Scene 3-7: Scratch

2.7K 22 6
                                    

3 EXT. KEDIAMAN KELUARGA - PAGI - 2014

FADE IN:

Sebuah rumah berlantai dua berdiri megah dengan pilar-pilar dan halaman.

SUPERIMPOSITION: 2014

CUT TO:

4 INT. RUANG MAKAN - PAGI

WIDE:

Hampir seluruh anggota keluarga berkumpul, duduk mengitari meja makan, menanti BIBI (dibantu WINA dan RIZKA) menyajikan sarapan.

SUPERIMPOSITION: Selasa

Posisi duduk keluarga sehari-hari di meja makan adalah AYAH (55) di ujung meja, pada sisi kanan Ayah (berurutan): IBU (53), MARTIN (25), Rizka (21), dan di sisi yang lain (berurutan): ADAM (29), Wina (29) (terkadang bersama DANU (8 bulan) tapi sekarang tidak), Ben (22). Namun Ben tidak ada disana pagi ini, belum. Ayah adalah yang pertama menanyakan ketidakhadirannya.

AYAH

"Dimana Ben?"

Tidak ada jawaban. Orang-orang di sekeliling meja hanya hening sesaat menghentikan kegiatan apapun itu dan saling pandang.

RIZKA

"Biar Rizka yang panggilkan, Pa."

Rizka berhenti dari kegiatannya meletakkan piring-piring makan di atas meja. Ia meninggalkan ruang makan.

CUT TO:

5 INT. KAMAR BEN - PAGI

BEN sedang berbaring di ranjangnya dengan SELIMUT. Matanya seketika membuka saat ketukan pintu membangunkan tidurnya. Ia mencoba segera keluar dari tempat tidur, namun selimut tebal yang menghalangi kakinya membuatnya tersandung dan jatuh ke lantai.

BEN

"Ahh."

(Ben mengerang)

RIZKA (O.S.)

"Kak?"

BEN

"Iya, sebentar."

Ben menarik selimut yang menggelung di kakinya, lalu (dengan masih terduduk di lantai) mencampakkannya ke atas tempat tidur.

CUT TO:

6 INT. LANTAI DUA - PAGI

Pintu kamar Ben terbuka. Rizka berhadapan dengan Ben.

RIZKA

"Kak, sudah ditunggu yang lain di ruang makan."

Ben mengangguk cepat dengan wajahnya yang masih terlihat belum siap untuk bangun; matanya memicing karena cahaya pagi.

RIZKA (CONT'D)

"Habis berkelahi, Kak?"

Ben tidak mengerti apa yang dibicarakan Rizka. Ia bertanya 'apa' dengan mengangkat sedikit kepalanya. Rizka menggerakkan telunjuknya ke pipinya sendiri. Ben menirukannya, dan menemukan sebuah jalinan kasar di pipi kanannya. Sebuah GORESAN yang memanjang.

RIZKA (CONT'D)

"Mungkin dibicarakan nanti saja. Sekarang sebaiknya Kak Ben cepat turun."

Ben masih bingung dengan lukanya.

RIZKA (CONT'D)

"Orang-orang menunggu di bawah."

Rizka berbalik ingin pergi menuruni tangga tapi kemudian ia memberhentikan tubuhnya. Dan sekali lagi berbalik menatap Ben.

RIZKA (CONT'D)

"Dan sebaiknya Kak Ben punya alasan yang bagus untuk itu. Papa mungkin menanyakannya."

Rizka pergi. Ben tinggal sendiri di ambang pintu kamarnya.

CUT TO:

7 INT. KAMAR MANDI - PAGI

Titik-titik air jatuh dari wajah Ben yang baru saja dibasahi di atas wastafel. Ben memandangi dirinya di balik cermin dan keberadaaan luka di pipinya kembali merasuki. Ben mendekatkan wajahnya ke cermin agar bisa melihat luka melengkung di sana dengan jelas, yang panjang seolah-olah berasal dari goresan sebuah kuku. Ben tidak ingat apapun tentang luka itu.

CUT TO:

Cerita KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang