Itu gambaran ADAMIAN
***
Di sebuah gedung yang penuh dengan lukisan abstrak dan sebagainya, terdapat sesosok lelaki berperawakan mungil tengah berlari terburu buru. Hujan di Yogya mulai kembali ganas, lelaki ini merasa bahwa siang itu cerah sekali. Namun, saat ia ada di Taxi hujan tiba tiba turun deras. Kemeja nya sedikit kebasahan di beberapa bagian, seperti bahu dan juga punggung.
Di galeri ini penuh dengan orang yang melihat koleksi lukisan bertemakan abstrak di lorong yang bertuliskan Abstrak Room.
Namun, Reyno tidak berniat melihat lukisan Abstrak itu, ia malah berniat melihat si pelukisnya. Ialah Danar Adamian.
Ah, ternyata lelaki itu sedang duduk menghadap kearah kanvas besar berwarna putih yang sebagiannya sudah di isi beberapa warna warna kalem.
Lampu di tempat ini hanya menerangi sebagian wajahnya. Terlihat sedikit eksotis bagi Reyno.
Tangan lelaki itu lincah mencampur satu warna dengan warna lainnya.
Reyno tersenyum malu melihat lelaki itu dari samping. Begitu sempurna ciptaan Allah untuk Kak Adam.
Diam diam, ia mengagumi sosok Adamian. Hatinya selalu bersorak riang saat Adamian menawarkan nya untuk mampir ke galeri.
Adamian sosok yang sempurna bagi Reyno, Adamian lelaki yang tegas dan tidak terlalu banyak berbincang untuk mengetahui urusan orang lain. Adamian lelaki yang menyukai segala bidang seni sebagai hobinya, usianya yang matang membuatnya lebih memilih meneruskan usaha kue dan roti milik almarhum ke dua orang tuanya.
Reyno berjinjit saat mulai dekat sekitar 2 meter dari jarak Adamian. Ia tidak ingin menimbulkan suara dari decitan sepatu barunya. Reyno berdiri dibelakang punggung Adam, Reyno ingin memberikan kejutan atas kehadirannya kali ini. Tangan nya mungil dan lentik mulai menutup ke dua mata Adamian. Reyno tidak mampu menutupi tawa nya yang heboh.
"Nggak lucu, reyn." Suara berat Adamian menginterupsi kelakuan Reyno.
Reyno mengerucutkan bibirnya, perlahan ia menarik tangannya kembali dari mata Adamian yang sempat ia tutupi.
Ini bukanlah kejutan yang bagus.
"Kesini kok nggak bilang, kan bisa aku jemput." Imbuh Adamian dengan nada jengkelnya saat melihat Reyno mengerucutkan bibirnya.
"Kejutan!" Balas Reyno ketus.
"Tapi, nggak dengan membuat baju mu basah begini, Reyn. Rambutmu juga. Dasar anak nakal, berapa kali aku bilang jangan ujan ujanan, kamu tuh sering flu, udah flu apa lagi? Flu ayam, Gitu? Baru berenti ujan ujanan?" Adamian mulai melontarkan sejuta nasihat untuk Reyno, Eyno memang suka hujan. Itulah buktinya. Bahkan ia tadi niatnya ke galeri itu naik sepeda atau jalan kaki saja.
Reyno tersenyum lebar, menampilkan gigi kelincinya dan ginsulnya. Kupingnya sudah tebal untuk mendengar ocehan Adamian.
Adamian meletakkan peralatan lukisnya di kursi tadi, ia menghela nafas seraya melirik Reyno dari bawah keatas.
"Pergilah, aku nggak mood liat bocah kumel. Ganti baju di ruangan ku, sekarang." Perintah nya dengan begitu tegas. Reyno kembali memberikan senyum terbaiknya di depan Adamian.
"Marah mulu, cepet tua baru tau." Ancam Reyno dengan seringaian jahilnya.
"Aku memang sudah tua, Reyn. Kamu nggak sadar itu?" Tanya Adamian sarkas.
Reyno memilih pergi melengos begitu saja tanpa perasaan bersalah.
***
Kemeja putih yang kebesaran melekat pada sosok Reyno yang sedang duduk di pojokan ruangan penuh dengan ornamen hitam.
Rambut belakangnya yang basah membuat beberapa tetes terjatuh begitu saja dibelakang punggungnya, menembus kemeja putih milik Adamian.
Reyno memeluk lututnya, ia menangis tersedu sedu, ia kembali ingat pada kejadian 11 tahun silam, saat orang yang ia sayangi merebut calon orang tua angkatnya.
Ia merasa begitu dongkol, dan marah. Namun, saat itu ia bisa apa. Reyno kecil hanya bisa menangis setiap kala hujan melanda kota Yogya di belakang halaman panti, ia menangis dan berteriak pada Allah saat itu, kenapa Allah begitu tega mengambil calon orang tua angkatnya? Apa Allah tidak menyukai jika Reyno bahagia meski hanya ingin di usap kepalanya? Sesederhana itu keinginan Reyno.
"Kak... kak..." Lirih Reyno dibalik persembunyiannya di lengan tangannya.
Disebrang sana Adamian melihat lagi kebiasaan Reyno yang paling buruk semenjak ia mengenal Reyno di toko roti nya. Adamian terdiam di ambang pintu ruangan nya.
Perlahan Adamian mendekat dengan langkah kecil dan pelan tanpa ingin menimbulkan suara apapun di lantai kayu nya.
Ia berjongkok sembari menyentuh pundak Reyno yang kecil. Terdengar suara isakan darinya.
"Kenapa dia tega ambil orang tua angkat aku? Apa salah kalau aku cuma ingin orang tua? Sekalipun itu bukan ayah dan ibu kandungku, Adam." Reyno mulai meracau, Adamian dengan sigap memeluk tubuh ringkih Reyno. Ia menenangkan bayi besar menyebalkan nya.
Adamian tau masa lalu Reyno yang kelam. Reyno merasa beruntung saat tau bisa berteman dengan Adamian, lelaki berusia 27 tahun yang baik meskipun dingin.
Reyno membalas pelukan dari Adamian. Kebiasaan yang tidak pernah hilang dari Reyno, ia selalu menempelkan ingus di baju orang yang ia tangisi.
Adamian terlihat membuang nafasnya gusar.
"Kamu harus bisa mengikhlaskan, semuanya nggak harus berjalan dengan ingin mu. Mungkin Allah belum memberi, karena Allah mau memberi yang paling baik."
Reyno semakin menangis, ia tidak dapat membendung semuanya.
Adam melepaskan pelukannya, ia menatap lekat lekat Reyno yang wajahnya memerah karena ia juga sedang flu parah. Ia memegang kedua pipi Reyno yang cabi dan halus.
Mereka berdua bersitatap cukup lama. Dan setan pun merasuk dalam nadi lalu ke jantung dan fikiran Adamian, mengendalikan seluruh rongga tubuh Adamian saat ini.
Setan bernyanyi merdu didalam fikiran Adamian, ia bangga dengan hasil kerja kerasnya. Satu manusia bodoh terperangkap dalam jeratnya yang indah.
Dan malam itu pun, Adamian terbelenggu dalam seluruh surga dunia yang ia belum dapatkan. Namun, setan memberinya dengan percuma.
Adamian menggigit bibir Reyno yang mulai membengkak. Malam itu, setan di dalam fikiran Adamian menari indah sembari menghapus apa yang sudah di ajarkan oleh orang tua Adamian.
Jeritan dan desahan Reyno malam itu membuat tubuh Adamian semakin terbakar.
"Ah.. ah... ah... hah.. ah... ah.... ah.... ahhh...hah... ahhh" Desahan Reyno tidak terbendung lagi malam itu.
***
YOU ARE READING
MAAFKAN AKU (BxB)
RomansaKisah ini mengisahkan diriku dan dirimu, kisah kita begitu mirip drama di Televisi. Kisah ini antara aku dan engkau. Aku Reyno dan kamu Azki. Kita sama sama anak yang tidak beruntung dalam kehidupan kita, tidak memiliki orang tua dan berharap akan d...