Bab 1

5.7K 342 28
                                    

Air laut berwarna biru kehijauan terlihat jernih saat sebuah perahu surya melintas cepat di permukaannya, melakukan berbagai manuver hebat.

Perahu tersebut meluncur dengan kecepatan tinggi, lalu berbelok tajam menghindari sebuah gugusan karang tanpa mengurangi kecepatan, membuat air terciprat ke udara. Kemudian, menambah kecepatan, perahu bertenaga sinar matahari itu berputar di atas permukaan air, sempurna 360 derajat.

Aksi yang mengagumkan.

Perahu mengakhiri aksinya, berhenti mulus di salah satu dari belasan dermaga kayu di sepanjang tepian pantai.

Dari perahu, seorang gadis melompat ke dermaga.

Dengan rambut hitam legam yang dipotong pendek dan kulit gelap, gadis itu punya pesona sendiri. Apalagi dengan jaket kulit hitam ala pengendara motor lengkap dengan sarung tangan tanpa jari.

"Itu hebat sekali, Tana!" Seorang gadis lain menyambut gadis yang turun dari perahu, dengan kemiripan yang bisa dilihat jelas.

Bedanya, Tiara yang lebih halus dari kakaknya tentu saja memiliki kulit putih cemerlang dan rambut hitam berombak.
Dua kakak-adik yang saling bertolak belakang.

"Cukup hebat untuk memenangkan Kompetisi Antar Kepulauan?" Tana tersenyum lebar mendengar pujian adiknya. "Meskipun aku yakin gerakanku pasti cukup hebat mengalahkan Kompetisi Antar Planet sekalipun."

Tana mulai menambatkan perahu ke pasak dermaga, tangannya lihai mengikat tali. Perahu ini adalah hadiah terakhir dari ibunya, dan satu-satunya benda yang sangat berharga baginya.
Perahu surya tersebut sudah berkali-kali memenangkan kompetisi perahu, berkelana ke kepulauan-kepulauan terjauh, dan bahkan Tana memberikan sebuah nama baginya. Solar.

Tiara mengangkat dua jempol. "Bahkan jika kau bukan kakakmu, aku tetap menjagokanmu dan Solar dalam Kompetisi." Kemudian senyumnya meredup. "Apakah ayah akan mengizinkanmu mengikuti Kompetisi?"

Gerakan tangan Tana seketika berhenti. Dalam satu detik yang singkat, ia merasa dirinya akan meledak oleh kebencian.

Tana membenci pria itu.
Dia bahkan bukan ayahnya.
Dia hanya seorang pria beruntung yang dapat mengambil hati ibunya dan menikahinya. Seorang pria yang tidak memedulikannya sejak ia menjadi ayah tirinya. Masa bodoh. Ia juga tidak peduli.

Namun, Tana dapat menguasai dirinya lebih cepat. Ia meneruskan mengikat tambatan tali, lalu menghadap adiknya.

"Hanya kau yang menganggapnya begitu. Dia bukan ayahku." Sudah berkali-kali Tana mengatakan kalimat itu kepada Tiara, dan adiknya masih belum juga mengerti.

"Lagipula, bagaimana dia akan melarangku?" Tana tertawa kecil. Bahkan ia sendiri pun tahu tidak ada seorang pun yang bisa melarangnya.

Tiara tidak menjawab, melangkah mendekati pinggir dermaga. Ia menyentuh panel surya yang menutupi badan perahu.

"Kau tahu, kau tidak bisa membencinya terus menerus." Tiara mengetuk badan Solar. "Dan kau tahu ibu juga menginginkan hal yang sama."

Tana memejamkan mata, menyisirkan jemarinya ke rambut pendeknya yang berantakan, tanda frustasi. Ia selalu tahu kemana percakapan ini akan selalu mengarah. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa."
Gadis itu menggeleng. "Tidak dengan pria itu."

Tiara memutar bola mata. "Ayolah, Tana. Ia bukan hanya 'pria itu'."

Mereka mulai meninggalkan dermaga, berjalan diatas pasir putih pantai menuju halte bus hover terdekat. Hanya berjarak 200 meter dari pantai, terdapat sebuah halte sederhana, bangunan berbentuk silinder. Di atasnya terdapat proyektor hologram yang menampilkan jadwal bus dan iklan atau informasi.

Kali ini, hologram menampilkan sebuah video dengan seseorang yang sangat dikenal seluruh masyarakat bumi.

Andi Wijaya. Pemimpin Kepulauan Tenggara pertama yang menjadi Ketua Umum Kepulauan selama 2 periode.

Dalam jangka waktu 10 tahun, Andi Wijaya telah membawa pengaruh besar bagi seluruh sub-negara Kepulauan, memajukan berbagai teknologi mutakhir serta mempertahankan kedamaian antar masyarakat pulau. Orang-orang memuja pria berusia 50 tahun itu.

Kecuali Tana. Ia tidak bisa menyangkal fakta bahwa Ketua Umum Kepulauan merupakan ayah tirinya dan Tiara.

Tapi, ia dapat menyembunyikannya.

"Lihat itu." Tiara sengaja menyenggol kakaknya, menunjuk hologram. Headline berita yang berjudul "Kompetisi Antar Kepulauan akan Dibuka oleh Andi W."

Tana melengos tidak peduli.

Sesampai mereka di halte, sebuah bus hover melayang dan berhenti tepat di atas silinder. Lantai silinder langsung naik ke atas, memasukkan calon penumpang ke dalam bus hover. Halte inovasi terbaru ini merupakan salah satu kemajuan yang dikembangkan oleh Andi W., dan meskipun Tana tidak mau mengakuinya, bus hover merupakan transportasi yang sangat efisien.

Bus kembali terbang meluncur, gerakannya sama sekali tidak terasa oleh penumpang yang duduk di dalamnya.

Tana menatap keluar jendela, pemandangan pulau yang selalu sama setiap kali ia melihatnya. Pulau Kalimantan. Konon katanya, pulau ini adalah satu-satunya dari 5 pulau besar yang selamat dari arus gelombang.

Sekarang, Kepulauan Tenggara hanya terdiri dari pulau Kalimantan dan ribuan gugusan pulau kecil yang tersebar di sekitarnya. Sisa dari pulau-pulau kuno yang sudah tenggelam ratusan tahun lalu.

"Tana?"

Tana menoleh. Tiara sedang berhenti membaca majalah fesyen di pangkuannya, ikut memandang keluar jendela. Pulau Kalimantan yang disinari cahaya senja merupakan pemandangan menarik.

"Bagaimana benar-benar jika ayah tidak mengizinkanmu ikut?" Tiara angkat bicara. "Ia punya wewenang untuk melakukannya. Ia bahkan bisa membatalkan Kompetisi dengan alasan-alasan sepele."

Kakaknya berpikir sebentar, mempertimbangkan kata-kata Tiara. Memang, Ketua Umum bisa membatalkan Kompetisi dengan beraneka alasan, seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, ia sama sekali tidak punya alasan untuk melarang Tana.

"Dia tidak akan peduli." Tana akhirnya berbicara. Menguatkan dirinya untuk mengeluarkan kata-kata berikutnya.

"Aku hanya salah satu anak tirinya, sisa-sisa yang didapatkannya dari ibu. Ia hanya menganggapku angin lalu."

Tana tertawa pahit, kembali menatap hologram yang menampilkan wajah ayah tirinya.

"Dia bukan siapa-siapaku."

***

Haii!!!
Makasih buat yang sudah baca, semoga tertarik dengan ceritanya ya....
Mohon kritik dan saran di komentar,
Dan terima kasih atas votenya!

- P






AquatrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang