Oneshot

1.2K 67 4
                                    

Gadis itu celingak-celinguk di ambang pintu kelasnya. Memperhatikan dengan seksama ke seluruh penjuru koridor kelas XI IPA. Dengan raut wajah yang kesal, menahan amarah yang sudah meletup-letup. Layaknya air yang tengah mendidih. Pasalnya, ini sudah yang keberapa kalinya dia dibuat kesal oleh teman seperjuangannya itu. Entah apa yang membuat orang itu senang sekali menjahilinya. Padahal, kelas X dulu mereka terbilang tidak cukup akrab karena memang tidak berada pada ruang lingkup kelas yang sama. Tetapi, semenjak kelas XI ini, dan mereka ditempatkan di kelas yang sama, tepatnya saat mereka waktu itu juga mendapat kelompok belajar yang sama, orang yang dimaksud mulai suka menjahili dirinya.

Tepat saat dia menoleh ke arah samping kanannya, dia dikagetkan oleh seseorang dengan menampakkan wajahnya yang konyol.

"BAAAAAA!!!"

"HUWAAAAA!!!" jerit gadis itu kaget sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Pemuda itu tergelak melihatnya. Lucu sekali, pikirnya. Setelah sadar siapa yang membuatnya kaget, dia langsung memukul-mukul lengan pemuda itu. Sambil meringis pemuda itu masih tetap tertawa.

"Ampun, ampun. Udah woy, biru semua nih, hahaha."

Gadis itu menghentikan tindakannya itu sembari memasang wajah kesalnya. Dan lagi-lagi pemuda itu tertawa.

"Elo itu gak ada kerjaan lain apa selain ngejailin gue mulu? Orang lain kek."

Pemuda tersebut memberhentikan tawanya dan kemudian melipat kedua tangannya di dada dengan tersenyum smirk yang menurut gadis itu berpikir, 'ewh, sok cool'.

"Gak. Gue mau balas dendam." Gadis itu mengernyitkan keningnya bingung. "Lo gak inget apa yang lo lakuin ke gue saat kita baru resmi jadi anak kelas XI?"

Melihat gadis itu menggeleng, pemuda jangkung berperawakan hitam manis tersebut tertawa sinis.

"Lo permaluin gue di koridor kelas XII IPA. Dan karena itu kakak-kakak kelas memandang remeh ke gue."

Ah, dia ingat. Kejadian itu hari pertama mereka resmi jadi anak kelas XI. Kalau tidak salah, mereka akan pergi ke ruang laboratorium Kimia yang letaknya tepat di lantai tiga. Dan lantai tiga itu adalah area-nya kelas XII IPA. Waktu itu kalau tidak salah –oh tidak, dia ingat, dia mendorong pemuda itu sampai jatuh disana. Jatuh terguling. Dan bukannya ditolong, tapi pemuda satu ini malah ditertawakan. Tanpa rasa kasihan pun, gadis itu juga ikut tertawa.

"Ingat 'kan, manis? Emang sih dulu gue masih rada kalem soalnya sifat kelas X masih kebawa."

Melihat gadis itu masih mematung, dia tertawa sinis –lagi. Kemudian dia merunduk menyamakan tingginya dengan si gadis.

"Lo tau apa yang mereka bilang ke gue? Gue ini cuma cowok lemah yang dijorokin cewek aja udah jatuh. Gue jatuh sih gakpapa, it's okay. Tapi harkat martabat gue sebagai cowok tertindas saat itu juga. Itu yang buat gue benci sama lo, dan gue memutuskan untuk mengganggu ketentraman hidup lo di sekolah ini, bila perlu, gue juga akan melakukan hal yang sama. Mempermaluin lo di depan umum, Alifya," ujar pemuda itu dengan nada tajam dan rendah yang membuat Alifya –Ify- merinding. Ditambah lagi tatapan tajam dan dinginnya yang bersirobok dengan pandangan mata Ify.

Tetapi hal itu tidak juga membuat Ify ingin terlihat lemah. Dia balas menatap ke mata itu dengan tidak gentar. Tubuhnya terhuyung ke belakang dikala pemuda itu melangkah melewatinya dengan menabrak pundaknya dengan sengaja.

Ify berdecak kesal. Dia bertekad untuk ikut dalam permainan yang dibuat teman –ah bukan, sekarang dia adalah rival. "I hate you, Mario," desisnya marah. Dan berjanji bahwa ia tidak akan jatuh cinta padanya.

I HATE BUT LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang