Danial memasuki kedai Lotus. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan Sheana setelah mereka kembali dari Bali seminggu yang lalu. Selama seminggu itu mereka hanya berhubungan melalui telpone atau pesan singkat. Jika Danial ada waktu atau Sheana tidak ke lelahan sehabis bekerja mereka selalu menyempatkan berbicara melalui telpone untuk menceritakan hari mereka pada malam hari. Danial sangat sibuk karena ia harus mengerjakan pekerjaannya yang tertunda saat ia pergi ke Bali.
Sheana berlari menyambut Danial ketika melihat pria itu yang datang. Danial memeluk Sheana singkat lalu mencium kening gadisnya.
"Bagaimana kabar mu?" Sheana bertanya sambil membenahkan jas Danial.
"Merindukan mu." Danial mencoba merayu Sheana.
Sheana hanya terkekeh dan tak termakan rayuan Danial, "oh ya?" Sheana pura-pura tak percaya.
"Iya." Danial mencubit hidung Sheana gemas, "aku pesan satu chocolate muse dingin, setelah itu aku ingin bicara dengan mu."
"Baik, kau duduk saja dahulu. Aku akan mengantarkan pesan mu." Sheana mendorong Danial untuk duduk lalu ia pergi untuk menaruh pesanan Danial di meja bar.
Tak butuh waktu lama Sheana sudah datang membawakan segelas chocolate muse dingin yang sangat menggiurkan di siang hari yang terik. Ia menaruh gelas itu di dekat Danial beserta pipet sedotannya.
"Kau ingin bicara apa?" Sheana berpangku di kedua tangannya sambil menatap Danial.
Danial meminum chocolate muse sebelum berbicara, "aku membawakan beberapa brosur universitas yang memiliki jurusan kedokteran. Aku ingin kau melanjutkan studi mu."
Danial menaruh beberapa lembar brosur di hadapan Sheana. Sheana melirik Danial tajam, "dengarkan aku terlebih dahulu." Danial tahu Sheana siap untuk meledak, "pendidikan itu sangat penting. Aku ingin hidup mu ke depan jauh lebih baik dari sekarang. Kau memiliki potensi, anggap saja ini beasiswa personal dari ku."
"Aku tahu maksud mu baik tapi, aku cukup tahu diri. Biaya kuliah kedokteran sangat mahal Danial, apa lagi untuk universitas swasta. Lagi pula aku juga harus bekerja, aku tidak bisa membagi waktu, aku sudah merasakan itu dahulu."
"Kau tidak perlu bekerja jika kau mau."
"Maksud mu aku akan menjadi kekasih mu yang hanya tinggal kuliah lalu meminta uang pada mu?" Sheana terkekeh sambil menggelengkan kepala, "aku tidak bisa seperti itu Danial."
"Jika kau khawatir dengan biaya kuliah kedokteran yang besar kau bisa mengambil jurusan lain." Danial menangkup wajah Sheana lalu menatap tepat di manik mata abu-abu gadis itu, "setidaknya jika kau kuliah kau bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik dari ini. Ini berat untuk ku Sheana, aku hidup secara berkecukupan sementara orang yang aku cintai yaitu kau hidup seperti ini. Aku merasa tak berguna, aku memiliki segalanya tapi aku tidak bisa memberikan apapun untuk mu, itu membuat ku terluka, Sheana."
Sheana senyum terenyuh, "jangan membuat ku sedih dengan berkata seperti itu." Sheana mengambil tangan Danial lalu menggenggamnya, "aku sudah memiliki segalanya yang kau maksud, aku memiliki diri mu. Kau segalanya untuk ku Danial, sudah ku katakan aku bisa melewati segalanya selama kau selalu ada di samping ku. Tidak ada yang lebih berharga dari itu semua, kau dan ayah segalanya untuk ku."
Danial mengangkat pundaknya menyerah, "bagaimana cara membuat mu mengerti?" Danial menaikan satu alisnya, "jika kau tidak ingin kuliah karena biayanya yang besar ambilah kurusus sesuatu, bagaimana?""Akan aku pikirkan." Sheana tersenyum sambil menepuk pipi Danial pelan, "ada pelanggan, aku harus melayani mereka." Ujar Sheana ketika melihat pelanggan yang baru datang.
"Aku juga harus kembali ke kantor." Danial menghabiskan cepat chocolate mousenya lalu berdiri sambil mengancingkan kemejanya, "haruskah kita bertemu di kedai ini terus? Bisakah kita pergi untuk makan malam atau pergi berkencan jangan terlalu sibuk mencari uang." Ledek Danial.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Equino
Random-sequel of 'Mon Amour'- kau datang bagai hujan dikala kemarau kau sirami tanah tandus tak bertuan... kau datang bagai sinar di kegelapan mengusir seonggok bayangan yang menakutkan... kau datang dan mengingatkan jika masih ada hati yang ku kira suda...