Anesia

51 7 10
                                    

24 agustus 2016

Riuh suara itu tak lagi asing, mataku masih tertutup rapat dengan kepala yang ku letakkan di atas meja kelasku ini.

Enimora lotistus glora..
Kistus tan glora..

Terdengar suara teman sebayaku menyebutkan kata-kata yang sangat asing bagiku.

mataku Ku buka perlahan dan semakin terlihat jelas, gadis itu mengarahkan telunjuknya ke arah sebuah kertas utuh, lalu menyebutkan mantra yang sempat kudengar tadi.

Mataku membulat begitu saja, saat melihat kertas utuh itu terbakar dengan satu mantra yang dibacanya.

Ku terjap-terjapkan mataku tak percaya dengan apa yang baru saja kulihat.

Kuedarkan pandangan ku, menatap satu-persatu apa yang ada didalam kelas ini. Sangat aneh, ini bukan kelas yang biasanya kutempati.

Ada apa ini? Apa aku bermimpi?

Benar-benar aneh, banyak hal asing yang kulihat disini. Dan lebih mengejutkan lagi, pria yang duduk di depanku ini berhasil membuat pensilnya melayang begitu saja dengan mantra yang berbeda.

"Sepertinya kau belum terbiasa dengan pertunjukan seperti itu?"

Pertanyaan itu sontak membuatku menoleh ke arah sumber suara, gadis itu tersenyum ke arahku.

"Semua ini apa? Apa aku sedang bermimpi? Kenapa pria itu bisa membuat pensil itu melayang? Apa sekarang aku sedang berada di dunia dongeng?" spontan semua pertanyaan itu keluar dengan sendirinya, terlihat siswa lain menatapku aneh.

"Kau tidak sedang bermimpi sekarang, apa kau ingat dengan surat yang kau temukan di jalan itu?" jawabnya.

Apa amplop yang di jalan itu?

Flashback on

Sinar matahari itu benar-benar membuat wajahku ini terbakar, flatshoes ku pun terasa hangat karena panasnya jalan setapak ini.

Kakiku bergerak bergantian dengan cepat karena rasa tak sabar.

Seketika Langkah kaki ku berhenti begitu saja, seperti ada yang mengendalikannya.

Badanku berbalik dan mataku langsung fokus pada amplop surat yang tergeletak di jalan.

Aku bergegas untuk mengambilnya, amplop ini seperti bukan amplop pada umumnya.

Kubuka perlahan, dan membaca isi suratnya.

"Storite gan des mounre Ingceria"

Hanya kutipan itu yang ada, dengan bahasa yang sama sekali asing bagiku.

Alisku kunaik turunkan berusaha mencerna kata asing ini. Ku masukkan surat ini kembali ke dalam amplop dan menyimpannya di tasku.

Flashback off

"Jangan memaksakan untuk mengingatnya, tak sedikit orang yang akan mengingatnya sesudah mengalami kejadian itu." ujarnya membuyarkan semua yang berusaha ingin ku ingat setelah kejadian membaca isi surat itu.

Aku menatapnya dengan penuh harapan.

"Apa kau bisa membantuku keluar dari mimpi buruk ini?"
Ujarku membuatnya menertawakan ku.

Ingceria FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang