1

55 5 2
                                    

Famella's Pov*

"Famell, segera kau habiskan sarapanmu, kau sudah telat 2 menit sayang," Aunt Frezka mulai berkacak pinggang disebelahku. Aku mendengus kesal, lalu menyuapkan satu sendok makanan kemulutku. Kutenguk susu coklat hingga tuntas, lalu berdiri.

"Im done Aunt," kata ku tersenyum kecil, Aunt Frezka menghela napas, ia langsung meninggalkanku dan menaiki mobilnya. Aku mengikuti beliau.

Kami berdua masuk kedalam mobil. Aku sudah tebak, aku akan telat datang kesekolah. Karna aku saja sudah telat 2 menit. Sekolahku tidak begitu jauh, hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai kesana. Aunt Frezka mulai menyetir mobilnya.

"Jika ibumu tahu tentang ini, dia pasti marah padamu Famell,"

Ah, sudahlah, kumohon jangan bahas itu. Itu membuatku sedih, sepertinya Aunt Frezka tidak tahu bahwa aku sedih. Aku menghela napas berat. Aku tak suka membicarakan keluargaku, rasanya aku ingin menangis.

"Aunt, Kak Talitha kemana? Sejak tadi pagi aku tak melihatnya," tanyaku mengubah topik.

Aunt Frezka menggelengkan kepala, "kau tau sendirikan, kakak mu itu orang yang sibuk, dia sedang kuliah di London, baru pergi tadi pagi sebelum kau bangun."

Aku terperanjat mendengarnya.

"Apa? Kak Talitha meninggalkan New York lagi?! Argh! Sialan! Kenapa sih Kak Talitha mengambil kuliah disana?!" Usikku kesal.

Bagaimana tidak? Aku kehilangan kakak kesayanganku. Kakak yang selalu ada buatku, sekarang tinggal Aunt Frezka dan Uncle Denny dirumah, hafh...

"Jika dia ingin kesana mau bagaimana lagi? Inikan impian dia, mimpi dia agar cita-citanya terwujud sayang," jawab Aunt Frezka.

Aku tak butuh alasan itu, aku hanya ingin Kak Talitha pulang. Huh. Kali ini aku tak menjawab, karna apa? Jika aku berdebat lagi, ujung-ujungnya Aunt Frezka selalu menang dan aku diam. Oke, aku selalu begitu.

20 menit kemudian, mobil Aunt Frezka tiba di sekolahku, aku menyalami beliau dan turun dari mobil dengan buru-buru. 5 menit lagi Ma'am Dennia akan masuk kekelas. Dia adalah wali kelasku. Argh! Dia selalu merusak mood ku pagi hari. Aku berlari ke kelas dengan tergesa-gesa. Sudah sangat sepi, aku menaiki tangga dengan cepat. Begitu tiba di lantai 2, aku langsung berlari lagi ke pojok ujung, disitulah kelasku, kelas XI-B.

Kubuka perlahan pintu kelas, semua temanku menatapku, kulihat kemeja guru, dan jengjengjeng. Aku sudah siap, Ma'am Dennia telah masuk ke kelasku, sialan sialan sialan. Ini adalah bad day sedunia. Kutatap wajah Ma'am Dennia dengan takut dan tersenyum takut. Mata Ma'am Dennia begitu kaget dan melotot marah ke arahku. Baiklah, aku menyerah saja Ma'am.

"Ms. Afrizka, apa-apaan Anda datang jam segini? Tak kah kau lihat ini sudah jam berapa Ms. Afrizka?" Nadanya mulai sarkastik.

Aku tersenyum cemas, "maafkan saya Ma'am,"

"Apa alasan kau kali ini Ms. Afrizka? Kelamaan makan? Kelamaan mandi? Kelamaan tidur? Atau kelamaan chat dengan pacar barumu?"

Apa? Pacar baruku? Hah! Siapa bilang Mrs. Heliyha.

"Tidak Ma'am, saya tadi... macet dijalan," ucapku yang tentu saja bohong.

"Hafh, banyak sekali alasanmu Ms. Afrizka, saya sudah 3 kali memperingatimu dan memberimu hukuman, apa belum puas bagimu?"

Aku terdiam.

"Saya bahkan sudah memasukkan namamu ke dalam buku klinis Ms. Afrizka,"

Aku diam lagi.

"Kali ini hukumanmu adalah, lari dilapangan sebanyak 25 kali. Dilapangan bola ya,"

Apa? Apa aku tak salah dengar? Oke, ini pertama kalinya aku mendapat hukuman serumit ini. Aku ini perempuan! Yang benar saja!

"Apa?--"

"Jangan banyak omongan Ms. Afrizka, kerjakan saja," guru itu kembali menerangkan pelajaran. Aku mendengus, kemudian keluar kelas dengan gontai menuju lapangan.

Begitu tiba dilapangan, aku meletakkan tasku lalu memulai berlari. Oh ayolah, baru 2 kali mengintari saja aku sudah kecapekan, lapangan ini sangat luas! Yang benar saja Ma'am Dennia memberiku hukuman seperti ini! Ok, aku akui ini memang salahku Mrs. Heliyha.

3 putaran...

4 putaran...

Memasuki 5 putaran, kakiku melemas, aku duduk ditepi lapangan, mengambil botol minumku dari tas, aku mengobrak-abrik mencarinya. Oh astaga! Aku lupa membawanya! Sialaannnn, ini hari buruk! Bagaimana bisa ini terjadi?! Tidaak. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, menghela napas. Rasa hausku makin bertambah.

"Mau ini?"

Aku mendongak, disampingku ada cowok blonde dengan rambutnya yang argh, cukup keren, wajahnya yang ganteng, dan tinggi. Tapi ekspresi wajahnya begitu datar. Apa dia senior? Tangannya menyerahkan botol minum dari kantin kepadaku, botol itu masih penuh dan belum dibuka.

"Untukku?"

Cowok itu mengangguk, aku menerimanya sambil tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih. Cowok itu kemudian duduk disampingku, aku mulai meneguk botol minuman ini sampai setengah. Cowok itu menatapku, aku semakin bingung.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Gadis sepertimu berlari dilapangan sendirian? Kau mendapat hukuman atau kau remedial olahraga?"

Aku mendengus, "jika aku remedial olahraga, aku pasti menggunakan baju olahraga,"

Dia mengganguk, "pastinya kau mendapat hukuman telat,"

"Jangan bicarakan itu." Tegasku.

"Kau kelas berapa?" Tanyanya. Aku meletakkan botol minuman itu di sebelahku, lalu menatap dia yang menatapku.

"Kelas--" astaga! Mata dia--mata dia-- sangat indah! Omfg! Warna biru laut yang membuat mataku seperti terhipnotis. Astaga.

"Hei?"

Ok, aku melamun.

"Ah? Aku kelas XI-B," mataku beralih kearah lapangan. Mata dia indah sekali Tuhan, ingin rasanya mencongkel matanya lalu kujadikan menjadi milikku.

"Oh, pantes,"

Aku menoleh, "pantas apa?"

"Dikelasku, kelas XI-D, sering membicarakan bahwa anak kelas XI-B yang cantik, sayangnya dia sering mendapat hukuman," kata cowok itu.

Aku terperanjat. Anak kelas XI-D membicarakanku?! Sialan!

"Mereka tak bilang namanya kan? Bisa jadi bukan aku." Kataku sedikit emosi.

"Mereka bilang namanya adalah Geny Famella Afrizka, aku tak mengenalnya."

APAH?!

NAMAKU DISEBUT?!

SIALAN!

SIALAN!

APA-APAAN MEREKA!

"Itu namaku bodoh!"

Dia menatapku terkejut, "kau Famella?"

Aku menggangguk, hafh, andai saja namaku tak disebut-sebut mereka, hatiku jadi gak gelisah begini. Aku melirik cowok itu, cowok itu tampak berpikir.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Tak apa, sebaiknya aku balik ke kelas,"

"Oh? Iya."

Cowok itu mulai bangkit, tapi aku mencegatnya.

"Hei!" Seruku.

Cowok itu menoleh, "ya?"

"Namamu siapa? Kau kan sudah tau nama ku, sekarang giliran namamu," kataku mengulumkan bibirku.

Cowok itu tersentak sebentar, lalu tersenyum, "namaku Niall Horan,"

Aku sedikit kaget, Niall? Apa dia-- tidak tidak, itu tidak mungkin. Ah? Sudah lah, dia pun sudah hilang dari pandanganku, aku mengambil botol minum dari Niall dan meneguknya sedikit. Lalu bangkit, melanjutkan hukumanku.

🔮🔮🔮🔮

Haaiii, Stef datang. Ok sip, gaje bet, absurd, and gabong, alias ganyambong. Ok, gua ngerti.
Hargai tulisan gua ya guys. Gua nulisnya pake ati dan tangan, bukan pake usus dan kaki.
Makasih
-Stef

And Then I Meet You {N.H}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang