2. Another Side

71 7 13
                                    

Vero menutup pintu mobilnya. Dia berjalan santai melewati parkiran dan beberapa kios. Lalu terlihatlah orang yang sudah janjian dengannya.

"Mbak cakep-cakep sendirian aja mbak. Jomblo ya?" Ledeknya pada seorang gadis yang cuek-cuek aja pakai celana pendek setengah paha dan kaos putih gambar snoopy yang dia ingat banget itu karya gadis itu waktu SMA.

Olive menoleh terus mencibir. "Kaya situ nggak jomblo aja." Lalu Olive memperhatikan Vero dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Cie blazer baluw..."

Vero nyengir sambil menarik kursi disebelah Olive. Beberapa hari yang lalu memang Olive membelikan blazer warna hitam yang sudah diidam-idamkan Vero dari bulan lalu. "Cakep banget ya gue pake ini."

Olive menaikkan bibirnya setengah mencibirnya.

"Pesen apa lo?" Tanya Vero.

"Biasa. Lo mau?"

"Mau lah. Ngapain gue jauh-jauh dateng kesini kalo nggak buat makan gratis." Vero menyunggingkan senyuman mautnya.

Lalu Olive memesan satu porsi lagi ayam bakar madu spesial favorit mereka. Mereka memang sering makan disana semenjak Olive pindah keapartemen didaerah Kalibata. Kayaknya sih sekitar 5 tahun yang lalu. Saat itulah mereka menemukan warung makan yang menjual ayam bakar itu dideretan kios-kios disalah satu tower yang ada di kawasan apatemen itu dan sampai sekarang mereka masih jadi langganan warung makan itu. Soalnya selain enak, ibu-ibunya baik mau ngasih sambel yang banyak.

Setelah ayam bakarnya jadi, Olive segera membayar dan nggak lupa bilang "makasih" sama ibu itu. Lalu seperti biasa mereka akan jajan-jajan cantik dulu sebelum naik keatas. Nah kalau udah begini nih, mereka kadang suka kalap deh. Banyak banget jajannya. Giliran abis makan, suka guilty feeling gitu. Buru-buru deh diet lagi. Untung cuma sebulan dua kali. Kalau setiap hari bisa-bisa Vero tiduran diatas rel kereta. Biar kurus lagi katanya. Lah itu mah bukannya kurus, lewat iya kali.

Selagi jajan-jajan, mata mereka ya agak jelalatan gitu. Cuci mata. Soalnya banyak cowok-cowok keren yang suka lagi pada nongkrong di cafe sambil minum kopi. Duh ya... kadang ada yang badannya bagus banget. Yang suka pake kaos tanpa lengan, macem pamerin otot bisep sama trisepnya gitu. Minta digaruk bangetlah pokoknya. Kalau banyak yang begini nih, si Vero bakal betah banget nongkrong disitu. Sampai-sampai Vero jadi niat beli apartemen.

Olive menempelkan access cardnya sebelum memencet tombol angka 10. Lalu setelah tiga detik, pintu lift terbuka. Mereka berhenti didepan sebuah pintu, memutar kunci, dan membuka pintunya.

Apartemen Olive sebenarnya tidak begitu luas. Hanya satu kamar, wardrobe room, satu kamar mandi yang lumayan luas, ruang tengah, dapur kecil lengkap dengan meja makan dan 3 kursinya, dan balkon yang cukup luas.

Dinding apartemennya semua berwarna broken white, lantainya kayu sintetis berserat, sehingga tidak mudah licin. Perabotnya berwarna coklat yang lebih muda dari warna lantainya. Karena Olive suka warna hijau. Dia memilih kursi makan dan sofa yang berwarna hijau, seperti warna daun yang sedikit gelap. Sedangkan karpetnya, bermotif batik warna hijau dan putih.

Olive itu orang yang selalu menyukai kerapihan. Semua tersusun sesuai dengan keinginannya dan selalu tampak indah dimata orang lain. Dia pernah pengen jadi designer interior sebenarnya. Tapi nggak jadi karena dia kurang hoki waktu membidik prodi itu waktu mau kuliah.

Seperti biasa Vero akan nyelonong masuk dan berjalan kearah balkon. Itu tempat favorit mereka buat ngobrol. Sedangkan Olive sedang mengambil piring, gelas, dan beberapa jus kotak siap minum.

"Sarah sama Kirana kok sekarang sok sibuk gitu ya, Liv, sampe nggak bisa ngumpul gitu." Vero memulai percakapan sambil mengunyah ayam bakarnya.

Olive mengigit timunnya. "Ya, mungkin aja emang mereka lagi sibuk banget. Kaya kita nggak pernah gitu aja."

To Love and Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang