Lima

1.1K 272 134
                                    

Mahera melangkah 'kan kaki keluar kelas setelah bel pulang berbunyi dan setelah ia menerima sebuah telepon yang entah dari siapa. Suasana kelas sudah hampir sepi. Dearni masih sibuk mengeluarkan buku yang ia pinjam di perpustakaan kemarin. Ia sengaja meminjam buku untuk menambah bacaan untuk penilaian tengah semester ini, agar nilainya tidak banyak yang remedial.

"Inget, lo masih punya hutang hukuman sama gua," ucap Mahera sebelum ia melenggang pergi meninggalkan ruang ujian. Dearni tidak habis pikir apa yang ada dipikiran Mahera. Hanya karena ia menduduki tempat yang bisa ia duduk di sana dirinya harus mendapat hukuman.

Hah.. Lucu.

Sembari membawa buku pelajaran yang ia pinjam dari perpustakaan dan jaket denimnya. Dearni menyusuri koridor kelas. Dan menuruni anak tangga menuju lantai dasar tempat perpustakaan berada. Tepat di samping tangga, perpustakaan berada.

Setelah sampai, Dearni melepaskan sepatu meletakkan dengan rapi pada rak sepatu yang tersedia. Lalu, Dearni mengisi daftar pengunjung perpustakaan dan mengembalikan buku yang ia pinjam pada petugas perpustakaan.

Selesai, Dearni pun duduk di kursi yang telah disediakan di perpustakaan. Dearni duduk di pojok dekat jendela, tepatnya di bawah AC. Sejuk dan nyaman itulah yang dirasakan Dearni, setelah tadi di kelas ia harus merasa kepanasan akibat salah satu AC yang berada di ruangan ujian tidak menyala. Dearni mengambil ponsel dari dalam tasnya.

Membuka beberapa chat yang tidak terlalu penting dan akhirnya ia memutuskan meletakkan kembali ponselnya ke dalam tas. Dearni pun meraih sebuah komik Doraemon yang diletakkan tepat di depannya. Ia hanya membolak-balik komik lembar komik tersebut tanpa berniat membacanya.

Merasa bosan, Dearni melirik jam dipergelangan tangan kirinya yang menunjukkan pukul jam satu siang. Lalu, Dearni mengedarkan pandangannya kepenjuru ruang perpustakaan. Sepi, perpustakaan sudah sangat sepi hanya dirinya dan beberapa petugas perpustakaan saja. Dearni pun berdiri, mengenakan tas ransel berwarna peachnya. Berjalan keluar perpustakaan, kemudian mengambil sepatu dan mengenakannya.

Suasana sekolah sudah sangat sepi, Dearni berjalan menuju gerbang sekolah. Lalu, menuju halte sekolah yang letaknya lumayan jauh jika berjalan kaki. Letak sekolah yang berada di agak masuk ke dalam gang membuat ia harus berjalan kaki terlebih dahulu untuk menuju jalan raya. Belum sempat Dearni keluar gerbang sekolah ia menatap langit yang mulai mengelap. Dan angin yang terasa mulai menggigit, membuat Dearni kedinginan. Dearni langsung mengenakan jaket yang ia bawa.

Titik air hujan jatuh dengan deras, membasahi bumi yang terasa panas akibat tidak hujan selama berbulan-bulan. Dearni pun berlari kecil ke dalam gedung sekolah. Ia menunggu hujan reda di loby sekolah. Untuk menghilangkan kejenuhan Dearni merogoh saku bajunya mengambil sebuah permen, lalu memakannya. Lima belas menit pun berlalu dan akhirnya hujan pun reda. Segera Dearni berjalan keluar sekolah, menyusuri jalanan yang sepi.

Sambil memegang erat tali tas ranselnya Dearni berjalan menuju halte sekolah. Tetapi, saat berjalan menghindari kubangan akibat hujan sebuah motor matik berwarna hitam melaju dengan kecepatan kencang.

Byur...

Air kubangan akibat hujan sukses terciprat, membuat rok putih yang dikenakan Dearni kotor. Dearni menghembuskan napas kesal.

"Woy! Berhenti lo!"

Dengan refleks Dearni mengambil sebuah botol bekas air mineral yang ia temukan tidak jauh dari tempatnya berdiri. Alhasil botol bekas air mineral tersebut pun melayang dan membentur tepat di punggung pengendara tersebut. Pengendara tersebut lalu berhenti dan menoleh ke arah Dearni. Dearni berjalan menghampiri pengendara tersebut. Pengendara tersebut membuka helmnya, mengamati siswi yang baru saja melemparinya dengan botol bekas.

Lukisan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang