Lihatlah Aku!

1.5K 13 8
                                    

<Author POV>

Aku selalu menyertakan lagu yang aku pikir cocok sama scene di tiap chapter. Lagunya dari lagu jadul sampe yang baru. Well, happy reading ^^

****

<Dhe POV>

Hah!

Aku sudah menghela nafasku dalam-dalam untuk ke sekian kalinya. Makan malam dadakan ini membuat repot aku dan adik-adikku. Bahan makanan di rumah hanya tinggal sedikit, sedangkan mereka  memutuskan untuk makan malam di rumahku sebelah pihak. Mereka benar-benar menyebalkan. Apa mereka tidak memikirkan keadaan rumahku?

"Sudah, mbak Dhe nemenin tamu-tamunya, mbak Dhe aja," kata Arin sambil memotong-motong sayur.

Aku masih sibuk memotong-motong cabe. Aku tidak ingin berada di tengah-tengah suasana yang mencekam di luar sana. Biarlah aku memasak saja.

"Dhea!!" teriak Rene langsung menggelayutkan lengannya dileherku.

"Ngapain kesini? Di luar aja Re," kataku sambil meyingkirkan lengan Rene dari bahuku.

"Mmm.. Mending bantu-bantu di dapur aja," katanya kemudian mencicipi kuah kaldu yang di buat adikku.

"Enak, Rin," katanya sambil mengucek kepala Orin.

"Itu Arin yang buat kak Rene," kata Orin sambil memanyunkan bibirnya. Dasar Orin, apa dia tidak sadar kalau dia adalah anak cowok. Dia lebih tua beberapa menit dari Arin, tapi lebih dewasa Arin dari pada dia.

"Ah, sama aja," kata Rene lalu ketawa.

Aku menghela nafasku lagi. Ini harusnya menjadi hari spesial buat aku. Kenapa semuanya berjalan tidak normal dan menyebalkan?

Ting tong..

Bel rumah pun berbunyi.

"Def, bukain pintunya!" teriakku dari dalam dapur. Aku malas berjalan melalui ruang tamu dan menikmati suasana yang sangat tidak mengenakkan.

"Paman!" teriak Adit dari luar. Aku memberikan pisau kepada Rene.

"Lanjutin Re," kataku kemudian berlari menuju depan pintu.

"Bapak!" Aku lalu memeluk Bapak Koki. Dan menariknya keluar dari kuburan.

"Ayo pak, ke dapur aja," kataku lalu menggiring Bapak koki ke dalam dapur.

"Bapak bawa daging nih. Wah harum banget. Kuah kaldu siapa yang bikin?" tanya Bapak. Arin pun mengacungkan tangannya. Kami memulai lagi pekerjaan kami. Menu malam ini adalah daging masak kecap degan sop kuah kaldu. Aku memotong-motong daging menjadi potongan-potongan kecil.

"Sini Dhe, biar gue bantu," kata Adit yang entah kapan sudah berdiri di depanku.

"Nggak usah. Jarimu masih sakit kan," kataku kemudian masih tetap mengiris daging.

"Defri! Bantuin aku bersihin sayuran!" teriak Rene.

Aku pun melirik ke arah Rene dan Defri. Mereka kembali menunjukan kembali kemesraannya.

"Bodo ah kamu, nyuci sayur aja nggak bisa," kata Defri sambil mengacak rambut Rene. Cih, kalau sama aku aja, dia pasti nabok kerjaannya.

Ahh!! Teriakku, tanpa sadar aku sudah mengiris jariku.

Adit mengambil jariku yang teriris pisau lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Aku memukul kepalanya, hal ini membuat langit-langit mulutnya tertusuk jariku. Dia pun terbatuk-batuk.

"Gue cuman mau nolong," katanya setelah megeluarkan jariku dari mulutnya.

"Tapi jorok bego!" teriakku lalu mencuci tanganku ke dalam wastafel. Adit masih mengoceh namun aku tidak mendengarnya. Aku melirik ke arah Rene dan Defri. Defri melihatku iba.

Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang