Disini aku berada.
Bersamanya tentu saja. Orang yang paling kusayangi hingga ke tulang rusukku, Oh Sehun. Duduk diatas trampolin di halaman belakang rumahnya, sama seperti waktu kecil dulu. Sungguh, aku tak bisa membayangkan jika aku ataupun Sehun harus pergi jauh dan berpisah. Itu adalah 2 kata yang paling anti dalam hidupku. Harus kutekankan, aku selalu berada dengan Sehun setiap waktu.
Jadi, wajar bukan kalau aku bilang aku anti terhadap 2 kata tadi?
Tapi, sepertinya ke-anti-an ku ini akan menjadi nyata sebentar lagi. Lebih tepatnya besok. Besok, hari yang benar-benar tidak ingin aku jalani. Ya, besok. Aku harus pergi melanjutkan beasiswaku di negeri seberang sana, Prancis, dan, harus berpisah dengan Sehun, sahabat kecilku yang biasa ku panggil Hunnie, yang sekarang sedang terdiam sekarang karena aku memberitahukannya bahwa aku harus pergi.
Jangan salah, Sehun itu hanya sahabatku.
Aku mencintainya, tapi aku tidak akan pernah bisa untuk bilang padanya tentang perasaanku ini. Aku takut persahabatan yang kami buat sejak kecil ini akan hancur jikalau membawa cinta--dalam artian cinta seorang lelaki pada wanita, bukan cinta antara sahabat yang benar-benar hanya sahabat, tanpa ada perasaan lain--didalam sebuah hubungan persahabatan.
Klise? Memang, tapi itulah yang terjadi padaku dan Sehun. Aku tau, jika aku memberitahukannya, dia mungkin saja akan menjauh dariku, atau yang lebih parah, membenciku. Tapi itu tidak sepadan dibanding memendam perasaan ini bertahun-tahun. Sudah kucoba untuk menghilangkannya, tapi tetap tidak bisa. Dia, sungguh tidak ada yang bisa menggantikan dia.
Sehun masih terdiam. Dia menggenggam tanganku dengan erat. Hangat dan nyaman, ini bahkan lebih berat untuk meninggalkannya dari perkiraanku. Dia menatapku lekat, tapi aku tak sanggup untuk balik menatapnya. Aku sedang berusaha menahan sesuatu yang mungkin bisa saja jatuh kapanpun ia mau ketika melihat mata Sehun, air mata.
"Kenapa kamu baru bilang kalau mau pergi?" Itu kalimat pertama yang Sehun keluarkan setelah 15 menit aku memberitahukannya tentang kepergianku. Setelah dia hanya terdiam sambil terus menggenggam tanganku dan mengusapnya.
Aku pikir, dia tidak mau berbicara padaku lagi.
"Mengapa diam saja?"
Sehun, jangan membuatku semakin ingin meninggalkanmu."Aku takut kau marah jika aku pergi, maaf Sehun." Lirihku sambil tetap menunduk, memandang tanganku yang sedang digenggam oleh tangan Sehun.
"Kenapa meminta maaf? Memangnya kau ada salah padaku?"
"Eumm, tidak, t-tapi-"
Oh tidak, jangan sekarang. Runtuh sudah pertahananku didepan Sehun. Air mata yang sudah kubendung sekuat tenaga, malah mengalir dengan lancar.Sehun terlihat kaget saat aku menangis, dia langsung menarikku kedalam pelukannya, merengkuhku, dan menepuk-nepuk pundakku.
"Jangan menangis, jangan menangis. Jika kau menangis, itu berarti sama saja kau menyuruhku untuk ikut denganmu pergi ke Prancis, kau tau? Tiketnya mahal, kalau kau mau membayarkannya sih tidak apa." Sehun tertawa kecil, bercanda, mencoba menghiburku, tetap mengusap-usap punggungku dengan lembut.
Aku semakin memeluknya erat, mencari kehangatan, kehangatan yang mungkin tidak dapat kurasa lagi selama aku disana. Mengendus bau harumnya yang mungkin tidak dapat kucium lagi selama aku disana.
Aku akan benar-benar merindukanmu, Oh Sehun.
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN TO HIM (Completed)
FanfictionDan pada akhirnya, aku akan tetap kembali kepadamu. ••• October, 9th 2016. Copyright© 2016 by aeri48