"Oh, enggak lagi."
"Apa?" Aku mendesah kesal. Menatap nektar berwarna coklat madu yang tak sedikitpun mau menatap wajah– apalagi mataku. Sembab pada matanya adalah salah satu alasan kenapa dia tidak mau menatapku– lebih tepatnya membuat pertanyaan beruntun yang enggan di jawab oleh gadis ini. "Jadi, sampai di mana kerja kelompok kita?"
"Granger." Aku mendesah putus asa. Hermione Granger, sahabat sedari aku dan dia masih mengenakan popok. Bahkan, aku mengenal Granger jauh sebelum rambutnya jadi seindah ini. Aku mengenalnya ketika aku belum tahu pasti apa perasaan yang sering menyusupi hatiku. Perasaan aneh ketika melihat Hermione Granger dengan kekasih barunya, atau lelaki manapun. "Mata kamu enggak bisa bohongin saya, sekarang ada apa lagi dengan bocah rambut merah itu?"
"Pertengkaran kecil, mengerti?" Gantian Hermione Granger yang mendesah. Pertengkaran kecil macam apa yang membuat matanya bisa membengkak seperti itu? Seingkatku aku tidak pernah membuat gadis-gadis yang pernah kukencani jadi seperti Hermione Granger. Oh ayolah, semenjak berkencan dengan si Idiot itu, Hermione Granger dan aku sangat jarang bertemu, bahkan tidak pernah. Gadis ini beralasan ia sedang sibuk, padahal aku tahu sekali si Idiot itu tidak memperbolekan Hermione Granger bertemu denganku. "Berhenti memperhatikan wajah saya, Draco. Ayo mulai kerja."
Aku mengedikkan bahu. Bukan tidak perduli, belum waktunya aku terlalu ikut campur.
**
"Aku cuma ngerjaiin tugas kelompok, Ron! Demi Tuhan! Kenapa kamu enggak bisa percaya?" Aku menahan emosi ketika si Idiot Ronald Weasley berkacak pinggang di hadapan Hermione Granger. Memang, selepas berkerja kelompok tadi, Hermione Granger langsung meminta di antarkan pulang dengan alasan tidak ada yang menjaga rumah. Aku mengenalmu, Granger, buat apa berbohong? Kekasihmu yang terlalu berlebihan mencarimu?
"Murahan." Aku mendongak mendengar satu kata yang meluncur dari si Pecundang itu, Hermione Granger tampak sangat kecil di hadapan lelaki Pecundang Idiot tersebut. Aku menegapkan badan, dan berjalan ke arah mereka. Si Idiot menatapku galak, Hey? Dia tidak tahu siapa Draco Malfoy? Mari perkenalkan kalau begitu. "Enggak ada urusannya dengan kamu, Malfoy."
Aku menaikkan kedua alisku tinggi. "Begitu? Hubungan kalian memang sama sekali bukan urusanku. Tapi memanggil Granger dengan murahan? Oh, kawan, percayalah, kamu pasti ingin menarik-kata tersebut sebelum wajahmu yang buruk rupa itu semakin hancur."
Hermione Granger mendongak menatapku, tentu saja ku acuhkan. Si Idiot itu menatapku dengan melotot, yang ku balas dengan senyuman, sejurus kemudian dia pergi. "Serius, Draco? Kamu bilang wajahnya buruk rupa?"
"Oh, Granger, kamu tahu saya ga bersungguh-sungguh."
"Seharusnya kamu ga perlu ikut campur urusan saya, Draco. Kamu punya urusan sendiri, bukan? Jadi pergilah."
Aku menghela nafas. "Hermione Granger, dia ga cocok buat kamu."
Hermione Granger mengangkat dagunya tinggi, sikap mengintimidasi lawannya. "Begitu? Lalu siapa Draco? Kamu?"
Aku tertegun. Hermione Granger mengibaskan tangannya, kemudian masuk ke dalam rumah. Ya, Granger, aku yang cocok untukmu. Aku bisa menjagamu lebih baik dari lelaki manapun. Aku, Granger, tidakkah kamu lihat?
KAMU SEDANG MEMBACA
T R A C K S
FanfictionHello! Welcome to my one of my thousands imagination. This is technically like one- shot. I made by a song that i heard. I made pairing by characters or characters couple I love! either its on anime or movie. All credit goes to the original creator!