Whatsapp Messenger
Alana A. : Ben di mana?
Ben M. : Di kampus
Ben M. : Lo?
Alana A. : Baru kelar meeting
Ben M. : Ada schedule lg?
Alana A. : Ngga tau nih. Masih lama?
Ben M. : lmyn. Nyusul?"Mbak, aku masih ada schedule apa ngga hari ini?" Alana menoleh ke Mba Sofia yang baru saja masuk ke mobil, "Kalo ngga, aku mo ke kampus nyusulin Ben."
Mba Sofia, personal assistant merangkap manajer Alana mengecek ke notes berukuran A5 yang sudah kucel karena dibawa kemanapun. "Bentar ya Al,"
Alana menurunkan sunglasses Rayban aviator kesayangannya,"Mbak, katanya mau mindahin isi buku ke hape, hape keluaran paling baru itu harus dimanfaatin isinya tau!" kemudian dia menoleh Pak Dar, "Pak, mulai jalan yuk! Kelamaan nunggu Mbak Sof!?"
"Hush!" Mbak Sofia tengah menelusuri notes A5-nya, "Mbak lebih yakin sama notes, mau semutakhir apapun hape tetep aja kalo rusak, bye semua ilang!"
"Jadi?"
"Jadwalmu selesai hari ini. Lusa baru ada tapping talkshow." Mbak Sofia menoleh ke Alana yang sudah mulai mengetik di ponsel.
"Pak Dar, kita ke kampus yah." perintah Alana yang langsung membuat Pak Dar mengarahkan mobilnya masuk menuju jalur tol.
***
Dua cowok duduk berhadapan di meja belajar ujung sebelah jendela besar perpustakaan yang memperlihatkan hutan buatan seluas dua hektar. Masing-masing sibuk dengan buku-buku referensi tugas yang terbentang di depan mereka. Salah satu dari mereka akhirnya melepas kacamatanya, memijat dua matanya perlahan, kelelahan mencari referensi yang sesuai untuk tugas mingguannya.
"Ben," panggil Alana dengan pelan menepuk bahu cowok didepannya, mengingat ini perpustakaan di mana suara meninggi satu oktaf bisa disambut paduan suara 'sssttt' dari semua penjuru.
Cowok berambut hitam legam bak model iklan shampoo yang masih sibuk membolak-balik buku menoleh dan terkejut melihat Alana, "Eh, kok cepet?" melirik jam kulit antik turun temurun keluarganya.
"Pak Dar ngebut dikira gue ada kelas." Alana nyengir sambil menarik kursi duduk di sebelah cowok yang dia panggil Ben. "Belajar apa?"
"Business Analyst," jawabnya berusaha mengumpulkan konsentrasi, "How's your report?"
"Hm, don't know?" Alana bergeser duduk mendekat di sebelah Ben yang mulai mengerucutkan mulutnya.
"Ally, c'mon! How come you say you don't know?!"
Alana langsung melihat sekeliling dan menurunkan topi NY-nya semakin menutupi mukanya. Untung meja yang dipilih cowok itu letaknya diujung jadi tidak banyak orang berlalu lalang disekitar situ.
"Guys!?" hardikan suara berat nan tajam di seberang Alana dan Ben membuat mereka menoleh.
"Sorry, dude." Ben meringis dan menoleh kembali ke Alana yang mulai berdiri, "Mo ke mana?" tangannya menahan Alana.
"Pulang."
Satu,dua,tiga. Ceramah dimulai.
"Ally, you need to do it. Lo tau kan apa akibatnya kalo nilai lo ada yang jeblok." Ben mengingatkan cewek berambut ikal highlight dark brown yang walaupun berpakaian super kasual dengan wash-off jeans dan kemeja putih model boyfriend-nya tetap bisa membuat cowok sekuper apapun menoleh.
"Gue tunggu di apartment ya."
Alana lalu melambai dan setengah berlari keluar dari perpustakaan karena menyadari tatapan orang-orang yang sudah mengetahui siapa dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARDUST #wattys2019
ChickLitBertemulah dengan Alana, model/aktris/mahasiswi fakultas literature yang selalu gagal move on ~ "At first, he was never mine, but losing him broke my heart." Gavin, sang juara angkatan di fakultas ekonomi-ilmu politik/freelance photographer/baker en...