Sebenarnya hari ini aku nggak kerja. Lagi pula aku bisa saja pulang duluan dengan angkot, tidak perlu menunggu jemputan Adit. Hanya saja, kasihan Adit jika dia datang dan aku sudah tidak ada di kampus.
Tring..tring..
Kalo udh slese sms aja
Itu sms dari Adit. Dia panjang umur banget ya. Baru juga diomongin, udah ngesms aja. Dia punya indra ke enam ya.
Tiba-tiba lagu Creed mengalun dari ponselku. Aku melihat nama Adit di layar ponsel. Cih, kenapa dia jadi seperti ini, sih?
"KALO DISMS BALES DONG!" teriaknya yang membuat kupingku memanas. Lagi pula aku kan sms dia kalau urusanku di kampus udah beres. Kenapa aku harus membalas pesannya sekarang?
"Apa," jawabku santai. Aku lagi berada di perpus memilih buku untuk dijadikan bahan referensi.
"Udah belum?" tanyanya dengan suara melembut.
"Bentar lagi," jawabku. Aku mendengar dia menghela nafas.
"Ada masalah, Dit?" tanyaku sambil membuka-buka buku lalu menaruhnya lagi di rak.
"Iya. Gue udah di depan kampus lo," katanya.
Dia ini kenapa jadi over gitu. Kalo diingat-ingat dia itu emang gampang terbawa suasana hati ya. Waktu ketemu Defri di depan kafe, dia langsung bilang bakal makan malam di rumah. Apa benar dia ini suka sama aku sampe segitunya?
"Bentar ya Dit, aku bentar lagi ke sana," kataku dengan suara melembut. Mungkin niat anak aneh satu ini baik, aku harus memberi respon yang baik.
"CEPET!!" teriaknya. Aku menjauhkan ponselku dari kupingku lalu tersenyum simpul. Mungkin aku memang kelewatan tadi pagi.
"Iya sayang," kataku lalu langsung memutuskan telpon.
Aku mengambil beberapa buku yang ku anggap perlu lalu menuju bapak penjaga perpus untuk meminjam buku itu. Saat aku keluar dari perpus aku melihat Rene yang kebetulan akan masuk ke dalam.
"Hei, Ren," sapaku. Rene tersenyum menatapku.
"Hei, Dhe. Aku mau ngomong," kata Rene. Aku melihat ke arah jam tanganku. Nanti Adit akan menunggu lama.
"Aku udah ditunggu Re," kataku.
"Bentar aja," katanya dengan wajah memelas. Aku pun mengangguk lalu duduk di selasar perpus.
"Aku dengar kamu mau ke Lombok bareng Defri?" kata Rene. Cih, dasar Defri anak manja. Masa mau ke Lombok satu minggu aja harus ngomong ke Rene?
"Aku ikut boleh?" tanyanya. Hah? Kita kan di lombok mau melakukan observasi, bukan mau liburan. Ngapain juga nih bocah ikut.
"Kita mau observasi Re," kataku.
"Aku berangkat sendiri deh. Milih penginapan juga sendiri. Asal kamu ijinin aku ikut," katanya. Kalau semuanya dia lakuin sendiri ngapain dia minta ijin aku.
"Terserah kamu deh Re," kataku sambil melirik jam tangan. Adit pasti sudah menunggu lama.
"Ditunggu siapa? Defri?" tanya Rene sambil melirikku tajam.
"Hah?! Kok Defri sih? Bukan aku ditungguin Adit. Defri ada di dalam masih liat-liat buku," kataku kemudian berdiri.
"Adit?"
"Iya, Adit yang kemarin makan malam bareng kita itu," kataku.
"Jadi kalian beneran jadian?"
"Mm. begitulah. Duluan ya, Re," kataku lalu mencubit pipi Rene. Dia meringis kesakitan, aku hanya tersenyum lalu berlalu meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
Teen FictionSesungguhnya mencintai seorang penjahat kelas kakap sekali pun jauh lebih baik dari pada mencintai sahabat sendiri. Kau akan sadar betapa jahatnya seorang penjahat, dan kau akan sadar betapa sempurnanya sahabat. Sehingga, mencintai seorang sahabat a...