Aku menatap langit biru yang mulai gelap. Bulan purnama pun sudah menggantikan posisi matahari. Bintang bintang disekitar bulan menjadi keindahan alam yang langka didaerah Jakarta. Pekerjaan malamku adalah merenung. Setiap malam, pikiranku selalu melayang saat kejadian malam itu.
Majikanku, Amadeus Aliando Syarief, adalah pria yang merengut kesucianku tanpa sadar. Aku hanya bisa pasrah lalu menangis mendapat perlakuan leceh dari majikanku yang aku hormati itu. Aku tau, itu diluar kesadarannya. Malam itu, ada seorang perempuan yang datang kerumah, lalu memberikan sebuah botol tanpa merek ke Tuan Ali. Dan bodohnya, majikanku langsung meminum botol itu, sementara aku dipaksa duduk didekat Tuan Ali dan perempuan itu pergi entah kemana dan siapa dia aku pun juga tidak tau.
Dan disitulah, perlakuan Tuan Ali berubah drastis. Dia membuka bajuku dengan paksa. Matanya berkabut. Bahkan bisa kulihat gairahnya memuncak malam itu. Aku benar benar tak bisa memberontak, karena kekuatannya diluar batas.
Malam itulah, aku dan Tuan Ali melakukan sebuah hubungan yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Aku hanya bisa meratapi nasibku yang menyedihkan. Melakukan itu bersama pria yang sama sekali tidak pernah mencintaiku. Melakukan itu dengan dipaksa.
Setelah kejadian itu, aku dan Tuan Ali bersikap seolah olah tidak terjadi apa apa diantaraku dan dia. Bahkan aku dan Tuan Ali sepakat untuk menutup rapat aib itu, kalau perlu melupakan itu selama lamanya. Tapi seberusaha apapun aku melupakan malam itu, bayang bayang malam itu selalu saja melekat dan selalu diputar ulang oleh ingatanku setiap malam bahkan sampai terbawa mimpi.
Yaa, seperti yang kuceritakan tadi. Aku bukanlah gadis perawan. Aku adalah gadis malang yang sudah kehilangan kesucian diluar nikah. Aku ada gadis hina dimata Tuhan.
Berpura pura mengabaikan pun mustahil. Bayang bayang malam kelam itu sudah menjadi kesedihanku setiap malam.
Apalagi kejadian tadi saat didepan studio musik Tuan Ali. Insiden itu membuat bayang bayang kelam itu makin kuat melekat seperti ada yang mengolesi perekat tentang bayang bayang itu diingatanku.
Aku mengusap wajahku. Lebih baik aku tidur saja daripada harus mengingat kejadian kelam itu lagi. Lama kelamaan, mataku mulai meredup, dan gelap.
***
"Prilly!! Bangun!! Ini udah jam delapan!" Aku tersentak mendengar suara teriakan dan gedoran pintu dari depan kamarku. Dengan gerak cepat aku membuka pintu dengan wajah lecek.
"Tara? Kenapa?" Tanyaku sembari menguap. Kulihat Tara menopang kedua lengannya didada, menatapku jengah.
"Ini udah jam 8 Pril, tumben banget lo bangun siang kayak gini?" Ketus Tara. Aku terkekeh melihat wajah galaknya itu. Eh, tapi tunggu. Jam 8? Ini jam 8? OH GOD. Mengapa pagi datang cepat sekali?!
"Lo daritadi dicariin Tuan Ali tau!" Lanjutnya lagi sarkastik. Mataku langsung melotot sempurna mendengar perkataan Tara.
"Dicariin?" Ulangku tak percaya. Tara langsung mengangguk mantap. Untuk apa Tuan Ali mencariku?
"Mending sekarang lo samperin dia deh sebelum Tuan Ali berubah jadi siluman gorila." Saran Tara. Benar juga apa kata Tara. Aku pun langsung berlari kearah kamar Tuan Ali yang letaknya agak jauh dari kamarku.
Sedari tadi malam aku sudah bertekad akan bersikap biasa biasa saja. Yaa, walaupun sepanjang perjalanan aku kekamar Tuan Ali, jantungku sudah berpacu cepat tak beraturan saking gugupnya. Kini aku sudah berada didepan kamar Tuan Ali. Aku menelan ludah susah payah, lalu mulai mengetuk pintu kamarnya.
"Tuan, ini saya, Prilly." Ucapku memberanikan diri. Tapi sudah lima menit menunggu, pria yang kemarin mencium bibirku tanpa izin tertulis itu tidak kunjung membuka pintu. Karena tidak sabar, aku nekat membuka kenop pintu kamar Tuan Ali lalu masuk kedalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Employer Love
Fiksi PenggemarKarena dia, aku menderita. Karena dia, aku menangis, tapi karena dia juga aku bahagia. Sikap arrogant dan suka membentak-nya membuatku perlahan mulai mencintai sosoknya. Sosok pria kejam berhati iblis yang realitanya adalah... majikanku. -Prilly Adi...