Part 1

35 0 1
                                    

    Gemerlap lampu kota membuatku ingin terjaruh dikeheningannya cukup tenang,terang. Jangan, jangan paksa aku untuk terus berlari bila sudah tak sanggup lagi untuk meraihnya. Cukup cinta, ya kau benar ku cinta kota ini. Tapi kota ini tak mungkin bisa membalas cintaku. Karena gemerlap bisa membutakan. Buta akan siapa dirinya sebenarnya. Bukankah begitu? Ku sudah cukup, cukup untuk terluka. Bukan karena jaruh atau terkena benda tajam. Tapi karena keheningannya yang membuat semuanya berbeda. Kau terdiam tanpa kata, mungkin karena aku. Mengapa aku mesti cinta? Mengapa harus ada gemerlap? Mengapa harus ada kota? Mengapa harus ada kenangan? Mengapa harus ada kita?.
----------------------------------------------
    11.38 PM
        Aku selalu suka malam, karena disana ada bintang. Seperti namaku, Star tepatnya Semmy Star. Bintang biasanya punya gemerlapnya sendiri tidak seperti bulan yang mendapatkan sinarnya dari matahari.
      "Sem! Ayo Masuk!" teriak mama yang terlihat dari kejauhan. Aku memang suka berada disini, diatas rumah pohon buatan papaku saat ku kecil dulu. Ya dia adalah cinta pertamaku. Sayangnya, ia sangat sibuk sekarang,  sudah lama ia tak kembali kerumah karena pekerjaannya di kota fasion, Paris.
     "IYA MAAA" jawabku cepat sambil menuruni tangga.

6.30 AM
      Tahun ini bukan lagi masa ditindas oleh senior karena aku naik ke kelas 11. Aku sekolah di Bandung tepatnya di SMA Tunas Pelita. Walaupun sekolah di sekolah swasta tapi jangan salah disini muridnya pintar-pintar. Ya jadi sama aja harus belajar bener-bener buat dapet jalur undangan nanti.
        "Sem! Ganyangka kita sekelas!!!" Kata Sam excited. Dia teman sekelasku dulu. Sebenernya kita ga terlalu deket tapi ya aku cuman kenal dia di kelasku yang baru.
        "Yah ko cuman sekelas sama lu?" Jawabku murung. Sebenarnya aku cuman bercanda karena aku memang tidak pandai dalan mencari topik.
        Seketika pandanganku terruju ke arah cowo dingin di belakang sana. Tidak, dia tidak berbaur. Layaknya lampu bukan gemerlap. Apa yang dia pikirkan. Mengapa matanya tajam melihat buku tanpa memperhatikan siapapun disini? Apakah dia tidak mau memiliki teman? Apa seambisius itu? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menggerogoti otakku.
       "Sem! Ko lu malah bengong lu terpesona gara-gara gue ganteng ya? ya walaupun kita dulu ga deket nih. gapapa kali ya kan lu ga kenal siapa-siapa jadi lu harus jadi temen gue oke?" Tanya Sam.
       "Eh sori salfokkan hehe iyadeh gue juga ga kenal siapa-siapa." Jawabku.
*Bel Berbunyi*
      "Kenalin nama gue Dinda, boleh duduk bareng ga?" tanya cewe cantik dan ramah tiba-tiba menghampiriku.
     "Oiya boleh-boleh, gue Sem kenalin" Jawabku. Ya karena kami anak-anak swasta jarang disini ada yang ngomong bahasa kasar sunda karena banyak juga orang yang asalnya dari luar kota, khususnya jakarta.
      "Okey anak-anak sekarang waktunya belajar sejarah blablabla" kata guru sejarah.
     Selama pelajaran aku merasa punggungku basah. Benar saja ternyata minumku tumpah jadi aku harus izin untuk keluar kelas dan mengeringkan tasku.
    "Hei mau kubantu?" Kata seseorang dengan suara beratnya menepuk bahuku. Pertamanya aku pikir dia Sam tapi kalau dari suaranya sepertinya bukan. Hah? Siapa itu? Badanku mulai kaku.

    

   
   

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 07, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TAKDIRWhere stories live. Discover now