Part 7

183 41 12
                                    

Irene sudah mengakui kesalahannya perihal dana simpanan pada Ketua. Ia diharuskan membuat surat permohonan maaf dan melakukan layanan masyarakat di UHS selama tujuh hari. Ketua juga sudah mengumumkan secara langsung untuk membersihkan nama Anne. Seiring dengan info itu, permintaan maaf berdatangan dari orang-orang yang menghinanya.

Anne merasakan euforia yang tinggi saat ini. Ketika retinanya menangkap sosok William di depannya, ia langsung menghampiri dan memberinya pelukan erat.

"Thanks, Will. Berkat kepintaranmu dalam berbicara akhirnya Irene mengaku juga. Aaa, senangnya," kata Anne penuh semangat.

William yang menerima pelukan tiba-tiba nan erat itu masih dalam fase kaget, namun setelahnya ia menepuk pelan punggung Anne, "You're welcome."

"Ehm.."

Suara itu mengejutkan mereka berdua sehingga pelukan itu terlepas. Suasana langsung terasa kikuk, terutama untuk William.

"Eh.. Pak Joe," tegur Anne formal mengingat ia berada di ruang lingkup kampus.

"Terima kasih bantuannya untuk menyelidiki lewat CCTV, Pak." Anne mengangkat satu tangannya untuk berhigh-five dengan Joe. Joe melakukan itu dengan kaku.

"Ya, sama-sama. Kalian kalau mau pelukan seperti tadi ingat tempat. Bisa-bisa nanti kalian kena tegur dosen di sini," kata Joe.

Anne mengangguk cepat. Ia tadi terlalu senang sehingga memiliki keinginan memeluk orang yang ia kenal. Sedangkan William malah tersenyum geli menanggapi ucapan ketus Joe.

"Anne!" sapa empat orang lainnya datang menghampiri mereka.

Sherly, Andrean, David, dan Erin menyapa William dan Joe yang ada di sana juga.

"Ahh, akhirnya sikap buruk Irene ketahuan juga," kata Sherly.

"Iya. Jadi sekarang kita bisa mengerjakan proyek dengan tenang," lanjut David.

"Kita tau kok kalau emang bukan kamu pelakunya," kata Erin dan diangguki oleh Andrean.

"Makasih guys, kalian tim yang solid deh," jawab Anne dengan senyum senang.

"Untuk merayakan ini, ke kantin yuk. Aku belum sarapan nih," ujar David mengkode pada yang lainnya.

Anne melirik Joe dan William untuk ikut makan bersama dengan mereka.

"Baiklah. Ayo ke kantin, biar saya yang membayarnya," kata Joe memutuskan.

"Maaf, sepertinya aku nggak bisa ikut dengan kalian. Aku harus ke tempat lain," kata Andrean.

"Oh, baiklah. Nanti kalau kamu sempat, menyusul aja," kata Anne.

***

Irene sedang menyirami tanaman di bagian belakang. Tubuh kecilnya menarik selang panjang yang sudah terhubung dengan drum air.

"Sial. Kenapa susah sekali sih?" ujarnya menggerutu.

Ia mencoba sekali lagi untuk menariknya. Cukup berhasil, namun sekarang sisi selang itu malah tertekuk. Ia membanting selang itu, "Ahh, sudah! Aku tidak mau menggunakanmu."

Irene menghentakkan kakinya kesal. Ia sedang berpikir cara lain untuk menyiram tanaman. Selain dengan selang itu tentunya.

"Cobalah lakukan dengan ikhlas maka ia akan mempermudahmu."

Irene menoleh ke belakang mencari suara itu.

"Teman kecilku, daripada kamu mengeluarkan quote berhargamu lebih baik kamu membantuku. Mau kan?" pinta Irene dengan wajah yang dibuat seimut mungkin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect Two [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang