Dua - KOPI & 2 WANITA

18.9K 1K 11
                                    

Senja itu, Bram nampak mengantuk. Matanya berat dan kepalanya menjadi pening mengingat masih ada tanggungan gambar yang harus ia kerjakan untuk proyek barunya. Padahal baru beberapa hari lalu proyek satunya telah selesai, dan kini ada kerjaan baru begitu beruntun di kantor dan kepala Bram. Ia sedikit khawatir dengan keadaan lelah dan mengantuk begini ia masih menyetir dan jalanan pun juga seperti tak mendukung. Cukup macet.

Saat beberapa blok terlewati, Bram memutuskan untuk menepikan mobilnya menuju pelataran parkir gerai Starbucks. Dia butuh setidaknya Espresso supaya matanya melek semalaman penuh hanya demi menggambar sebuah gedung Mall yang diminta kliennya.

Di dalam cafeshop itu lumayan ramai. Agaknya mereka-mereka ini sama seperti Bram. Lelah, mata mengantuk sehabis kerja seharian, macet, dan butuh kopi. Ya Tuhan, tubuh Bram yang kaku itu mendadak merosot melihat antrean di kasir cukup panjang layaknya antre daging kurban. Tapi karena Bram benar-benar butuh kopi yang kuat, Bram mau tak mau segera mengantre walaupun sembari terkantuk-kantuk.

Saat antrean dia maju dan menyisakan seorang wanita berbadan mungil di depannya sedang memesan, Bram merasakan Iphonenya bergetar. Ia merogoh ponsel berwarna silver tersebut dan membaca pesan masuk di Whatssap grup antara dirinya, Dito, dan Sammy.

Ardito Iskandar : Kumpul di kantor gue sekarang. Anyone?

Rajata Samuel K : Nggak ada tempat lain apa selain tempat loe? Gue laper, cari resto padang dong. Ngidam gue

Ardito Iskandar : Kerjaan gue nggak bisa ditinggal. Ntar gue suruh sekertaris gue beliin makanan. Gue mau ngasih tau info penting, katanya loe butuh notaris? trus si Bram. MUNCUL WOI!! KANTOR GUE!! NYESEL KLO GA DATENG!!

Bramantyo Putra : OTW, CURUT!!

Biar saja Bram membohongi sebentar Dito. Setelah menegak espresso, dan yakin kantuknya hilang. Baru ia akan meluncur ke kantor yang.. Bram baru menyadari. Bukannya ini gerai Starbucks yang dekat dengan kantor firma hukum punya Dito? Aelah, ya sudah sih jauh lebih mudah.

Bram memasukkan kembali ponselnya dan bersiap maju untuk memesan saat dirinya kini berubah meluber di tempat. Ia merasakan kemejanya mendadak basah tepat di dadanya. Bukan karena keringat. Melainkan cairan kental warna coklat, seolah membuat pola di kemeja Bram. Sialnya lagi, kemeja yang ia pakai hari ini berwarna putih. Sukses sekali membuat bendera negara korea.

Bram melotot horor melihat pola noda kopi tersebut. Hingga menyadari jeritan kecil dari salah satu kasir dan seseorang di depannya. Wanita, membelalak ketakutan menyadari kesalahnnya –menubrukkan kopi pekat yang ia beli ke arah Bram. Seketika kantuk lelaki itu hilang lenyap tak bersisa. Yang ada hanya rasa sesal mengapa kemejanya harus putih, dan kenapa bisa cewek kecil ini bisa begitu ceroboh??!

"What the..hell! Liat-liat dong mbak klo jalan!!" sengak Bram kesal bukan main. Gadis di depannya itu terlihat panik. Ia mengeluarkan sapu tangan dari tas selempangnya buru-buru sampai gelas plastik pada kopi lain yang ia beli ikut miring dan tumpah mengenai sepatu Bram. Sasaran empuk kedua.

"Ya ampun, astaga! Maaf..Maafkan saya, Pak. Maaf, saya nggak sengaja.." kata gadis itu terbata-bata dan segera membenahi kopinya. Dengan terburu-buru membersihkan kemeja Bram sembari gemetar. Bram melirik sekitar. Pengunjung lainnya sudah mulai berbisik-bisik menatap dirinya dengan aneh. Dan mendengus marah sampai menepis tangan gadis tersebut kasar. Gadis itu nampak menciut sampai kedua matanya berkaca-kaca.

"Saya benar-benar..minta maaf, Pak.."

"Nggak usah. Udah tumpah ruah gini" sesal Bram dan sedikit bergeser, menyingkir. Membiarkan antrean di belakangnya maju untuk memesan kopi. Hilang sudah minatnya pada espresso. Ia menatap gadis bodoh itu dengan tatapan galak. Melototinya.

PERFECTLY IMPERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang