So Far Away

1.4K 208 14
                                    



Cinta yang begitu sulit untuk digapai

Aku menggambarkan dirimu seperti itu

Kau seperti udara yang tak bisa tersentuh

Udara yang hanya bisa ku rasakan

Dingin

Hangat

Menenangkan

Bahkan bisa menjadi badai

Lalu saat berhembus

Kau akan menjauh

Sangat jauh

Angin berhembus pada suhu udara yang rendah membuat gadis dengan juntaian rambut hitam menebal itu mengeratkan jaket putih hangat yang ia kenakan saat ini, dirinya menghela napas pelan menciptakan kepulan asap putih yang keluar dari hidung dan mulutnya. Udara yang cukup untuk membekukan aliran darah dan syaraf-syarafnya, namun tak berarti  langkahnya terhenti saat ini. Yoo Jiae -sebut saja demikian- tampak menggosok-gosokkan tangannya lalu sesekali meniupnya, mentransfer kehangatan melalui nafas yang ia hembuskan. Pertengahan musim dingin yang benar-benar semakin ekstrim.

Ia mempercepat langkah menuju sebuah gedung pencakar langit, tempat dimana ia mengadu nasib dan mencari penghidupan. Bekerja sebagai seorang karyawan biasa, setidaknya membuat Jiae mampu bertahan dari kerasnya kehidupan yang terus melandanya. Ditinggal nyawa oleh Ayah dan kini Ibunya yang semakin tua, membuatnya mau tak mau harus bekerja semakin giat.

Jiae menghela napas lega ketika menginjakkan kakinya pada gedung perkantoran itu, akhirnya udara dingin bisa berkurang sekarang. Penghangat yang terpasang di kantor merupakan suatu kebahagiaan sederhana baginya di musim seperti ini.

"Selamat pagi, Jiae noona!" sapaan sopan yang terdengar lembut membuat gadis itu berbalik menatap lelaki yang kini berlari kecil menghampirinya.

"Selamat pagi, Hong Jisoo!"

Lelaki itu tersenyum lebar, lalu tiba-tiba saja ia tampak bergidik, "Udara hari ini benar-benar dingin 'kan?"

Jiae tertawa kecil melihat reaksi lelaki yang merupakan junior di perusahaan itu, "Benar sekali, rasanya hampir saja aku mati kedinginan. Apakah akan terjadi badai?" tanyanya menerawang keluar, menatap dari balik kaca transparan.

Jisoo mengendikkan bahunya, "Entahlah," ujarnya sedikit acuh namun setelah tiba-tiba saja lelaki itu tampak cemberut, menampakkan wajah yang berbeda dari sebelumnya  seakan ia baru mengingat sesuatu yang buruk, "Eiyy... Aku tak ingin hari ini terjadi badai atau apapun itu. Jangan sampai kencanku dengan Jiyeon batal gara-gara udara dingin ini! Huffttt...."

Jiae tertawa kecil, gerutuan itu terdengar begitu lucu. Padahal Jisoo sudah menginjak seperempat abad, namun kelakuannya terkadang masih kekanakan. Jiae menepuk pundak Jisoo, menampilkan senyum tipis yang ssedikit nakal, "Cinta memang butuh pengorbanan!"

Ya, Cinta memang butuh pengorbanan. Namun bagaimana jika dua orang yang saling mencintai tak mengorbankan apapun demi cinta itu. Apakah ini masih disebut cinta?

Jiae tersenyum getir dengan pernyataan yang baru saja terlintas di otaknya. Di antara dirinya dan lelaki itu... Mereka tak mengorbankan apapun demi cinta mereka. Cinta yang hanya melukiskan kenangan, cinta yang hanya terlontar manis menyentuh perasaan, namun tak ada pengorbanan yang terabadikan.

So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang