Aku membuka mata perlahan, mendapati sinar matahari langsung menyorot masuk dari celah tirai yang terbuka. Samar-samar, aku memandang tempat ku berada. Kamar dengan corak warna coklat kayu ini, bukan kamarku. Ini seperti... kamar kak Andrew.
Aku menyingkirkan selimut dari atas tubuhku dan menoleh pada jam weker yang terletak di meja sebelahku, yang ternyata sudah jam tujuh lewat seperempat.
Aku berlari keluar dari kamar kak Andrew dan mendapati kak Andrew sedang sarapan sendirian dengan pakaian yang sudah rapi.
"Kak," sapaku, seraya menarik kursi di sebelah kak Andrew.
"WOOAHHH.. KAMU SIAPA?" Tanya kak Andrew berteriak panik, seraya berdiri dari kursinya dan melayangkan garpu yang dipegangnya tadi ke arahku.
"Kak, ini aku Cassie."
"Aahh, Cassie rupanya.." gumam kak Andrew, namun masih dengan suara bergetar. "Kamu sudah bangun?"
"Iya, kak. Kenapa kak Andrew takut gitu? Apa semalam.." jedaku. "Stacy keluar?"
"Iya dia keluar semalam" cetus kak Andrew, kesal. "..dan dia hampir aja perkosa kakak." Kemudian kak Andrew kembali duduk disebelahku.
Aku diam sebentar, kemudian kembali menatap kak Andrew. "Seriusan kak? Jadi, Stacy benaran keluar semalam?"
"Iya dia keluar, Cas." Jawab kak Andrew. "Untung semalam kakak cepat-cepat kabur dan ngunci si maniak itu di dalam kamar."
Aku mengerucutkan bibirku dan menempelkan sikuku di meja, menopang daguku. "..gimana ya kak caranya biar Stacy gak keluar lagi? Aku takut, kalau nanti aku bakalan hancur karena dia."
Kak Andrew mengambil gelas yang berisi air putih, meneguknya dalam sekali teguk, kemudian berkata, "Kakak juga heran. Kenapa pribadimu itu seorang maniak ya?" Tanya kak Andrew padaku. Aku mengedikkan kedua bahuku, karena aku memang tidak tahu jawabannya apa?
"Jadi, kapan kita akan menemui dokter yang kak Andrew dapat disini?"
"Mungkin nanti sore," jawab kak Andrew. "Kamu siap-siap aja nanti sore ya, biar langsung pergi pas kakak balik dari kantor."
"Yes, sir."
**
Seharian ini, aku hanya bolak-balik melakukan makan, tidur dan nonton. Benar-benar membosankan. Entah sudah berapa lama aku menghabiskan waktu membosankan ini, akhirnya waktu untuk bersiap-siap tiba. Selesai merapikan diri, hal yang terakhir kulakukan sebelum keluar dari kamar adalah memoleskan bedak dan lipgloss tipis di bibirku.
Aku bersigap keluar kamar dan kembali ke ruang tamu, menonton dan memakan snack-ku sembari menunggu kepulangan kak Andrew.
Suara mesin mobil kak Andrew terdengar masuk ke pekarangan rumah. Aku segera mematikan televisi dan menyambut kak Andrew di pintu.
"Kamu sudah siap?" Tanyanya sekilas, kemudian melengos masuk ke dalam rumah.
"Udah." Jawabku, sembari mengikuti kakakku itu, yang berjalan ke arah kitchen island.
"Kamu masuk saja duluan ke mobil, kakak cuma mau minum sebentar!"
Setelah kak Andrew mengatakan itu, aku langsung menuruti kata-kata kak Andrew, menunggunya di dalam mobil. Tidak lama menunggu, kak Andrew masuk ke kursi pengemudi, memakai seatbelt-nya, kemudian menatapku. "Kakak gak bisa nemenin kamu disana nanti, Cas. Gak pa-pa, kan?"
"Kenapa?"
"Kakak masih ada meeting ketemu klien jam 6," jawabnya dengan raut wajah menyesal, sambil membawa mobil melesat pergi dari pekarangan rumah. "Kakak mau nemenin kamu di hari pertama konsultasi, tapi.."
"Yaudah sih, kak" balasku. "..aku ngerti."
"I'm sorry.."
"No problem, kak. Gak usah lecek gitu deh, mukanya." Balasku dengan senyuman tipis, walau sejujurnya aku sedikit kecewa. "Tapi.. entar aku pulangnya sama siapa?"
"Minta anter pulang sama dokter itu aja ya? Kakak udah kenal dekat kok sama dia, beberapa tahun terakhir sebelum kita pindah kesini."
"Kok bisa?"
"Sebenarnya, kakak dikenalin dokter itu sama paman Daniel." Jawab kak Andrew. "Jadi kami udah deket, gitu. Dan kakak udah bilang kok, tentang penyakit D.I.D itu sama dia. Dan dia bilang, dia bisa."
"Tapi enggak, ah." Tolakku. "Lebih baik aku naik taxi aja kak, daripada dianterin sama dokter itu. Ya?"
"Terserah aja kamu aja, Cas. Kamu kan udah gede," balas kak Andrew, terkekeh. "Udah gede, kan?"
"Berisik" aku mengerucutkan bibirku. Dasar.
Tak terasa, mobil kak Andrew sudah berhenti tepat di depan gedung rumah sakit. Aku langsung pamit pada kak Andrew dan masuk ke dalam rumah sakit besar ini, tanpa menunggu mobil kak Andrew pergi terlebih dahulu.
Yang kucari pertama kali setelah masuk ke dalam rumah sakit adalah meja informasi. Aku belum tahu sama sekali dimana ruangan dokter itu.
"Permisi," sapaku ramah pada suster yang menjaga di meja informasi.
"Apa ada yang bisa kami bantu, mbak?" Sahut suster itu, ramah.
"Saya mau nanya ruangan dokter psikiater muda yang terkenal itu. Dimana ya?"
"Ohh... dokter Niell ya?"
"Ya.. mungkin kali ya, sus?" Tanyaku balik padanya. "Soalnya saya juga belum tahu nama dokter itu.."
"Oh.. itu mbak, tinggal ikuti garis yang warnanya merah aja yang disana." Tunjuknya, dengan jari telunjuk. "Pasti nyampe ke ruangan dokter Niell itu kok, nanti."
"Oke, makasih ya sus."
"Sama-sama, mbak." Balas suster itu. "Nanti pas nyampe disana, jangan lupa berkedip ya, mbak!" Suster itu kemudian terkekeh. Aku mengabaikannya, memilih langsung menuju ke ruangan dokter itu.
Kakiku berhenti, tepat saat garis merah itu terputus. Aku mengikuti garis merah itu. Melirik ke sisi kananku, menemukan di pintu yang bertengger papan bertertuliskan Dr. Niell James Henderson.
Aku memutar gagang pintunya dan masuk ke dalam. Ruangan ini kosong. Tidak ada seorang pun di dalam. Aku memberanikan diri untuk berputar dalam ruangan luas ini. Ruangan yang menampilkan kesan laki-laki, bercorak hitam-putih, benar-benar memukau mata. Cantik dan sangat nyaman.
Saat asik melihat-lihat sekeliling, aku menangkap satu pintu yang masih tertutup terletak di pojok ruangan. Sepertinya, itu adalah ruangan untuk memeriksa pasien atau mungkin.. kamar mandi.
Aku penasaran, mungkin saja dokter itu sedang berada di ruangan itu, bukan? Tidak mungkin dokter itu meninggalkan ruangannya di waktu sore seperti ini. Kalaupun dokter itu sudah pulang, sudah pasti suster tadi akan memberitahuku, kan?
Aku menyentuh gagang pintu itu, tapi sebelum aku benar-benar memutarnya, gagang itu berputar duluan dan terbuka. Langsung saja, aku mundur karena kaget.
Tidak kuketahui sejak kapan, sosok tubuh besar dengan rambut berantakan, sudah berdiri di hadapanku. Dan satu hal yang membuat aku terkejut, serta menutup mataku. Dia tidak memakai bajunya.
"Kyaaaaa..."
***
Terbit di wattpad [7 Desember 2015] - Diperbaharui [04 Agustus 2016]
Note: Voment kalian aku tunggu ya guys...
Thanks For Reading )))
YOU ARE READING
Dissociative Identity Disorder
Storie d'amoreAku Cassie Laurent Hariston.. Aku mempunyai dua kepribadian ganda. Dan kalian tahu apa saja? Pribadiku yang asli, seorang periang dan cukup pandai bergaul. Pribadiku yang lain, seorang maniak seks yang selalu berusaha untuk menghan...