Punya pacar ketua osis itu suatu kebanggaan sendiri buat seorang yoon jeonghan. Tampan, pintar, dipercaya kepala sekolah dan para guru, bahkan sampai terkenal di kalangan orang tua murid, adalah secuil dari penggambaran sosok seorang choi seungcheol, pacar pertama jeonghan ('Dan pacar terakhir', begitulah yg selalu didoakan jeonghan tiap kali dia selesai mencuci kakinya dan menyelimuti tubuhnya).
Kalau dibilang sayang, jeonghan sangat menyayangi seungcheol. Kalau dibilang cinta, apalagi! Jeonghan cinta setengah mati!
Tapi namanya juga pacar pertama, rasa nervous dan deg-deg'an waktu dekat dengan sang pacar, bikin jeonghan sedikit kikuk.
Apalagi jeonghan cuma sekedar murid biasa, yg tidak ada keistimewaan apapun, bahkan cenderung tidak bisa dibanggakan di kalangan ibu-ibu. Jadi, dia sedikit minder dan tak menyangka, saat seungcheol memintanya untuk jadi pacarnya sebulan yg lalu.Oya, satu lagi kerugian jadi pacar ketua osis adalah, mereka harus berpacaran diam-diam. Bukan permintaan seungcheol, tapi seratus persen asli merupakan permintaan dari jeonghan. Fans wanita seungcheol yg bejibun, membuat jeonghan bergidik ngeri membayangkan apabila mereka tau, sesosok debu sepatu seperti jeonghan adalah sang empunya pemilik hati seorang choi seungcheol.
".....han-ah? Jeonghan-ah?"
"Mmh, ya?"
"Kamu melamun lagi."Astaga! Jeonghan kesal dengan dirinya sendiri. Dia lagi-lagi melamun di saat seungcheol sedang mengajaknya makan malam di tempat paling romantis yg pernah jeonghan tau.
Kalimat yg diucapkan seungcheol barusan bukanlah sebuah pertanyaan, melainkan pernyataan yg dilengkapi dengan nada kesal dan wajah terlihat sedikit kecewa.
"Maaf cheol-ah. Barusan kamu menceritakan tentang apa?"
"Perkemahan kita minggu depan."Mengingat perkemahan yg merupakan agenda tahunan di sekolahnya, membuat jeonghan menghela napas panjang, dan tanpa sengaja, helaan napas itu membuat lilin yg menyala di meja untuk menambah semaraknya suasana makan malam romantis, tiba-tiba padam.
Seungcheol tertawa melihat itu semua. Kecerobohan jeonghan adalah salah satu hal yg sangat khas pada diri laki-laki cantik itu, dan seungcheol hampir terbiasa dengan itu semua. Bahkan bisa dikatakan, jika jeonghan sedang tidak ceroboh, maka jeonghan sedang sakit.
Jeonghan yg melihat seungcheol tertawa, seakan-akan tersihir dengan wajah tampan itu. Matanya yg menyipit, deretan gigi yg terlihat rapi, bentukan rahang indah yg terbuka lebar, nada tawa yg menggelitik, membuat tubuh jeonghan seperti tersiram air dingin yg menyejukkan kerongkongan yg kering.
Jeonghan masih nemperhatikan dengan seksama kontur wajah kekasihnya, tapi dia tidak bisa mendengar apa yg sedang dikatakan seungcheol.
Benar bibir itu sekarang membuka dan menutup untuk membentuk sebuah kalimat panjang, tapi jeonghan seperti orang tuli. Dia hanya sanggup mengagumi wajah seungcheol, tanpa tau apa yg dibicarakan kekasihnya.
"Dan kamu pun melamun lagi. Sebaiknya kita pulang sekarang. Mungkin kamu terlalu lelah mendengarku berceloteh."
Nah kan seungcheol marah!
'Maafkan aku cheol-ah, aku hanya terlalu sibuk mengagumi wajahmu, sampai-sampai mengabaikan pembicaraanmu.'
Ingin rasanya semua kalimat itu terlontar dari kedua bibir tipisnya, tapi jeonghan hanya diam. Melihat wajah kecewa seungcheol, jeonghan tak ingin membuat pacarnya semakin kecewa dengan sosok aslinya. Seseorang dengan creepy personality. Mana ada orang waras yg mengagumi pacarnya sendiri dengan cara yg aneh sepertinya? Jeonghan merasa seperti seorang sasaeng. Hmph...
Dengan hati berat dia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri seungcheol yg sedang membayar di kasir. Tangannya kemudian menarik baju seungcheol bagian belakang, masih dengan ekspresi penyesalan.
'Jika seandainya aku tidak terlalu sibuk menatap wajahnya dan mau mendengarkannya bicara, aku yakin makan malam ini tidak akan berakhir tragis begini. Tapi apa daya, wajah tampannya adalah kelemahanku'.
***
"I love you, baby."
Selain matanya, pelukan seungcheol adalah satu hal lain yg membuat jeonghan jatuh cinta lagi dan lagi dengan pacarnya.
Kedua lengan seungcheol yg kekar, memeluknya erat, memberikannya sebuah sensasi kenyamanan dan rasa aman, membuatnya merasa terlindungi dari segala hal jahat yg akan mengganggunya.'Bagaimana aku bisa hidup selama ini, saat aku belum bertemu dengannya dan mengenal pelukannya, adalah sebuah hal yg misteri.'
"Ada apa? Sudah kesekian kalinya aku mendengarmu menghela napas hari ini. Ada yg mengganggumu?"
"T-tidak, tidak ada apa-apa. Hati-hati ya pulangnya. Jangan ngebut. Pakai kacamatamu. Minusmu semakin bertambah kurasa. Kuperhatikan kau beberapa kali memicingkan matamu saat menyetir tadi."
Diraihnya kedua sisi wajah jeonghan, dan diciumnya bibir tipis yg penuh perhatian itu. Lama. Dan jeonghan meleleh. Kakinya terasa lemas. Kedua lengannya di telisipkannya ke bahu seungcheol, tak lupa lengan kuat seungcheol memeluk pinggang kecil itu.
"How can I not love you, when you're being like this, baby? I hope you can be more open and share your thoughts, so I know what happened in your beautiful head."
"Hah?"
Jeonghan yg nilai bahasa inggrisnya pas-pasan hanya mengerutkan alisnya. Yg dia tau hanya baby dan beautiful.
'Apa seungcheol sedang memuji kecantikanku? Kalau iya, kenapa raut mukanya sedih? Wajah cantikku bikin pacar sendiri sedih ya? God, pathetic sekali hidupmu yoon.'
Seungcheol hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. Sambil mencium dahi jeonghan, dia menggumamkan selamat malam dan pergi meninggalkan laki-laki berambut sebahu yg masih bergelut dengan perasaannya yg campur aduk.
***
Stop menatap wajahnya!
Perhatikan dia bicara, duh!
Jeonghan bingung mau menuliskan apalagi di buku catatan kecilnya itu. Hanya dua kalimat itu yg berhasil dia tulis untuk mewakili perasannya hari ini.Menjadi pacar seorang choi seungcheol membuat dia mengganti alih fungsi buku catatan kecilnya yg berisikan jembatan keledai untuk beberapa mata pelajarannya, menjadi catatan kecil untuk hatinya.
Catatan itu dimulai saat kali pertama jeonghan bertemu dengan seungcheol. Saat jeonghan hanyalah seorang murid pindahan di tengah semester dan tersesat saat harus mencari ruang guru, seungcheol-lah yg mengantarkannya. Jika diruntut lagi ke belakang, cinta pada pandangan pertama adalah jenis cinta yg mendeskripsikan perasaan jeonghan saat bertemu dengan seungcheol.
Senyumannya yg ramah, wajahnya yg bersahabat, dan genggamannya yg hangat, adalah yg membuat jeonghan merasa ingin mengenal sosok itu lebih dekat.
Apalagi pada siang harinya saat pulang sekolah, dan langit mengguyurkan air asamnya ke tanah, jeonghan yg masih harus menunggu hujan reda untuk bisa berjalan pulang, merasa sangat beruntung saat suara berat itu memanggilnya.
"Hei anak baru, payungku cukup besar untukmu dan aku. Yg penting kita bisa segera sampai ke rumah kan?"
Jeonghan tau seungcheol berbohong, dilihat dari lengan kanan jeonghan dan punggung seungcheol yg basah karena payung itu terlalu kecil untuk mereka berdua. Tapi jeonghan bahagia. Dia tidak merasa dingin sama sekali, walaupun bajunya basah kuyup. Karena lagi-lagi ada senyuman tampan itu yg bisa membuatnya hangat.
"Sampai jumpa besok, anak baru. Aku akan menjemputmu, dan kita bisa berangkat ke sekolah sama-sama, agar kau tidak tersesat lagi."
***
"Sayang kamu, cheol-ah."
Jeonghan bergumam hingga akhirnya tertidur, masih dengan wajah tampan seungcheol yg berputar-putar di belakang matanya dan catatan kecilnya di samping kepalanya.
TBC
Jangan harap gw fast update di sini :D
ini cuma sekedar sneak peek aja..kalo mau baca lanjutannya silahkan baca di IG jeongcheol_fanfic hihi~
Dan lewat ff inilah..pembaca yg udah ngikutin gw jd penulis abal-abal dari awal yg ngerasain adanya perbedaan dari gaya gw nulis..
Katanya sih lebih ringan..lebih ngalir gitu..
KATANYAAA LHO YAAA :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Has Become One!
FanfictionFORMULA MATEMATIKA YOON JEONGHAN (punggung x bora-bora) : hujan = cinta a new series from meh~ inspired by isamijae - handsome and gentle same plot different writing style...different couple^^