Dua

1.4K 362 150
                                    

Jangan lupa vote terlebih dahulu ya! Dan jangan lupa komen juga hehe :)
🎀🎀🎀

Mulai Senin pagi hari ini tepatnya. Dearni memutuskan datang lebih pagi, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri agar tidak terlambat masuk sekolah lagi. Terlebih hari ini sedang diadakan PTS atau yang lebih dikenal sebagai Penilaian Tengah Semester. Sesampainya di ruang kelas Dearni langsung merebahkan kepala di atas meja dengan ditutupi jaket denim kesayangannya, ia pun tertidur.

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba udara dingin menghampiri. Dearni mengerjapkan mata, mendonggokan kepala dan melihat petugas kebersihan sekolah sedang menyalakan dua AC yang berada di ruangan.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Suasana ruang kelas, kini mulai ramai siswa dan siswi pun mulai berdatangan serta menempati tempat duduknya masing-masing. Dearni pun memutuskan menyudahi tidurnya, lalu memasukkan jaket ke dalam tas.

BRAK!

Seseorang membanting keras pintu kelas. Membuat seluruh siswa dan siswi yang berada di ruang kelas sontak kaget, mengerutu tidak jelas. Dan dengan santainya segerombolan siswa mengenakan baju tidak beraturan serta dasi yang dikenakan asal muncul dari pintu luar.

"Woy, Santai dong!" ucap Gianita dengan wajah kesal.

Tiba-tiba seorang siswa berjalan menuju meja Gianita diikuti oleh teman-temannya. Siswa tersebut menatap tajam ke arah Gianita sementara yang ditatap, kini hanya bisa menunduk seakan sedang dimarahi oleh guru BK. Lalu, sebuah tangan mendarat di puncak kepala Gianita, mengusapnya perlahan.

Siswa tersebut berkata, "Sorry." Suasana kelas pun riuh ketika, siswa tersebut selesai mengusap kepala Gianita.

Sedangkan siswa tersebut bersikap biasa saja dan memilih pergi menuju meja belakang, tepatnya pada meja Dearni. Ia meletakkan tas tepat di samping meja Dearni kemudian, ia pun pergi keluar kelas diikuti teman-temannya. Setelah siswa tersebut pergi Dearni hanya bisa menatap punggungnya dengan rasa tidak suka.

Dia adalah Farras Mahera Putra. Siswa kelas sebelas, seorang pentolan sekolah yang terkenal hobi tawuran di seluruh penjuru sekolah.

Tunggu, Farras Mahera Putra?

Gianita berjalan menuju meja Dearni, "OMG! Kesel banget gua sama dia Dearni!"

Dearni menaikkan sebelah alisnya, "Kesel tapi baperkan?" Gianita hanya bisa tersenyum sambil mencubit pipi Dearni dengan gemas alhasil Dearni meringis kesakitan.

Tet..Tet..Tet..

Bel tanda apel sudah berbunyi. Dearni dan Gianita bergegas mengambil sebuah topi dari dalam tasnya dan bergegas menuju lapangan sekolah untuk apel bersama. Suasana lapangan sekolah sudah dipadati oleh siswa dan siswi SMA Valleta Nusantra. Dearni pun kemudian, mencari barisan kelas 10 IPS 2 yang berada di sebelah timur.

Setelah semua barisan rapi, apel pagi pun dimulai. Kepala sekolah Bapak Ardi menuju balkon lapangan untuk memberi amanat. Seluruh murid dalam posisi istirahat.

"Harap yang namanya saya sebut untuk maju," ucap Pak Ardi tegas. Pak Ardi tampak sedang menghela napas, sambil memandang barisan siswa dan siswi. Lalu berkata, "Mahera, Afat, Davindra, Neil, Renu, Agasa, Sambara, dan Rizky. Silakan kalian semua maju dan berdiri di depan lapangan!"

Suasana lapangan tiba-tiba riuh ketika, kepala sekolah menyebut nama-nama itu. Mereka saling menatap, karena yang dipanggil tidak kunjung maju menuju lapangan. Akhirnya kepala sekolah kembali memanggil nama Mahera, Afat, Davindra, Neil, Renu, Agasa, Sambara, dan Rizky dengan nada sedikit kesal. Dan akhirnya mereka pun datang dari ruang kantin dengan tangan memegang telinga akibat dijewer oleh Bapak Ajo dan Ibu Desi seorang guru Bimbingan Konseling. Dengan telinga yang sakit mereka berjalan menuju lapangan.

Lukisan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang