Della dan Alby tiba dirumah.
Ya, dirumah, rumah mereka lebih tepatnya. Alby keluar dari mobil disusul kemudian oleh Della.Sejenak Della terpaku oleh rumah yang dipilihkan Nicho untuk mereka.
Rumah yang tidak terlalu besar tapi memiliki halaman yang luas, diiringi dengan cat berwarna putih dan abu-abu.Jika hendak memasuki rumah, maka kita akan terlebih dahulu disuguhi pemandangan taman bunga dari sebelah kiri dan kanan, yang hanya menyisakan jalan bagian tengah untuk seukuran mobil.
Lalu disamping rumah masih ada pohon, lengkap dengan ayunan yang menempel pada pohon lalu ditambah dengan kursi dan meja santai.
Della mulai memasuki rumah dengan Alby didepannya, dia mulai mengamati lagi. Rumah mereka memang tidak terlalu luas, yang membuat Della kagum adalah, pemandangan yang ada disekitar rumahnya.
Ini yang Della inginkan, tidak terlalu mewah namun sangat nyaman untuk ditempati, dan rumah ini seperti rumahnya dulu dikala masih tinggal bersama Ayah dan Abangnya. Ya, walaupun rumah lamanya jauh lebih besar.
Diruang tengah, ada sofa berwarna coklat dan meja persegi panjang dilapisi kaca bagian atasnya. Dilengkapi dengan tv berukuran besar didepannya. Lalu masih ada lukisan, beberapa guci dan bunga yang disusun sedemikian rupa.
Alby yang berjalan didepan Della berhenti mendadak, membuat Della yang mengikutinya dibelakang juga berhenti dengan pandangan heran.
Alby kemudian berbalik badan menghadap Della yang sedang meliriknya, dan menatap Della tepat dimatanya. Della yang merasa mendapat tatapan tajam alby pun seakan terintimidasi dan membuat saraf pusat badan Della melemah.
"Ke..kenapa?" Tanya Della hati-hati, kemudian menundukkan sedikit kepalanya kebawah takut akan tatapan Alby.
Alby menghela nafas, tangan kiri yang masih kosong ia masukkan ke saku celana, sementara tangan yang kanan masih memegang koper. "Lo pilih kamar sendiri."
Della menengadahkan kepalanya lalu menatap alby dengan pandangan tidak mengerti, "ma.. maksudnya?" Della masih berusaha berhati-hati berinteraksi dengan Alby.
"Ya, lo pilih kamar lo sendiri!" Alby sedikit geram, "gue gak mau satu kamar sama lo. Ngerti!"
Sebenarnya Della sedikit tersinggung akan ucapan Alby. Tapi bukan berarti dengan suka rela ia mau tidur dengan Alby. Hanya saja cara penyampaian Alby seolah-olah mengatakan Alby sangat membenci dirinya dan tak ingin ia dekat dengan Alby.
Della tersenyum kecil, "iya, gue ngerti kok."
"Bagus." Balas Alby lalu memutar balik badannnya hendak berjalan kekamarnya.
"Alby," panggil Della kala Alby mulai berjalan.
Alby berhenti dan dan kembali menatap Della, lalu menaikkan sebelah alis kanannya menunggu ucapan Della.
Della sebenarnya rada takut menawarkan ini karna penolakan Alby, namun tidak ada salahnya kan untuk mencoba.
"Barang-barang lo, letak dikamar aja. Nanti biar gue aja yang nyusun," Della memberikan senyumnya.
Alby semakin menatap tajam Della, siapa dia berani mengatur barang-barang miliknya.
"Gak perlu!"
Dua kata yang membuat senyum Della luntur begitu saja.
"Gue pikir lo masih ingat sama ucapan gue buat gak usah sok deket sama gue. Apa gue ngomong kurang jelas?" Ucap Alby lalu kembali memutar badan menuju kamar.
Namun sedetik kemudian Alby memutar badan lagi menatap Della dengan pandangan yang tak kalah tajam.
"Satu lagi. Jangan pernah sentuh barang-barang gue!" Dan kali ini Alby benar-benar meninggalkan Della yang masih memasang tampang bodoh sekaligus takut.
"Ayah, Della sedih," cicit Della pelan.
Namun sayangnya masih terdengar oleh Alby, dan dihiraukan Alby begitu saja. Apa pedulinya? Mereka memang menikah, tapi bukan berarti ia akan mendekatkan dirinya kepada Della.
Itu salah besar! Menurut Alby ini adalah salah satu tantangan dari Nicho bagaimana bencinya ia terhadap sesosok yang namanya perempuan.
Dan Della adalah targetnya!
Della menatap nanar ke arah Alby yang masih dengan gaya santainya menaiki tangga seolah tak mempunyai beban secuil pun.
Della hanya mampu menghela nafas lagi dan lagi, kemudian tersenyum kecil mencoba untuk selalu berfikir positif, berharap suatu hari Alby akan berubah. Bukan berubah menjadi power ranger, bukan. Maksudnya berubah menjadi yang lebih baik.
Della berjalan menuju kamarnya, yang kata Alby ia pilih sendiri.
Dan pilihannya tepat disamping kamar Alby. Della mencoba beristirahat mendamaikan hati dan pikiran yang melanda nya sejak ia bertemu dengan Alby.Belum apa-apa tapi udah capek hati sama pikiran, Batin Della berkecamuk.
Bukan apa-apa tapi saat ini situasi yang menimpanya persis seperti judul novel yang sering ia baca, 'The darkness of marriage'.
Diliriknya jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, pukul 15.25. Della memutuskan tidur sejenak.
❤❤❤❤
VOTE & COMMENT! 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Alby
RomanceMenikah di usia muda bukanlah perkara mudah. Dimana dua orang yang saling tidak mengenal di satukan dan berinteraksi setiap hari dengan sifat masing-masing yang bertolak belakang. Mulanya Alby Stefanus Feehily dan Fradella Agatha Saolin menikah dika...