan itu. Dia bilang itu hanya tempat penyimpanan anggur biasa. Tapi aku tidak percaya sebelum melihatnya sendiri.

Karena itu, malam ini aku akan pergi kesana untuk menyelidikinya. Sebelum itu, aku akan menunggu kak Dylan pulang, agar ia ikut bersamaku.

Dap..

Dap..

Dap..

Dap..

Dap..
(Suara orang melangkah dari luar)

Huh? Apa itu kakak?
Aku melangkah dan membuka pintu kamarku dengan perlahan. Saat aku menoleh, bukan sosok kak Dylan yang aku lihat. Melainkan wanita itu, tentu saja bibi Lamia.

Tunggu, mau kemana wanita itu? Langkahnya gontai ke kanan dan ke kiri seperti orang sedang mabuk saja.

Tanpa pikir panjang aku langsung mengikutinya dari belakang. Tapi kemudian wanita itu berlari, makin lama semakin kencang dan menghilang di dalam kegelapan rumah ini.

Hey, apakah dia tau kalau aku sedang mengikutinya? Sekarang, kemana wanita itu? Aku sudah kehilangan jejaknya.

Aku terus berjalan menyusuri lorong rumah ini, kanan kiriku hanya ada tembok dan beberapa pintu dibeberapa sisinya.

Yang terdengar hanya ada suara langkah kakiku dan hembusan nafasku.

PRAAAAAAANGGGGGGG!!

Langkah kakiku terhenti ketika ada suara yang memecahkan keheningan di dalam kegelapan ini. Suara apa itu? Dan dimana?

PRAAAAAANGGGGGGGG!!

Dan itu adalah bunyi yang kedua kalinya. Aku pun langsung mencari dan menghampiri sumber suara tersebut sampai aku sadar bahwa ternyata suara itu berasal dari dalam ruangan bawah tanah.

Aku nyalakan sebuah senter yang kini aku genggam.

Klik

Senter pun menyala dan aku telusuri setiap sisi ruangan ini. Apa ini??

Ya Tuhan, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Kenapa banyak sekali tulang dan rambut disini. Siapa yang melakukan semua ini?

"Aku fikir, kau tersesat Leia Gwyneth". Cahaya senterku menangka sosok seorang wanita yang sedang berdiri membelakangiku.

"Bi..bibi Lamia". Ucapku terbata bata saat melihat sosok bibi Lamia yang sedang mengangkat sebuah botol Bir yang bagian bawahnya sudah dipecahkan.

"Kenapa sayang? Kau terkejut bukan hahaha. Kau ingin bukti kan? Aku akan memberimu bukti malam ini juga". Ceracau wanita itu sambil menundukan kepalanya dan berbalik ke arahku.

"Apa maksudmu bibi Lamia?"

"Kemarilah Sayang, karena sekarang aku akan membunuhmu....". Bulu kudukku seketika merinding, bukan hanya karena ucapannya tapi karena matanya. Dia tidak memiliki mata!

Aku langsung berlari dan menjauhi bibi Lamia. "Kau bukan bibi Lamia! Kemana bibi Lamia yang asli?!". Bentakku.

Tapi dia malah berjalan mendekatiku.
"Apa yang kau katakan Le...

"DIAM! DAN JANGAN MENDEKATIKU!". Teriakku kepadanya.

"Aku Lamia sayang, kau ingin bukti bukan? SEKARANG AKU AKAN MEMBUNUHMU DAN ITU ADALAH BUKTI UNTUK MU LEIA GWYNETH!". Dia berteriak kemudian disusul dengan suara tawanya yang mengerikan dan menggema di telingaku.

Aku berlari secepat mungkin tapi wanita itu tetap mengejarku dari belakang. Sampai aku melihat ada sebuah pintu yang terbuka dan aku masuk ke dalamnya.

Dengan cepat aku langsung mengunci pintu dan menarik meja yang ada di dekatku untuk menahan pintu tersebut.

"Aku harap meja ini kuat untuk menahannya..". Tanganku gemetaran dan nafas ini terengah engah tidak beraturan.

Aku senderkan kepalaku ke tembok sambil mengatur nafas. "Ya Tuhan, sekarang apa yang harus aku lakukan?".

To be Continued..


Mohon maaf ya karena novel ini baru terbit hari ini karena author baru sembuh (•́-•̀٥) dan cuma mau ngasih info kalau sebentar lagi novel ini bakal Tamat loh(⌒_⌒). Happy reading guys jangan lupa Vote ya ( 'ิิ∇'ิ) karena bintang itu semangatnya author ❤.

Born For This (Now, you know) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang