Chapter 9

11.5K 478 4
                                    


A

lby masih terengah-engah mengatur nafasnya akibat ciuman panasnya dengan Della. Berbeda dengan Alby, Della justru tak bisa mengatur nafasnya, karena isakannya juga belum berhenti.

Sesak.

Itu yang Della rasakan. Jika kemarin- kemarin Alby tak menganggapnya sama sekali, maka sekarang Alby tak menghargainya. Della seperti merasakan harga dirinya tak berarti. Bukannya sombong, tapi setiap wanita yang tidak diperlakukan dengan baik pasti merasa seperti itu kan?

Iya, Della tau. Surganya kini telah berada bersama Alby. Tapi bagaimana jika yang dijadikan surga tak memancarkan aroma surga? Melainkan neraka?

Iya. Della sadar, Della telah lancang menyentuh barang milik Alby. Tapi bukan berarti Alby menghukumnya dengan cara seperti ini.

Della hanya ingin hubungan mereka jauh lebih baik, memulai semuanya dengan cara yang manis. Apa itu salah?

Kalau kalian tanya apakah Della sudah mencintai Alby. Maka jawabannya, sudah. Jujur, Della orang susah untuk jatuh cinta. Tapi entah mengapa seminggu bersama Alby justru menumbuhkan rasa itu.

Della bisa dibilang tidak pernah jatuh cinta, dan ini baru pertama kalinya.
Tapi sekalinya jatuh cinta, malah tepat pada orang yang berparas ganteng namun berhati monster. Miris ya?

Tapi itulah cinta, tak memandang siapa dan bagaimana orangnya. Jika hati sudah melakat padanya, tak ada yang bisa menyalahkan.

Padahal sikap Alby selama ini bukanlah sikap yang baik. Malahan terkesan benci dan tak mau tau mengenai dirinya.

Della hanya mencoba agar Alby bisa menerima dirinya. Menganggap dirinya ada, dan bisa berkomunikasi sebagaimana layaknya pasangan lain.

Ternyata yang Della lakukan salah. Karena sekarang Alby kalap dan terkesan jijik padanya. Bahkan cara memandang Alby pada Della sekarang berbeda dari hari kemarin. Benci dan marah, itu yang Della lihat dimata Alby.

Oh ayolah, bukankah dari kemarin Alby benci padanya? Iya. Memang benar, hanya saja hari ini benci itu berubah menjadi dendam dan jijik.

"Itu cuma hukuman kecil yang belum ada apa-apanya, Dell. Gue jamin, hukumannya lebih parah kalo lo semakin lancang menyentuh barang- barang gue. Karna apa yang gue punya, itu gak berhak orang lain sentuh! Sekarang lo keluar!"

Della terperangah terkejut, setelah secara tidak langsung Alby mengatainya orang lain, sekarang Alby mengusirnya? Begitu?

Haha.. miris ya? Padahal tadi Della berharap Alby meminta maaf pada dirinya. Dan sekarang apa? Di usir?

Oh! Ini sudah keterlaluan. Della mengusap air mata yang menempel pada pipinya, setelah tangisnya berhenti. Della masih diam, tak menjawab. Kali ini ia akan mencoba melawan Alby. Tak peduli jika Alby menyebutnya Istri kurang ajar.

"Keluar, Dell!" Suara Alby semakin meninggi.

"Gak! Gue gak mau!"

Alby menatap Della semakin tajam.rahangnya kembali mengeras dengan tangan terkepal kuat, menyiratkan kemarahan yang memuncak. Karena Della telah membantahnya.

"Lo tuh kenapa sih Bi? Kayaknya benci banget sama gue!" Della memberanikan diri melawan Alby, walaupun pada nyata nya Della ketakutan karena tampang menyeramkan Alby.

Della melanjutkan lagi, "gue gak tau salah apa sama lo, sampe lo segini bencinya sama gue. Ok fine! Kalo gue emang salah sama lo, gue minta maaf!"

Della menjedakan kalimatnya, menghirup oksigen yang sepertinya menghilang dari kamar Alby ini. "Tapi gak gini juga caranya! Gue jadi ngerasa orang paling bego sekarang. Selama ini gue selalu cari cara supaya hubungan kita lebih baik. Gue nurut semua apa kata lo! Sekarang apa yang gue dapet? Secara gak langsung lo udah ngehina gue, Bi!"

Beloved AlbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang