Sembilan bulan kemudian ...
"Mil, ada berita besar!"
"Aku sudah tahu. Kau dan Gerald resmi menjalin hubungan. Sosmed-nya Gerald penuh dengan special event kalian." Emil membalas chat dari Getha. "GG couple hahaha, lucu." Sambungnya di bawah chat setelah Getha membalasnya dengan emot wajah datar.
"Kejadian lebih besar, Mil. Hari ini Revan datang ke kampus kita. Pendidikan satu tahunnya malah ia selesaikan sembilan bulan. Kak Revan benar-benar hebat!"
Emil membaca pesan Getha berulang-ulang untuk memastikan kalau ia tidak salah baca. Diliriknya kalender yang entah kapan ditandainya—tanggal yang sama dengan kejadian di perkemahan. Tak karuan, itu yang ia rasakan.
__
Emil mengikuti seminar kesehatan dengan narasumber Revan. Getha dan Gerald telah berhasil menyeretnya memasuki aula itu. Ia mengeluarkan handycam-nya lalu merekam. Titik fokus kameranya sengaja ia arahkan hanya untuk Revan. Sedang asyik merekam, suara petir mengagetkannya. Arah pandangannya beralih ke kaca, Revan melakukan hal yang sama. Handycam itu berhasil mengabadikannya.
"Aku keluar sebentar," Emil meninggalkan Getha dan Gerald. Ia menuruni tangga menuju lantai satu. Di sana ia ingin melihat hujan pertama lagi, hingga kenangan-kenangan dua tahun yang lalu muncul kembali. Tak menghiraukan orang-orang yang melihatnya heran, Emil membiarkan hujan menerpa wajahnya. Rekaman-rekaman memori dalam otaknya berputar kembali. Tanpa aba-aba air mata merembes di wajahnya.
"Kak Revan," bibirnya membisikkan nama itu. Punggung tangannya menghapus kasar air mata yang menyebalkan itu.
"Hujan pertama di bulan desember, ada kenangan indah yang kuukir bersamamu di hari yang sama dengan hari ini." Emil menengadah, Revan mengukir senyum untuk Emil. "Apa kau masih mengingatnya?" Emil diam tak menjawab. Matanya terpaku pada Revan, ia sangat ingin melihat wajah pria itu. Lebih dekat, ia membayangkan Revan bernapas tepat di wajahnya. Mengembuskan wangi napasnya untuk membelai wajahnya. Emil menginginkannya.
Revan lagi-lagi menelan rasa kecewanya. "Kau pasti sudah melupakannya," katanya diiringi tawa hambar. Awalnya Revan sangat berharap ketika melihat Emil menikmati hujan hari itu, namun inilah keputusan terakhirnya. Emil bukan untuknya, tak ada rasa yang akan diberikan gadis itu untuknya. Ia ingin berhenti berharap.
Revan mengangkat jasnya untuk melindunginya dari hujan kemudian berlari menuju mobilnya.
Emil melihat Revan pergi lagi. Hatinya mengatakan bahwa itu akan menjadi kali terakhir ia melihat Revan, ia harus memberi keputusan dengan hatinya. Jangan menjadi gadis bodoh, Emil, makinya pada dirinya sendiri.
Hujan semakin deras dan Emil menerobos dengan langkah pasti. Mobil Revan mulai berjalan mundur mengikuti instruksi petugas parkir. Emil mengejarnya ke sana.
"Membuat kesimpulan sendiri lalu pergi. Datang tanpa memberiku kepastian, apa hanya itu yang bisa dilakukan orang jenius sepertimu? Jangan membuatku berharap dengan tatapan kakak itu kalau kakak tidak memiliki perasaan apa-apa sama Emil!" Emil memaki dengan sebelah tangannya menahan pintu mobil Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss The Rain (Complete)
ChickLitKarena hujan adalah sentuhan alami yang memberikan cinta, rindu, dan juga sakit. Karena hujan adalah irama yang menjadi saksi akan rasa yang menjelma. Temui Emil si gadis cantik nan mungil yang jatuh cinta pada kekasih kakaknya. Temui Revan yang jat...