Pengagum Rahasia

89 8 3
                                    

Aku baru saja mendapat pesan dari Juno, salah satu temanku yang bekerja sebagai polisi. Akhir-akhir ini kami memang sering berhubungan. Hal itu disebabkan karena beberapa hari yang lalu, aku sering mendapat surat dari pengagum rahasia. Oh jangan iri, tak seperti yang kalian bayangkan. Yang jelas, setiap gadis akan langsung berteriak dan melemparkannya menjauh.

Surat-surat itu tak datang sendiri, terkadang dengan sekotak burung merpati mati, atau boneka yang tercabik. Yang paling membuatku ngeri, di surat itu selalu bertuliskan 'Aku mencintaimu, Lita!' yang ditulis dengan darah.

Juno mengajakku bertemu karena dia ingin menyampaikan sesuatu, yang katanya sangat penting. Dan di sinilah aku, duduk di tengah taman yang gelap, menunggunya.

Ada perasaan janggal, sejak aku duduk di bangku ini. Aku seperti ... diawasi. Dengan cepat kutoleh ke sekitarku.

Aku terperangah! Di sanalah dia, dengan hoddie hitam menyeramkan berdiri di kegelapan.

Tahu bahwa aku menyadari keberadaannya, dia berjalan mendekat. Suara langkahnya terdengar sangat jelas. Aku benar-benar ketakutan!

Drrtt ... Drrtt ... Drrtt ...

Juno menelepon.

"Sorry, aku seben ..."

"Jun!" Aku memotongnya cepat, suaraku bergetar hebat.

"Lit, are you okay?"

"Dia ... dia di sini!" Tanpa sadar suaraku melemah, nyaris membisik.

"Dia? Kamu di mana?!"

"Taman."

"Oh, sh*t! LARI, LIT!" Teriakannya menyadarkanku. Aku segera bangkit dan berlari. Sialnya kakiku mendadak lemas dan susah berlari.

Suara langkahnya terdengar sangat dekat dan cepat. Dia juga berlari! Panik, aku berusaha berlari lebih cepat.

Tiba-tiba, Hap! Dia menarik dan memelukku dari belakang! Aku memekik, namun secepat kilat dia membekap mulutku. Sekuat tenaga dan dengan sisa keberanian yang semakin menipis, aku memberontak.

"Ssstt ... Jangan berisik." Dia membisik tepat di telingaku.

Deg! Suara itu! Aku mengenalnya. Tapi aku benar-benar ragu. Mungkinkah dia?

Dia mencium tengkuk dan menghirup aroma rambutku. Ini benar-benar menjijikan! Aku masih berusaha memberontak.

"Angkat tangan!"

Juno! Dia menodongkan pistol ke arah kami. Sialnya, si berengsek ini malah terkekeh. Satu tangannya memegang pisau. Dia menyentakku ke belakang dengan sangat keras hingga aku memekik.

DOR!

Juno melepaskan tembakannya. Tapi dia tidak roboh, justru kaki kananku yang memanas dan sakit. Oh tidak, Juno salah tembak! Dia melemparku ke samping dan meloncat menyerang Juno. Mengetahui lawannya tidak siap, dia merebut pistol dan mengarahkannya ke kepala Juno. Dor! Satu tembakan terlepas dan tubuh Juno roboh.

"Juno!" Aku berteriak.

Dia langsung menghampiriku, menekan tubuhku kebawah hingga menempel tanah.

"Kamu cuma buat aku! SELAMANYA!" setelah berkata seperti itu dia menancapkan pisau itu ke jantungku. Sebelum duniaku menggelap, aku melihat wajahnya. Dia ternyata sahabatku.

***

Author : Nabhilayas | nabhilayas

H I T A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang