Prolog

20 1 1
                                    

TEEN FICTION

Sepi, berharap ada keributan yang membuat semua menjadi lebih sibuk dan ricuh. Berharap menjadi sebuah kegembiraan dalam hangatnya tawa . dan berharap jika daunpun jatuh seperti gelas pecah. Jika ini bisa membuat ricuh kenapa tidak?

Jika hujan datang bisa saja semua menjadi lebih bising. Asal kalian tahu kalau hujan itu indah. Dia akan menutupi segala kesedihan kesedihan dan mengerti akan keadaan. Udara dinginnya membuat kulit ini ikut merasakannya. Semua seperti paham akan keadaan ini. Rintikan air hujan membuat irama tersendiri. Membuat kita terbawa alunannya, ikut menghangatkan dalam kedinginan dan mata perlahan akan ikut untuk merasakannya.

Terkadang setelah hujan selesai, pelangi datang. Seperti membawa surat yang berisikan kegembiraan. Pelangi itu hebat. Kombinasi warnanya membuat orang tertipu, saat dilihat hanya ada warna merah, kuning, dan hijau. Tapi, disela-sela 3 warna tersebut terdapat warna lain yang sebenarnya mendukung tiga warna tersebut. jingga tidak pernah marah kalau dia tidak diakui. Nila juga tidak marah kalu dia tidak diingat. Hanya saja kita yang melupakan mereka.

Musim panas membuat orang-orang yang tinggal di tempat kurang air menjadi orang yang kuat. Musim hujan membuat orang-orang yang tinggal di tempat rendah menjadi susah tidur, takut jika tiba-tiba membuat rumah mereka terendam air. Musim dingin, ntahlah bagaimana rasanya. Tapi, mungkin orang-orang akan butuh kayu untuk menghangatkan rumah mereka dan secangkir teh untuk menghangatkan tangan dan jari-jemari mereka. Musim semi, ntahlah bagaimana rasanya. Tapi, mungkin orang-orang akan gembira melihat halaman mereka yang bersemi. Hijau, ceria, merah merona dan udara yang menambah semangat mereka.

Berisiknya bunyi klakson di jalanan membuat perasaan ini tenang. Memang aneh bagi kebanyakan orang. Tapi, ini sungguh. Hanya saja udara yang membuat sedikit risih dan terganggu. Hanya saja rumah ini tidak seperti jalanan yang bising itu. Tak apalah, tak usah di risihkan. Bagaimanapun juga semua ini akan tetap berjalan. Akan tetap berlangsung sebagaimana layaknya. Ya, hanya saja semua ini tidak menyenangkan.

Semua ini memang butuh proses yang panjang hingga mencapai suatu hasil yang memuaskan. Dan saat ini berusaha untuk tidak merasakan kesepian yang mendalam. Harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan yang gelap ini. dan sungguh kesepian itu memang tidak menyenangkan dan tidak mengasyikan. Sungguh sungguh tidak.... Sungguh butuh suatu proses. Suatu proses.

Menggambar langit biru dengan dihiasi burung yang terbang memang mengasyikan bagiku. Dan takkan pernah membuatku bosan atau sepi. Biru yang berpadu dengan kilauan cahaya itu memang indah. Sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dan dirumah ini, sepi.

Sebenarnya ada adikku. Tapi, ia terlalu sibuk dengan game dan social medianya yang tidak pernah membuatku tertarik sama sekali.

"kak, pinjam pulpen biru dong?" Nabil, adik laki-lakiku yang super duper cuek dan sering membuatku kesal.

Sebenarnya aku tidak berniat untuk menjawab pertanyaannya karena aku tau nanti akan terjadi pertempuran yang tidak diinginkan.

"KAK, ada ngak sih? Butuh banget nih"

"....." aku sungguh malas meladeninya. Dan aku hanya diam.

"oke. Aku obrak-abrik nih kamar ya" dia mulai gila.

Aku sungguh tidak mengerti anak ini. Di kerasin ngelawan, di diamin ngajak berantem. Oke dari pada tambah banyak masalahnya aku terpaksa memberikan pena biru yang ia cari.

Seperti itulah aku dan rumah sepiku. Aku ingin merasakan kehangatan dari rumah ini seperti di rumah temanku yang penuh dengan canda, tawa, kegembiraan dan hal-hal lain yang membuatku betah untuk tinggaal. Tapi, semua itu tidak akan pernah didapatkan di rumah sepiku.

Keseharianku sama saja seperti gadis remaja lainnya. Pergi ke sekolah dengan setumpuk buku, belajar, pergi jalan dengan teman sebaya dan pulang membawa segudang pr. Itu saja, tak ada bedanya. Tapi, sudah enam bulan belakangan ini aku merasakan perubahan dari dalam diriku sendiri yang tidak dapat aku mengerti. Mungkin dulu pergi bersama teman sebaya adalah hal yang paling aku tunggu. Namun, sekarang hal tersebut tidak pernah masuk dalam jadwal keseharianku. Penyebabnya karena......

***

Mungkin aku akan takut untuk mengigat semua ini. Kejadian itu selalu menghantuiku. Aku sungguh benar-benar takut untuk mengigatnya, takut untuk membayangkan semua itu dan berharap agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi. Dan semua itu menjadi awal bagiku untuk takut berbicara dengan orang lain. Takut untuk mengeluarkan suara ini.

Aku sering dipanggil guru BP, karena tidak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru-guru yang masuk. Semua itu karena memang aku tidak menginginkannya. Begitulah aku jika saat menerima pelajaran di sekolah.

Dikelas aku hanya sendiri, itu semua memang kemauanku. Aku tidak berharap ada yang menemaniku, tidak berharap ada orang yang selalu ada disampingku. Yang aku mau hanya satu, tidak usah urusi masalahku.

Aku memang egois, tidak toleran dan tidak bisa memahami. Tapi, dulu mungkin tidak. Dan semua itu karena................

ENAM BULAN YANG LALU
.........

Itu prolog nya aja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CIERARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang