Prolog

94.3K 2.8K 26
                                    

Daniel POV

Aku terus melangkah mengikuti bunda Laura, ibu pengasuhku di panti asuhan, yang kini tengah memasuki halaman sebuah rumah yang sangat besar dan mewah. Bagi kaki kecilku yang saat itu masih berusia 10 tahun, halaman rumah itu begitu luas dan melelahkan.

Ketika sampai di depan pintu utama, kami sudah disambut salah satu pelayan rumah megah itu, yang langsung saja membawa kami masuk. Bunda Laura segera mengikuti langkah si pelayan dengan tetap menggenggam tangan kananku. Aku takjub melihat betapa indah dan megahnya rumah yang kini aku masuki.

" Maaf Tuan, nona Laura sudah datang. "

Aku mendengar suara pelayan itu berkata kepada seorang laki-laki gagah dan tampan yang sedang duduk di ruangan tengah rumah itu. Di sebelah laki-laki itu juga tampak duduk seorang wanita cantik yang sangat anggun dan terlihat ramah.

" Trima kasih, Marry. Silahkan duduk Ms.Laura. " kata laki-laki itu ramah sambil tersenyum pada bunda Laura dan juga padaku.

" Trima kasih, Tuan Mahendra. " kata bunda sambil membawaku duduk di sampingnya.

" Apakah ini yang namanya Daniel ? " tanya laki-laki itu lagi pada bunda sambil memandangiku lekat. Wajahnya penuh senyum, begitu juga wanita cantik yang ada di sampingnya. Aku suka mereka, pikirku polos.

" Iya Tuan..ayo Daniel, sapa yang sopan lalu cium tangan sama Tuan dan Nyonya Mahendra. " kata bunda lembut padaku.

" Sini sayang sama mommy.. " Wanita cantik itu melambaikan tangannya padaku sambil masih tersenyum padaku. Ragu-ragu aku mendekat padanya setelah aku melihat bunda Laura mengangguk padaku. Setelah jarakku dekat dengan wanita cantik itu, tiba-tiba dia meraihku ke pangkuannya dan memelukku hangat. Sang laki-laki pun bersimpuh mendekat ke arah kami, wajahnya yang tampan sekarang sejajar dengan wajahku.

" Daniel sayang, mulai hari ini Daniel adalah putra mommy dan daddy. Dan mulai hari ini juga Daniel tinggal bersama kami di rumah ini. " kata si wanita cantik sambil mencium pipi kiriku gemas. Sang laki-laki tersenyum sambil mengusap kepalaku penuh kasih sayang. Aku merasa..entah..bahagia..sangat bahagia..

" Daniel tinggal di sini ? Sama mommy dan daddy ? " tanyaku takut-takut pada mereka berdua.

" Iya sayang..bukan sama mommy dan daddy saja lho, tapi ada adik kamu juga..namanya Avril. " kata sang laki-laki itu sambil tersenyum lagi.

" Adik ? Daniel punya adik ?? " tanyaku tertarik.

" Iya sayang..tapi adik kamu masih bayi, masih kecil. Jadi belum bisa nemenin kamu main. " kata wanita itu sambil mengusap-usap pipiku gemas.

" Daniel mau kan tinggal di sini ? " tanya sang laki-laki itu kemudian.

" Boleh nggak, bunda ? " tanyaku takut-takut pada bunda Laura yang sedari tadi hanya diam namun tersenyum melihat interaksi kami bertiga.

" Tentu boleh, Daniel. Mulai sekarang mereka adalah orang tuamu, dan kamu akan tinggal di sini bersama mommy dan daddymu. " jawab bunda Laura lembut.

" Bunda juga tinggal di sini sama Daniel ? " tanyaku lagi.

" Enggak Daniel, bunda harus mengurus saudara-saudaramu yang lain di panti, nak. Jangan nakal di sini ya, jadilah anak yang membanggakan mommy sama daddymu. Dan jadilah kakak yang baik untuk adikmu, oke.. "

" Baik, bunda.. "

Entah mengapa aku merasa sedih dan ingin menangis. Membayangkan takkan lagi dipeluk bunda Laura, takkan lagi mendengarnya membacakan dongeng, membuatku ingin menangis keras saat itu juga. Aku akan merindukan panti, merindukan sahabatku John dan Maria, juga saudara-saudaraku yang lain. Melihat kesedihanku bunda Laura membentangkan lengan untukku, dan serta merta aku lari menuju dekapan hangatnya. Aku pun menangis.

" Jadilah anak yang kuat, Daniel sayang. Kelak jika kau sudah dewasa, sudah menjadi kebanggaan mommy dan daddymu, kamu boleh menjenguk bunda di panti. " suara bunda terdengar sendu, dan aku masih tersedu di pelukannya. Lalu setelah mengecup kedua pipiku yang basah air mata, bunda berpamitan dengan mommy dan daddy baruku dan dia pergi. Entah kapan aku bisa melihatnya lagi ? pikirku sedih.

" Hei..jagoan daddy, mau lihat adik kamu ga, son ? " tanya daddy sambil menggendongku dengan tangan kanannya yang tampak kuat dan kokoh. Dalam hati aku berjanji akan tumbuh kuat dan gagah seperti daddy.

" Mau.. " jawabku sambil merangkul leher daddy. Daddy melangkah menuju sebuah kamar bayi yang indah sambil menggendongku, mommy sudah mendahului kami tiba di dekat sebuah boks bayi.

" Sini sayang..nah..perkenalkan ini adik kamu, Avril.. " kata mommy sambil memandang sayang ke dalam boks bayi itu.

Ketika aku melihat ke dalam boks bayi, aku terpaku..terpesona..wow..

Ada malaikat kecil yang cantik sedang tidur di sana. Dia begitu bercahaya, membuatku takjub. Seketika rasa sedih yang ada di hatiku hilang, indahnya pesona malaikat kecil itu membiusku.

" Dia seperti peri kecil, mom. Cantik.. " kataku pelan masih terpesona melihat ke arah si mungil yang masih terlelap.

" Avril memang malaikat kecil kita, son. Janji mau menjaga Avril bersama mommy dan daddy, ya ? " aku mengangguk bersemangat ke arah daddy. Mommy dan daddy serentak mencium pipi kiri dan kananku.

" Good boy.. " kata daddy kemudian.

" Dad ? "

" Ya, son ? "

" Boleh nggak kalau sudah besar nanti, Daniel menikah dengan Avril ? " tanyaku polos sambil masih menatap wajah malaikat kecilku. Mommy dan daddy hanya tertawa kegelian dan gemas akan tingkahku. Aku tak pernah mendapat jawaban untuk pertanyaanku itu.

----000----

5 tahun kemudian..

Seorang gadis kecil yang baru berusia 5 tahun, tampak begitu cantik dan menggemaskan, sedang berlari gembira di sebuah taman yang penuh ditumbuhi beragam bunga yang sedang mekar berwarna-warni. Gadis itu sedang mengejar kupu-kupu dengan gemasnya sambil tertawa riang.

Di belakangnya terlihat seorang laki-laki muda yang gagah dan tampan, mengikuti si gadis kecil dengan sorot mata tajam memuja. Di usianya yang baru 15 tahun, dia sudah menonjol dengan ketampanan dan tinggi badannya. Sesuai janjinya, dia tumbuh menjadi laki-laki kuat, tampan dan gagah seperti daddynya.

" Kakak !! Ayo cepat sini !! Tolong tangkap kupu-kupu itu ! "

Si gadis kecil berseru riang sambil mengayunkan tangannya, detik itu juga si laki-laki muda berjalan cepat mendekati si gadis kecil tersayangnya.

" Apa, angel ? " tanya laki-laki muda itu sambil bersimpuh mensejajarkan tingginya dengan si gadis kecil.

" Ih kakak..namaku Avril bukan angel.. " protes gadis kecil yang bernama Avril itu pada kakaknya sambil mengerucutkan bibirnya lucu..oh sungguh menggemaskan..

" Hahaha..tapi kamu adalah angelnya kakak, sayang.. " balas laki-laki muda itu setelah mengecup gemas bibir mungil di hadapannya sekarang ini.

" Avril ga mau jadi angelnya kakak..weeek.. " kata si kecil Avril sambil menjulurkan lidahnya mengejek. Si laki-laki muda tertawa geli melihat tingkah lucu si gadis kecil.

" Kalau jadi pengantin kakak, mau ga ? " tanyanya kemudian pada si mungil Avril.

" Hhmm..mau.. " jawab Avril setelah beberapa saat tampak berpikir.

" Janji ? " tanya si laki-laki muda sambil menjulurkan kelingkingnya ke arah si kecil Avril.

" Janji.. " Avril kecil mengangguk semangat sambil menautkan kelingking kecilnya. Si laki-laki muda menampakkan senyumnya yang tampan dan sorot mata tajam yang berbinar. Hatinya bahagia..sangat bahagia..

" I love you, my angel.. " batinnya bahagia.

__tbc__


Halo good readers..aku kepikiran cerita ini, jadi langsung kutulis..Hope you'll enjoy meski temanya mainstream banget..hehe..vote and comment pleazzzee...

Natalie

My Hot Brother ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang