•>Chapter Tiga<•

148 13 0
                                    

      KOU menarik pelatuk pistol yang sedang dipegangnya. Beres sudah ia membunuh pengikut-pengikut kelas rendah dari sang puppet control.

Seira mendecak sebal, ia benci darah. Jadi setelah ia membunuh buruannya, ia segera mencari air dengan lap sebagai alat pembersih pedangnya.

"Ada kabar?" Seira bertanya pada Kou yang sembari sedang membereskan mayat yang sudah ditembak dengan pistol oleh Kou.

"Tidak, mereka masih bersikeras tidak mau memberitahu dimana pemimpin mereka." Kou menghela nafas.

Seira diam, ia ikut menghela nafas lalu mengambil sesuatu dari tanah.

"Kou, hubungi Tanaka. Suruh dia membuat Miyorin jauh dari jangkauan kelas malam." Seira melempar kembali benda yang tadi diambilnya dari tanah.

Kou tidak berbasa basi, ia langsung menelpon Tanaka.

["Jadi, apa lagi?"]

Dari sana Tanaka sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan Kou dan Seira.

"Miyorin harus jauh dari kelas malam." Kou to the point.

["Mana mungkin dia kesana? Dia sendiri orang cuek yang keras kepala."]

"Ya sudah, yang jelas aku minta kau melindunginya." Seira merebut ponsel Kou lalu memutuskan panggilan ketika sudah selesai.

Itu kebiasaan Seira.

"Kou, kita harus pergi." Seira berkata sambil beranjak pergi meninggalkan monster yang penuh darah berwarna hitam tergeletak di tanah.

***

>•[Miyorin]•<

Aku dibangunkan oleh suara paman Tanaka. Raut ekspresinya panik melihatku.

"Miyorin, kau tidak apa?!" Ia bertanya dengan nada dan ekspresi khawatir.

Aku benar-benar speechless , sungguh aku tidak bisa berbicara satu kata pun setelah bermimpi buruk. Tapi di satu sisi aku benar-benar lega ternyata itu cuma mimpi dan mimpi itu tidak menelanku ke dalam.

"Miyorin?!"

Tubuhku memang masih gemetaran setelah mengingat mimpiku semalam. Paman memelukku dan mengelus punggungku pelan.

"Kau pasti mimpi buruk.." nada bicaranya mulai tenang.

"Aku tak apa.." Aku menjawab.

Jadi, aku masih berpikir.
Kenapa mimpiku serasa nyata sekali?

Aku bahkan sampai berkeringat hebat karena mimpi tersebut.
Untung saja paman membangunkanku...

***

"Kanazawa, kau tak apa?!" Mikuzo tiba-tiba muncul di depan pintu kamar asramaku.

"Hey hey... Kau ini bebas sekali ya keluar masuk area asrama perempuan.." Aku bertanya heran.

"Siapa bilang kau di asrama perempuan, ini asrama lantai dua sisi kanan Tuan Puteri. Dimana kau bersebelahan dengan para orang-orang khusus sekolah ini."

Ok, aku kalah debat.

"Miyorin!! Kau telat sekali hari ini!" Yukia memukul bahuku pelan saat aku ingin duduk di meja sebelah Yukia.

"Maafkan." Aku menjawab.

Bel sekolah berbunyi, tanda bahwa sekarang guru akan masuk ke kelas dan menjelaskan pelajaran selama enam jam.

Guru telah masuk dan entah kenapa ada orang lain dibelakangnya itu.

"Jadi, dia-"

Aku tidak memperhatikan perkataan guruku. Lalu...

Doll CURSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang