Menikah itu haruslah seperti Uni yang menggendong bayi merahnya meski pegal demi tak mengganggu suaminya yang sedang menyantap makan malam. Uni yang hendak meminta Mas Fikri menimang Arsen urung saat dilihatnya sang suami menikmati suapannya.
Menikah itu.. aku bayangkan seperti Mbak Mira yang rela tak tidur karena menunggui mas Farhan datang di lewat tengah malam lalu menghangatkan nasi demi dimakan berdua sambil mengobrol penuh canda.
Atau setidaknya, menikah itu seperti Mbak Nadia yang bercerita seru pada Mas Fadil yang setengah menahan kantuk menyetir setelah lelah meeting seharian. Mbak Nadia memijat lembut tengkuk Mas Fadil, sembari memastikan sang suami tak ketiduran di jalan. Maka semakin seru lah ia bercerita.
Aku bermimpi soal kesederhanaan itu. Cukuplah ia bersamaku dan membangun cita abadi menuju syurgaNya. Aku tak berangan muluk.. aku tak menginginkan drama. Tapi rupanya, Tuhan punya kesederhanaan yang tidak bisa kupikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
not simple marriage
RomanceKetika jatuh cinta tak sesederhana yang ia pikirkan. Dan ketika pernikahan tak selurus yang ia impikan. when idealist meets realist.