Episode - Berburu Monster Kastil Tua

38 3 5
                                    

Tiga anak remaja berdiri di depan pagar besi kastil tua yang sedikit berkarat dan penuh lumut. Cuaca malam hari membuat bulu kuduk bergidik.

Ken, Bisma dan Larasati adalah tiga anak remaja yang bersahabat yang suka berpetualang. Ken adalah anak yang penakut. Rambutnya hitam jabrik. Sementara Bisma adalah anak yang serius. Tidak jarang dia selalu membawa perkakas yang berisi peralatan detektifnya. Larasati

berambut pirang, gadis yang penuh semangat, cerdas dan memiliki rasa penasaran yang tinggi. Usia mereka bertiga sama. Dalam petualangan mereka selalu saja menemukan misteri-misteri yang tidak terduga. Mereka akhirnya menyebut kelompok mereka sebagai Ozama Kappa yang disingkat OK, sebenarnya jauh dari hal yang berbau misteri. Mereka terinspirasi ketika menonton kartun monster.

Mereka bertiga ingin membuktikan jika di kastil tua tersebut tidak ada hantu, monster, juga suara-suara mengerikan.

Ken mengambil peralatan dari dalam ranselnya. Dia mengambil tiga buah senter, beberapa lilin dan korek api sebanyak-banyaknya untuk cadangan seandainya saja baterai senter mereka habis.

Larasati membawa satu buah ransel berisi penuh makanan. Dia memanggul di punggungnya, seakan berpetualang di negeri antah berantah. Dia merasa ini akan jadi petualangan terseru baginya sepanjang malam.

Pagar besi dibuka diiringi bunyi derit desakan hati-hati. Dengan gesit ketiga remaja itu berjalan masuk ke dalam pintu kastil.

"Selamat datang di rumah monster!" seru Larasati.

Bisma meletakkan perkakasnya di atas lantai dengan cahaya senter. Dibukanya perkakas tersebut lalu diambilnya beberapa alat detektif. Sepasang sarung tangan untuk dikenakannya agar sidik jari tidak ikut menempel di barang bukti. Jika ada banyak sidik jari lain selain sidik jari pelaku di barang bukti, nanti bisa bingung menyelidikinya. Kaca pembesar yang digunakan untuk memperjelas benda atau tulisan yang terlalu kecil. Sebagai jiwa detektif, Bisma menggunakan kaca pembesar dalam penyelidikannya agar benda-benda atau tulisan kecil tidak ketinggalan diselidiki. Siapa tahu, benda-benda itu bisa jadi petunjuk untuk memecahkan kasus misteri monster di kastil. Serta hadycam.

"Ken!" seru Bisma menyerahkan handycam kepada Ken. "Lebih baik kamu melakukan tugasmu dengan baik!"

Kastil itu begitu luas, memiliki dua puluh lebih pintu. Pilar-pilar penompang terbuat dari kumpulan beton. Kursi-kursinya berlapis silver. Patung tanduk binatang terpajang di dekat salah satu pintu bagian barat.

"Waw, keadaan di dalam kastil lebih bagus dari penampakan luarnya yang begitu menyeramkan," ungkap Ken. "Tapi, mengapa para warga mengatakan ada monster dan suara-suara aneh di sini?" tanyanya menoleh ke arah Larasati dan Bisma.

"Ayo, kita jalan ke arah pintu sebelah sana!" ajak Bisma menuntun kedua sahabatnya. Bisma berjalan sambil melihat-lihat situasi menggunakan kaca pembesarnya.

"Ahh...," jerit Ken membelah keheningan kesenyapan di tengah kegelapan.

"Ken, tolong jangan buat keributan!" Bisma yang sejak tadi sudah menelisir keadaan dengan kaca pembesar melanjutkan jalannya ketika melihat tikus berkejar-kejaran. Matanya melotot menatap Ken. Ken hanya melongos tidak mau berdebat. Mereka bertiga kembali berjalan pelan. Larasati sedang menyoroti sinar dari senter pada dinding-dinding dan berusaha membaca ukiran tulisan sanskerta. Beruntung sekali karena dia membawa buku-buku yang dipinjamnya dari perpustakaan.

"Ha-Na-Ca-Ra-Ka-Da-Ta-Sa-Wa-La-

"Pa-Dha-Ja-Ya-Nya- Ma-Ga-Ba-Tha-Nga"

"Apa yang kamu baca, Larasati? Tulisan apa itu?" Mata Ken melotot takjub. Larasati yang menangkap suara pertanyaan Ken tetap saja menyoroti dinding. "Ini alphabet bahasa Jawa. Aku pernah membacanya di buku sejarah kuno." Larasati berpikir mengapa ada alphabet Jawa terukir di dinding kastil. Larasati berusaha mengulang-ulang membacanya, dan membuatnya semakin penasaran.

Oozma Kappa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang