Suasana kota Yogyakarta pagi itu tengah cerah. Para pedagang kaki lima nampaknya dikerubungi oleh para pembelinya. Para kusir bersiap untuk mengantar-jemput masyarakat yang hendak kepasar, atau sekadar membawa barang belanjaan mereka.
Disalah satu masjid, anak-anak sedang bermain dan berlarian.
"Adek-adek, siapa yang mau dengar dongeng Madaniah?"
Tanya guru pembimbing di masjid itu. Perempuan yang masih muda dan cantik."Akuuu!!" Anak-anak pun berlari dengan semangat memasuki masjid.
Di jalan
"Amran, nih kita udah sampai Krapyak, kemana lagi?"
Tanya Pras."Umi....umi...."
Amran yang sedang tidur mengigau. Membuat Pras dan Hari tertawa terpingkal-pingkal.'Gubrakkk'
"Kenapa tuh?"
Pras melihat anak terjatuh. Dia pun langsung turun dan menghampiri anak tersebut."Mau kemana sih?"
Tanya Pras kepada anak itu.
"Ke masjid"
"Ke masjid? Yaudah tunjukin masjidnya"
Pras menggendong anak kecil itu ke mobilnya."Pras, kok malah nolongin anak ini? Kita gak punya waktu, lo tau pentingnya observasi ini buat kelulusan kita kan? Ini bakal nentuin, semester ini kita bakal jadi arsitek atau nggak! Gak usah buang waktu untuk beginian dong, ah!"
Cerocos Hari protes."Yaudah, kamu duluan, aku nyusul nanti!" Pras memberikan anak kecil itu kepada Amran. Amran yang sedang tidur langsung bangun.
"Heh, ente siape? Pras! Nih siape? Pras!"Masjid
"Di hari yang cerah, di kediaman Madaniah dan Bapaknya Madaniah, Madaniah pun bertanya kepada Bapaknya. 'Bapak, gimana caranya supaya aku bisa masuk surga?'..."
"Sholat 5 waktu, baca Al-qur'an"
Sahut anak-anak. Bu guru selalu menceritakan cerita Madaniah kepada anak-anak dengan membawa boneka tangan sebagai peraga."Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, Hasbi?"
Bu guru itu langsung menghampiri Hasbi yang diantar oleh Pras."Hasbi kamu kenapa?"
"Habis jatuh dari sepeda, Bu"
"Ada yang sakit nggak?"
"Nggak papa kok Bu Arini, udah di tolongin mas ini""Assalamualaikum"
Sapa Pras, Pras telah terpesona kecantikan Ibu guru yang bernama Arini itu pada pandangan pertama."Waalaikumsalam, terima kasih udah nolong Hasbi"
Ucap Arini seraya tersenyum manis. Pras pun ikut tersenyum.Arini duduk kembali. Sementara Lia dan Sita, kedua sahabat Arini saling berpandangan. Mereka berdua melihat ada sesuatu yang aneh dimata Pras dan Arini. Semacam cinta.
"Kita lanjutkan cerita lagi yah. Madaniah berjanji kepada sang bapak, bahwa Madaniah akan selalu mendoakan sang bapak dan ibunya supaya masuk surga..."
Diam-diam, Pras memperhatikan Arini dari pintu gerbang masjid. Dia pun merekam Arini yang sedang bercerita tersebut.
"Ah, kan gara-gara ginian lo jadi lambat!"
Ketus Hari yang tiba-tiba datang."Subhanallah, cantiknya Indonesia banget!"
Amran pun ikut-ikutan terpesona oleh kecantikan Arini."Bakal gagal sarjana nih gara-gara kasmaran!"
Sahut Hari."Pras, kalau lihat beginian, langsung taarufin Pras! Ente langsung nikahin, biar halal Pras!"
Bisik Amran."Eh, nikahin nikahin, bubar-bubar yok!"
Hari pergi ke mobil."Kalian duluan, aku mau mastiin si Hasbi baik-baik aja"
Pras masih terpaku kepada layar ponselnya yang masih merekam Arini."Modus lo!"
Sengit Hari.Saat menjelang siang, Pras beristirahat di teras masjid sambil melihat rekaman video Arini tadi.
Tiba-tiba Arini datang.
"Gak wudlu?"Pras langsung salah tingkah dan mematikan rekaman tersebut.
"Ehm, wudlunya disana!"
Arini menunjukkan tempat wudlu.Pras membereskan barang-barangnya dan berjalan menuju tempat wudlu.
"Oh ya, kenalkan, aku Prasetya"
"Aku Citra Arini, panggil saja Arini""Surga adalah tempat bagi orang-orang yang selalu bersyukur dan ikhlas, kalimat yang indah"
Pras menirukan kata-kata Arini pada dongeng Madaniah tadi.
"Terima kasih""Ehm, mas! Mau jadi imam kan?"
"Hah? Secepat itu?"
"Sholat harus disegerakan to mas?"
"Astagfirulloh, imam sholat? Iya, saya mau"Pras mengira Arini akan menjadikannya imam dalam rumah tangganya. Pras pun salah tingkah. Arini hanya tersenyum.