Part 22

1.7K 113 1
                                    

Raka menggandeng tangan Nora dengan erat, seakan bila ia melepas gandengan itu, Nora akan pergi jauh darinya. Nora berdecak, berkali-kali ia mencoba untuk melepaskan gandengan Raka, ia tetap tak bisa. Malas menghabiskan tenaga, Nora akhirnya pasrah digandeng seperti itu.

Thea yang berada di belakang Nora terkikik geli bersama Kevin. Kedua pasangan itu kini tengah berada di sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di pusat kota.

Nora menghembuskan napas kesal. Sebenarnya ia malas berada di sini. Nora menoleh ke belakang, menatap Thea dengan sinis karena kembarannya lah yang memiliki rencana untuk bermain di zona bermain yang ada di sini. Thea yang ditatap seperti itu hanya tertawa dan kembali bercanda bersama Kevin.

Nora, Raka, Kevin dan Thea berjalan menuju ke zona bermain. Nora menghembuskan napas lega saat Raka melepaskan tangannya untuk mengisi kartu bermainnya. Nora merasakan tangannya kembali segar, karena sejak digandeng Raka tadi, tangannya terasa gerah.

"Ra, kepaksa banget tuh muka?" cibir Kevin yang kemudian tertawa.

Nora memutar bola matanya untuk menanggapi cibiran Kevin. "Gue udah bilang nggak mau, masih aja dipaksa," ujar gadis itu dengan kesal.

"Refreshing, Ra. Suntuk gue di rumah mulu. Kali-kali lah main di tempat kayak gini. Ya nggak, Vin?" Thea mendongak ke arah Kevin, meminta persetujuan oleh cowok itu. Kevin mengangguk antusias.

"Serah lo deh," ucap Nora pasrah.

"Eh, udah nih!" Ketiga remaja yang sedang berbincang tadi berbalik untuk menghadap Raka yang tersenyum senang sambil mengacungkan dua kartu berwarna emas.

"Ya udah, kuy main!" seru Kevin yang telah mengambil satu kartu tadi. Cowok itu menggandeng Thea menuju ke salah satu permainan.

Sekarang hanya tinggal Raka dan Nora. Raka menoleh pada Nora. "Kamu kenapa? Masih marah sama aku?" Nora hanya melirik Raka sekilas.

Raka menghembuskan napas lelah. Cowok dengan tinggi di atas rata-rata itu kemudian tersenyum dan menarik Nora menuju ke tempat kue. Nora hanya mengangkat sebelah alisnya ketika keduanya memasuki tempat tersebut.

"Jangan marah lagi ya? Aku minta maaf soal kemaren. Seriusan kemaren aku ketiduran," ujar Raka penuh sesal. "Aku beliin kue kesukaan kamu ya? Mau kan?"

Nora memutar bola mata. Iya sih, Raka benar. Nora memang masih marah pada cowok di sampingnya ini. Bayangkan saja, kemarin Raka mengajak Nora untuk bertemu di sebuah kafe, tetapi sudah sekitar dua jam menunggu, Raka tak kunjung datang. Akhirnya, Nora memilih untuk meninggalkan kafe itu dengan perasaan kesal.

Raka menarik Nora menuju ke salah satu rak dimana terdapat berbagai macam kue yang berjejer rapi di sana. Raka menoleh ke arah Nora yang masih tampak cemberut.

"Kamu mau yang mana? Ukuran mini, medium, large, atau extra large?" tanya Raka pada Nora.

"Terserah," ujar Nora tanpa melihat Raka, melirik pun tidak.

"Ahh, ya udah, aku beli semua aja ya?"

Nora memutar bola mata. "Pemborosan."

"Yang penting kamu nggak marah lagi sama aku," ucap Raka.

"Gue nggak rakus," sahut Nora dengan kesal.

"Ya udah deh, aku beli yang mini sama extra large ya?"

"Ribet bawanya."

"Tadi katanya terserah," kata Raka, cowok itu kini mengacak rambutnya sendiri dengan gemas.

TS [1]: Twin BadgirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang