"Anna"
Masih dengan mata terpejam, samar-samarku dengar seseorang memanggil nama ku, perlahan aku membuka mataku, wajah Justin tampak kabur berbayang, aku mengerjap-ngerjapkan mataku mencoba memfokuskan pandanganku padanya. Berhasil.Justin berdiri di hadapanku, menatapku dengan wajah khawatir. Eh, khawatir? Yang benar saja.
"Anna, kau baik-baik saja ?" Kembali Justin menanyakan keadaanku.
Meski merasa sangat lemah, aku mencoba untuk bisa duduk diatas tempat tidur ini, kepalaku sakit sekali. Melihat aku bergerak berusaha untuk bangkit Justin dengan sigap melangkah ke samping tempat tidur ku dan membantuku, aku menghalau tangannya dan berusa sebisa mungkin untuk bersandar pada sandaran tempat tidur ini dengan bantal di belakangku."Anna-"
"Kau.." aku memegang pelipis kepalaku yang terasa berdenyut, meski merasa sangat-sangat pusing kembali aku mencoba melanjutkan ucapanku "Kenapa... kenapa kau berubah, apa yang terjadi padamu sampai sikapmu berubah drastis seperti ini ?" Kejadian semalam kembali terputar dalam memory ingatanku, perlakuan Justin yang benar-benar 'aneh' membuatku semakin merasa pusing saja.
"Dokter mengatakan padaku, kau harus banyak-banyak istirahat agar demam mu cepat menurun dan kondisimu kembali membaik-" heh? Aku bahkan tidak menanyakan keadaanku, dan ucapannya benar-benar tidak nyambung dengan apa yang ku tanyakan.
"Tolong.. jangan membuatku semakin pusing..."
"Karena itu kau harus beristirahat bukannya memikirkan hal yang tidak penting, Anna"
"Tidak, sampai kau menjelaskan padaku apa yang- ahh" Kepalaku benar-benar terasa sakit sekarang. Kembali Justin tampak sigap membantuku dan membuat tubuhku berbaring lagi.
"Tidurlah, kita akan mengobrol setelah kondisimu membaik" aku tidak membantahnya lagi, berusaha sebisa mungkin menghilangkan apa yang sangat mengganggu pikiranku tentang Justin. Mungkin memang belum waktunya untuk membicarakannya. Perlahan aku kembali tertidur.
--------------
Dua hari berlalu~
Kondisiku sudah mulai membaik, aku mengerjab sebentar menyesuaikan mataku dengan cayaha di sekitarku, horden jendela dan balkon kamar Justin telah terbuka lebar membuat udara segar masuk dengan bebas kedalam kamar tidur ini.
Aku bangkit melangkahkan kakiku menuju balkon, sekedar ingin merasakan hangatnya mentari pagi hari ini, mataku terpenjam membiarkan matahari menghangatkan kulitku. Ini adalah hari ke tiga belasku berada di hawai bersama Justin, dan sampai saat ini juga aku belum mengetahui kenapa lelaki berengsek itu berubah dengan sangat drastis."Heii.... kau sudah bangun rupanya"
Aku membalikkan tubuhku, bersandar pada pagar balkon setinggi pinggangku ini, dan menatap Justin "Justin... Terimakasih sudah merawatku"
Yeah! Semenjak kejadian di pantai dan aku jatuh sakit, Justin tidak pernah meninggalkanku sendirian. Pria itu membuatkanku bubur, menyuruhku makan, membantuku meminum obatku dan menjagaku dengan mengganti kompresku di kamar ini. Apa kau percaya ini benar-benar seorang Justin Person yang beberapa hari sebelumnya menyiksaku dengan menyisahkan banyak bekas luka di tubuhku? Soal luka lukaku mereka sudah tidak tampak memar lagi, hanya bekas pisau kecilnya saja yang ku rasa akan meninggalkan bekas.
"Tidak masalah Anna..." Justin melangkah mendekatiku mencoba menghapus jarak diantara kami, namun tangan ku segera menahan dada bidang pria itu "Kenapa ?" tanyanya tampak bingung.
"Kau hutang penjelasan padaku Justin"
"Fine..." Justin mengangguk mengerti, raut wajahnya tampak berubah serius menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRACT MARRIAGE
RomanceSemua ini seperti mimpi,mimipi buruk yg sangat menyiksa membuatku ingin segera terbangun dan menghirup kembali udara bahagiaku. Namun di menit-menit terakhir saat aku benar-benar akan terbangun dari mimpi buruk ini. Perlahan mimpi buruk ku berubah m...