1 - Mata, Hidung, Bibir

26.9K 2.6K 410
                                    

Hi guys, sebelumnya aku mau sampaikan kalau yang aku upload adalah NOC versi lama dan bukan versi yang sudah aku bukuin.

Selamat membaca...💜

Pagi memang biasanya dilakukan tanpa senyum cerah. Aktivitas yang sibuk berlaku bagi banyak orang pada hampir seluruh kalangan. Kesimpulannya, pagi adalah permulaan menuju hari yang melelahkan.

Hyeobi sudah datang tiga kali ke perusahaan itu sejak dipanggil untuk melakukan tes hingga ke wawancara terakhir.

Seperti pelamar lainnya, tentu saja, Hyeobi juga mengharapkan satu-satunya kabar baik. Berhasil lolos dan mulai bekerja.

Sepertinya, dia memang satu-satunya kandidat yang terpanggil hari ini. Karena, cuma dia yang duduk menunggu di sebuah ruang tunggu kosong penuh kursi.

Hyeobi sengaja duduk di tempat paling pojok, berdekatan dengan pintu berada. Sebelum gilirannya datang, seseorang yang sedang melakukan panggilan telepon memasuki ruangan tersebut.

"Tidak bisa!" Seorang pria dengan setelan jas rapi, memangku pinggang."Kesepakatannya sudah dilakukan jauh-jauh hari. Dan aku tidak terima kalau itu dibatalkan."

Dari caranya bicara Hyeobi menyimpulkan kalau pria itu sedang berdebat di telepon.

Tanpa pria itu sadari, ketika tangannya bergerak terlalu kencang sebuah benda kecil dari lengannya terpental dan tak sengaja terinjak oleh sepatu Hyeobi sampai cacat.

Wanita itu menyadarinya sejak sepatunya dirasa membuat benda kecil itu tertindas. Dengan cepat, Hyeobi mengangkat sepatunya dan memungut benda itu. "Manset?" bisiknya, sambil memicingkan mata. Namun sayangnya, manset itu telah patah.

Tanpa Hyeobi sadari lagi, pria itu telah berhenti bicara di telepon dan kini sedang terang-terangan menatapnya.

Mengerjapkan mata, Hyeobi segera bangkit untuk menyerahkan manset itu. "Maafkan saya Tuan. Benda ini sudah berada di bawah kaki saya tanpa disadari."

Awalnya, pria itu hendak tidak mempermasalahkan insiden kecil ini. Namun, setelah menatap wajah Hyeobi otomatis itu memunculkan sesuatu di kepalanya.

Semacam ketertarikan alami yang terjadi pada pertemuan pertama.

Matanya mengerjap. Sambil masih terus terasa ada sebuah getaran memasuki ruang pikirnya. "Kau tahu berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan benda ini, Nona?"

Mendengar penjelasan arogan dari sang pemilik manset, otomatis membuat dahi Hyeobi berlipat-lipat. Dia tak terima kalau insiden ini dilimpahkan sepenuhnya padanya yang seharusnya tak bersalah. "Hei Tuan," kakinya melangkah satu jengkal. "Tidak peduli berapa banyak uang yang kau habiskan untuk membeli benda kecil ini. Yang jelas, benda itu terjatuh sendiri dari lenganmu, datang sendiri ke kakiku. Tolong simpulkan siapa yang sesungguhnya bersalah di sini?"

Pria itu memicingkan mata. Getaran yang terjadi pada dirinya tiba-tiba melonjak naik setelah mendengar Hyeobi berbicara dengan tegas. Di matanya, wanita itu terlihat jauh lebih menarik ketika marah. "Tetap saja, kau sudah merusaknya sampai patah. Aku mengajukan ganti rugi sebanyak lima puluh persen!"

Dengan tatapan tak percaya, Hyeobi menyerahkan manset pada tangan pria itu tanpa mau berkompromi lebih jauh.

Mengabaikannya, Hyeobi kembali ke kursi tempatnya duduk. Bersamaan dengan seseorang yang datang dari arah pintu memanggilnya untuk melakukan sesi wawancara.

Kali itu, Hyeobi mengucap banyak syukur dan berharap tak bertemu dengan pria itu lagi.

***

"Apa? Ruang sajang?"

Number One Climax [OLD VER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang