Orang Asing

97 3 2
                                    

1| Orang Asing

Alinna tengah memasukkan kue-kue buatannya ke dalam keranjang ketika suara ribut beberapa orang terdengar di luar rumahnya. Baru saja ia hendak melihat apa yang terjadi, seorang lelaki melompat masuk melalui jendela dapurnya yang memang terbuka lebar. Alinna kaget, namun beberapa saat kemudian Alinna sadar, ia tidak boleh takut, secepat kilat ia meraih pisau yang terletak tak jauh darinya, menodongkan pisau ke arah si penyusup dan mengatur nafas agar suaranya tak bergetar.

"Siapa kamu?" hardik Alinna. Matanya menatap tajam lelaki yang berada beberapa langkah darinya. Tidak ada tampang mencurigakan memang, batinnya.

"Maaf, izinkan saya bersembunyi di sini. Saya bukan orang jahat. Nanti saya jelaskan semuanya." Suara lelaki asing itu bergetar, nafasnya pun tersengal-sengal.

Alinna melihat sekilas ke luar jendela, tampak beberapa orang berjas hitam mondar-mandir di depan pekarangan rumahnya.

"Baiklah." dengan mudahnya Alinna memberi izin ke pada lelaki asing tersebut.

Alinna kembali memasukkan kue-kue ke dalam keranjang, kemudian menutupnya dengan koran.

"Saya Ovan, Ovan Valez. Mungkin anda sudah familiar dengan wajah saya." Jelas lelaki asing itu setelah memastikan orang-orang yang mengejarnya tadi sudah pergi.

"Hmmm..." Gumam Alinna datar.

"Rumah kamu sepi, kamu tinggal sendirian?" tanya Ovan berbasa-basi. Gadis di depannya terlalu pendiam, dan terkesan misterius.

Bagaimana bisa gadis itu dengan mudah mempercayai kata-katanya, sedangkan jelas-jelas ia sudah bertindak tidak sopan dengan masuk melalui jendela. Apa karena Ovan seorang fublic figure sehingga gadis itu sama sekali tidak mencurigainya? Ceroboh sekali. Setenar apa pun fublic figure tersebut bukan mustahil jika ia berniat jahat pada sang gadis.

"Saya mau jualan, kalau memang masih ingin disini silahkan saja, adik saya sebentar lagi pulang."

Gila! Ovan mengumpat tak percaya. Lagi-lagi ia tak habis pikir, gadis ini naif apa tolol? Dia orang asing, tetapi gadis itu memperlakukannya seperti orang yang sudah lama dikenal.

"Sebenarnya saya masih takut keluar, orang-orang tadi pasti masih berkeliaran di sekitar sini." Ujar Ovan tak enak hati.

Alinna mengangkat keranjang kue dan meraih kruknya. Mata Ovan membulat tak percaya, ia baru sadar kalau gadis "penolongnya" itu ternyata hanya mempunyai sebelah kaki, sedari tadi ia tidak memperhatikannya dan lagi gadis itu mengenakan rok sehingga tidak terlalu kentara jika ia lumpuh.

"Tunggu," Ovan mencekal pergelangan tangan Alinna. "Boleh saya tau nama kamu? Maksud saya..."

"Alinna. Panggil saya Alin." Jawab Alinna seraya menepis tangan Ovan.

Ovan mengangguk tanda mengerti, "emm, boleh saya minta waktu kamu sebentar? Saya akan jelaskan semuanya kenapa orang-orang tadi mengejar saya."

Alinna berpikir sejenak, menimbang.

"Oke, lima menit." putus Alinna.

Ovan menggeser kursi makan yang berada di samping kirinya, mempersilahkan Alinna duduk.

"Mereka itu orang suruhan mama saya, mereka mengejar saya karena saya kabur dari rumah dan mogok syuting."

Ah ya, dia artis.

"Saya capek, selama dua tahun di Entertaiment saya sama sekali tidak pernah libur. Setiap hari ada jadwal syuting. Bahkan saat kesehatan saya memburuk pun saya tetap syuting dengan membawa infus." Keluh Ovan. Entah kenapa ia bisa berbicara selugas itu tentang masalahnya kepada Alinna yang notabene orang asing baginya.

Alinna hanya diam mendengarkan. Ekspresinya tak terbaca, tidak tampak bersimpati atau pun menertawakan cerita Ovan.

"Saya tidak mengejar popularitas, awalnya saya masuk entertaiment kerena keinginan mama. Beliau sangat berharap saya bisa mengikuti jejaknya dulu. Saya tidak mau mengecewakan beliau karena memang hanya saya harapan beliau satu-satunya. Kakak saya sudah menentukan jalannya sendiri dengan menjadi dosen."

Adik kamu?

"Apa kamu keberatan kalau saya menumpang disini beberapa hari? Hanya sampai mereka tidak mengejar saya lagi. Ini kartu pengenal saya, anggap saja sebagai jaminan selama saya tinggal disini. Soal biaya, saya akan bayar berapa pun yang kamu minta."

Sombong sekali.

"Ya. Waktu lima menitnya sudah habis. Saya mau jualan. Kita bicarakan lagi nanti." Putus Alinna seraya berlalu pergi.

Berurusan dengan orang kaya membuatnya jengah, tapi dia tau Ovan memang butuh bantuan sekarang.

***

Baru saja Ovan hendak memejamkan matanya di sofa tua ruang tv, dari luar terdengar langkah kaki seseorang masuk ke dalam rumah. Ovan siaga, takut-takut orang suruhan mamanya yang datang. Namun kecemasannya berakhir saat didapatinya sesosok gadis mirip dengan Alinna berdiri di depan pintu.

"Assalamu'alai...kum," ujar gadis itu yang diakhiri dengan perubahan ekspresi wajah dari ceria menjadi terkejut. Matanya membulat sempurna. Refleks ia meraih sapu yang berada di belakangnya dan langsung menyerang Ovan membabi buta.

"Maliiing..." Teriaknya, namun pukulannya tak jua mengendur.

Berkali-kali Ovan mengaduh dan meminta ampun sama sekali tak digubrisnya. Gadis itu semakin berang, kakinya ikut menendang Ovan dengan beringas.

Jangan tanya kenapa Ovan tak melawan, ia tak tegaan kepada perempuan. Lagi pula, saat gadis itu menyerangnya, Ovan sama sekali tak siaga.

Hingga akhirnya Ovan pingsan tak sadarkan diri.

Tbc

FOREVERMORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang