7. Pelangi dalam Gelap

21.7K 3.1K 737
                                    

Bab 7
Pelangi dalam Gelap



Sopir Jao ternyata masih berumur 23 tahun. Jauh dari persangkaan Kejora yang menduga bahwa Roji adalah seorang bapak-bapak berkumis dengan beberapa uban di rambut. Ketika berbicara sangat santun, berbeda dengan kebanyakan anak muda yang tidak mampu mengendalikan pubertas, yang lebih suka meninggikan ego ketimbang menghormati orang lain. Pantas saja, suaminya menjadikan pemuda itu sebagai salah satu orang kepercayaan. Keluhuran budinya menjadi daya tarik tersendiri.

"Teteh, punten ya, boleh menyetel musik?" Ijinnya, melirik Kejora yang duduk di bangku penumpang.

"Silakan saja, Ji." Sahut Kejora, memilin ujung jilbab dengan gelisah.

Roji tahu apa yang membuat Kejora nampak tidak tenang. Ia pun memutar instrument lembut sebelum mencairkan suasana yang canggung.

"Tahu nggak, Teh, gaun itu yang memilihkan Bang Jao sendiri, lho. Seumur-umur kerja bareng, baru sekali ini dia turun tangan sendiri untuk memilih hal remeh seperti ini, memilih pakaian untuk seorang wanita. Pas Bang Jao ama Hye Jin, dia akan memberikan mastercard agar pacarnya bisa memilih gaun kesukaannya sendiri." Roji mencoba mengikis perasaan asing, tapi malah gagal karena membahas mantan tunangan Jao.

Kejora pura-pura terlihat wajar walau dia merasa tak enak karena ingat bahwa dirinya-lah yang menyebabkan Jao memutuskan pertunangan. "Kemarin lusa, pas kamu masih ditugaskan Jao ke Bali, dia punya pengalaman kurang menyenangkan tentang gaun. Aku menolak pemberiannya."

Roji antusias. "Oh ya?"

"Gaunnya terbuka, aku nggak bisa memakainya. Apalagi untuk tampil di depan publik." Kejora menambahi sambil menyengir tidak jelas.

Tahu-tahu Roji malah tertawa terbahak-bahak. "Tahu gitu, seharusnya aku mempercepat kunjungan, Teh. Aku penasaran bagaimana respons Bang Jao saat itu. Asal tahu aja ya Teh, bukan bermaksud membanding-bandingkan atau menyalahkan Teteh lho, Bang Jao itu nggak pernah ditolak cewek."

"Ya, dan mungkin itu yang bikin egonya tersinggung. Dia marah besar. Yang paling konyol, bukannya mendinginkan suasana, aku malah ikut terprovokasi. Lalu...," Kejora mendesahkan udara penuh drama, "Kamu bisa menebak, kan? Kami bertengkar."

"Ah, Bang Jao sih nyuruh aku keliling Jawa dan Bali. Udah nggak lihat akad nikah kalian, aku juga hanya kebagian cerita ngamuknya Bang Jao." Roji mengelus kening yang sebenarnya tidak gatal.

"Masih mending kebagian cerita, ketimbang kebagian semprotan amarah Jao. Itu bener-bener nggak enak." Kejora terkekeh lagi, merasa beruntung karena masih hidup setelah melihat Jao murka. "Eh, kalau boleh tahu, kamu ngapain keliling Jawa-Bali?"

"Ngecek rumah inspirasi Bang Jao, Teh. Jadi, Bang Jao punya beberapa rumah khusus anak jalanan gitu di beberapa kota yang ada di pulau Jawa dan Bali. Selain mengecek produktivitas mereka, Bang Jao juga titip uang untuk keperluan rumah tangga." Roji membelok di perempatan, menaikkan kecepatan sebesar 10%.

"Rumah inspirasi?" Kejora mengulang informasi yang diberikan Roji.

"Rumah inspirasi itu rata-rata dihuni 30 anak, sebagian besar anak-anak putus sekolah, anak yang dibuang orang tuanya dan anak yang dikucilkan oleh masyarakat. Mereka diberi latihan keterampilan agar menjadi sumber daya berkualitas. Dapet pembinaan gitu, Teh. Mulai bulan ini, semua rumah inspirasi udah produktif. Keuntungan yang didapat dibagi untuk mereka sendiri sementara untuk keperluan rumah tangga, seperti makan, mandi, dan kebutuhan listrik dan air, semua disuplay ama Bang Jao. Untuk satu rumah inspirasi, Bang Jao bisa menghabiskan 70 juta perbulan. Sampai saat ini sudah ada 27 rumah. Kalkulasikan aja sendiri berapa biaya yang dikeluarkan cuma-cuma oleh Bang Jao." Roji membelok pada sebuah hotel bintang lima. "Denger-denger, Bang Jao menyumbangkan 60% penghasilannya untuk kegiatan-kegiatan sosial-kemasyarakatan."

Pria Gerhana Yang Membawa Cinta Untuk SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang