Chapter 14

1.3K 204 0
                                    

Ketika pagi datang, Kaneki sudah pergi dari sampingku. Aku bangun di ranjang sendirian. Dia memang suka sekali menghilang di pagi hari. Aku berusaha menggerakan tubuhku, namun rasa sakit d perut kembali menyerang. Aku membuka bajuku sedikit, ternyata ada bekas jahitan di perutku. Ayah pernah bilang kalau ada jahitan di perut, tidak boleh bergerak terlalu banyak selama dua hari penuh sampai rasa sakit mereda.

Akhirnya aku hanya duduk sambil menyandarkan punggungku di tumpukan bantal. Aku melihat ke arah jam dinding, sekarang jam 8 pagi! Sial! Aku seharusnya sekolah! Aku bahkan belum meminta ayah untuk membuatkan suart izin. Hp, hp, hp, dimana? Oh ya, ketinggalan di rumah.

Tok...Tok...

"Nee-san?" itu suara Hinami-chan memanggil dari luar pintu.

"Ya, masuklah."

Pintu terbuka, Hinami-chan dengan wajah segarnya masuk sambil membawa senampan makanan. "Saatnya sarapan."

"Terima kasih." Sahutku. "Um, Hinami-chan, kapan aku bisa kembali? Banyak sekali yang masih perlu kutanyakan dan aku harus kembali ke kehidupan lamaku, aku masih harus sekolah loh."

"Untuk masalah itu aku yakin Nee-san akan segera keluar dari kamar ini setelah sembuh. Tapi kalau Nee-san ada pertanyaan lebih dari itu aku bisa panggilkan tenchou."

"Benarkah? Terima kasih. Aku ingin bertemu dengan tenchou selesai sarapan."

"Baiklah. Sampai bertemu nanti, Nee-san." Aku melambaikan tanganku padanya, kemudian kedua tanganku meraih nampan dan menyantap makanan. (meskipun makananku adalah bubur lagi)



Selesai sarapan, tenchou benar-benar datang ke kamarku. Sekarang aku sedang mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan untuknya. Tenchou duduk di kursi tepat di sebelah ranjangku. Seperti biasa, ia memakai seragam anteiku.

"Kulihat kau sudah lebih baik, Akina."

Aku mengangguk. "Berkat pertolongan keluarga Anteiku tentunya." Aku tersenyum. "Tenchou, sebenarnya apa yang terjadi denganku semalam sangat tidak bisa kupahami. Aku masih butuh penjelasan."

"Ehem." Ia berdeham sambil membenarkan posisi duduknya. "Orang-orang yang menyerangmu semalam adalah beberapa anak buah dari Aogiri. Aku yakin Touka sudah menjelaskan padamu hubungan Kaneki dengan Aogiri, tapi penyerangan kali ini Kaneki tidak melakukannya, ia malah menyelamatkanmu bukan?" aku mengangguk. "Satu-satunya hal yang membuat Aogiri menyerangmu pastilah kau memiliki sesuatu yang diinginkan Aogiri. Apa kau punya sesuatu yang menurutmu ingin dimiliki Aogiri?"

"Bagaimana aku bisa tahu? Bukankah Aogiri lebih cenderung ke dalam organisasi ghoul yang suka rakus memakan jiwa manusia saja? Jangan tersinggung, tenchou."

Tenchou tertawa. "Aku tidak tersinggung. Apa yang kau katakan tentang Aogiri memang benar, tapi apa kau yakin kau sama sekali tidak tahu?"

"Aku tidak-" map berisi kertas-kertas operasi percobaan. "Mungkin aku tahu sesuatu. Apakah tenchou tahu penyebab Kaneki berubah menjadi ghoul?"

"Ya, aku tahu."

"Bukti transplantasi organ Rize dipindahkan ke dalam tubuh Kaneki ada padaku. Tapi tidak hanya Kaneki, ada dua perempuan lain yang juga melakukan operasi itu."

"Hmm..." tenchou terdiam. "Dimana bukti itu sekarang?"

"Aku meninggalkannya di kamarku. Ada di dalam ransel sekolahku." Kataku cepat. "Kalau Aogiri tidak boleh memiliki bukti itu, kita harus segera ke rumahku untuk mengambil buktinya."

"Itu bisa dilakukan. Aku akan meminta Yomo untuk mengambilnya." Tenchou bangun dari duduknya, ia berjalan menuju pintu.

"Tenchou, aku akan ikut. Aku yang sudah mengambil berkas itu dari ayahku, aku jugalah yang harus memastikan berkas itu aman."

"Kau mendapatkannya dari ayahmu?" suara tenchou kaget. Aku hanya mengangguk. "Apa kau sudah mendapat kabar dari ayahmu?"

"Tidak ada sama sekali." Aku menggeleng. "Hp-ku tertinggal di rumah."

"Kau boleh ikut apabila nyerinya sudah hilang. Kita akan ke sana siang hari." Aku mengangguk. "Dan satu lagi, Akina," tambah tenchou. "Ketika kau mendapat kabar tentang ayahmu pastikan untuk tidak bertindah gegabah."

Aku terdiam. Tenchou langsung menutup pintu. Aku tidak sempat bertanya lebih lanjut seperti apa yang akan terjadi dengan Kaneki? Apa yang akan terjadi denganku nantinya? Sekarang yang ada dalam diriku hanya rasa penasaran yang tiada henti dan kecemasan. Bagaimana aku tidak cemas? Tenchou memeringatiku seolah ayah akan celaka atau mungkin sudah celaka.

White Apple (Kaneki x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang