5. Tidak Mudah Untukku

173 15 0
                                    

-Author's POV-

Foto itu jatuh tepat didepan kaki Mina yang segera melangkah menjauhi wajah ayah tirinya difoto itu.

"Mina, sampai kapan kamu seperti ini? Membenci appamu sendiri---" perkataan Ibu Mina tersela oleh ucapan Mina.

"Dia bukan appaku," ucap Mina.

Mina pergi meninggalkan Ibunya dan mengunci diri didalam kamar. Tubuh kurusnya yang bersandar pada pintu perlahan memberosot kelantai, membiarkan rambut panjangnya kusut tersangkut celah pintu kamar yang terbuat dari kayu.

Air mata Mina mengalir perlahan dari mata sayunya. "Pria itu bukan appaku," kata Mina.

"Dia menikah dengan appa mu diatas paksaan, mereka dijodohkan untuk ikatan bisnis perusahaan. Saat itu eomma mu masih jatuh hati pada Lee Hong Ki, dia cinta matinya. Eomma mu, dia yang membuat appa mu meninggal. Mina, berjanjilah padaku. Aku mengatakan ini karena aku menyayangimu,"

Mina membuka matanya, pernyataan memilukan dari bibinya kembali mengusik pikirannya.

Bibi atau adik dari appa kandung Mina, sampai sekarang masih menuntut keadilan tentang kematian appa Mina. Dia bersih kukuh bahwa kakaknya itu meninggal bukan karena kecelakaan semata, tapi ada yang merencakan untuk membunuhnya.

Terdengar suara ketukan pintu kamar Mina. "Mina, eomma ingin bicara," kata Ibu Mina.

Dengan nafas berat, Mina berusaha bangkit dari duduknya kemudian membiarkan eommanya masuk.

"Appa meninggal saat aku masih kecil, aku bahkan tidak ingat seperti apa wajahnya dan---" kata Mina.

"Sudah cukup, Mina! Dengarkan eomma," sela Ibu Mina.

"Eomma yang harus mendengarkan aku. Eomma yang menyembunyikan appaku sendiri dariku, aku tahu mungkin eomma membenciku karena aku lahir dari pernikahan yang eomma tidak inginkan. Jadi selama ini aku dibesarkan oleh kebohongan besar. Biarkan aku pergi saja," kata Mina.

"Mina!" bentak Ibu Mina.

Namun Mina tidak menghiraukan, dia meraih jaket dan tasnya. Pergi berlari melewati Ibunya. Diambang pintu, Dahyun menutup mulutnya menahan semua perkataan yang ingin menghentikan pertengkaran unni dan eommanya itu.

Mina mengayuh sepedanya lagi, meninggalkan kembali rumah yang baru beberapa menit dia singgahi.

Mina tidak tahu kemana tempat yang akan dia tuju, dia kaku kedinginan.

Cahaya lampu papan tulisan mini market diseberang jalan memikat perhatiannya, berpikir untuk membeli mie instan saja agar tubuhnya sedikit hangat.

Mina menyeruput kuah mie tanpa basa-basi tidak peduli seberapa panasnya kuah itu. Bibir mungilnya menjadi merah terang akibat air panas, sebagai saksi bisu betapa pelik apa yang sedang terjadi padanya.

"Permisi," kata seseorang yang menepuk pundak Mina dari belakang.

Mina tidak peduli, dia merasa sedang mati rasa. Tapi naluri manusianya masih tersadar, maka Mina hanya bergeser menjauhi sumber suara itu.

"Kamu belum pulang?" kata suara itu lagi.

Mina menoleh pada sumber suara itu. "Seungcheol," kata Mina datar.

"Hai. Emm--- hyungku masih sedang dalam perjalanan, jadi aku mampir kesini dulu membeli ini," kata Seungcheol sambil mengangkat segelas kopi hangat ditangannya.

Mina meletakkan cup mie instannya, memandang kedua mata Seungcheol. Mina teringat kembali saat Seungcheol berkata bahwa matanya indah, dia merasa ada kupu-kupu yang terbang lemah mencoba keluar dari hatinya. Berusaha terbang bebas namun terhuyung karena angin kesedihan.

ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang