Hari ini ibu dan ayah singgah di rumah untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan belum sempat pulang. Hari ini pula, Seungcheol ada bersama kami.
"Benarkah? Mereka sudah bertemu?"
Tanya Ibu yang Jeehan jawab dengan anggukan.
"Ibu tahu? Bahkan aku rasa mereka sudah cukup dekat sekarang,"
Aku Seungcheol yang membuat Ibu mengangguk-angguk. Mungkin Ibu heran putri bungsu nya itu akhirnya menurut juga.
Aku yang berjalan masuk dari luar sehabis mengambil surat-surat dan koran hanya memandangi mereka.
"Ibu, kita dapat surat dari keluarga Jeon."
Ucapku, sambil mengulurkan secarik surat kepada Ibu.
"Hari ini? Mereka mengundang kita makan malam di rumahnya,"
Aku mengerjapkan mataku, lalu bertanya,
"Bisakah aku tidak ikut?"
Ibu menggeleng tidak setuju.
"Kau itu si calon menantu. Justru kau lah yang harus di sana,"
Aku menghela napas, lalu beranjak dari ruang tengah.
Satu-satunya alasanku untuk tidak datang, adalah, untuk menghindari bertemu dengan Mingyu.
Ya, yang aku kunjungi adalah rumah Wonwoo, tapi firasatku, di sana, entah barang satu atau dua kali pasti mataku akan menangkap kehadiran Mingyu.
Sorenya, kami akhirnya pergi tanpa Ayah karena Ia sibuk walaupun di rumah sekalipun.
Tak lama, kami sudah tiba di pekarangan rumah Wonwoo. Rumahnya jauh lebih besar dari rumahku. Bahkan, rumahnya bertingkat dua. Aku sedari tadi melirik sisi penjuru rumahnya. Indah sekali.
Acara makan malam ini tidak formal, Ibu Wonwoo sudah memberi tahu lewat surat. Bahkan saking tidak formalnya, Wonwoo saja tidak ikut makan malam.
"Dia baru saja pulang dengan kawannya. Dia bilang dia tidak ikut makan malam,"
Kata Ibu Wonwoo,
"Katanya, sebagai ganti, dia akan mengajak putrimu pergi dengannya,"
Lanjutnya, dan Ibu mengangguk senang. Aku melirik ke arah Ibu, tanpa melanjutkan makanku.
Tidak ada nafsu untuk melanjutkan, bahkan.
Setelah makan, mereka pindah ke ruang tengah, ruang yang lebih lapang untuk berbincang. Aku sedari tadi celingukan mencari kran air, yang akhirnya kutemukan di dekat tangga.
Segera kuhampiri, saat tiba-tiba aku mendengar derap langkah seseorang yang diikuti langkah lain di belakangnya, menuruni tangga setengah berlari.
"Oh, kau disini?"
Suara Mingyu menggema lagi di kepalaku.
Benar firasatku pagi ini.
Aku menoleh ke arahnya, saat Ibu memanggil Mingyu dari ruang tengah.
"Mingyu? Ternyata kau yang berkunjung ke sini?"
Mingyu mengangguk,
"Iya, Ibu. Aku akan pulang sekarang,"
"Baiklah. Sampaikan pada Ibumu aku disini. Barangkali dia mau bertemu denganku,"
Ucap Ibu, dan Mingyu mengangguk lagi.
"Ya, akan aku sampaikan. Ibu mungkin akan kesini. Kalau begitu aku permisi dulu,"
Mingyu tersenyum sopan kepada mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
precious encounter.
FanficWritten in Bahasa Indonesia. Reader's point of view. Time setting based on your imagination! But make sure to set the time in your mind before technologies took over the modern times. * = end of a chapter *** = end of the scenario