Bagaimana ia bisa jatuh cinta kepada gadis di balik akuarium vertikal tanpa nama?
Sederhana.
Hasegawa Aoi mengenal Sei jauh sebelum semua ini dimulai.
Aoi datang ke tempat ini di tengah masa remaja—tiga belas, dua belas?—sesuatu yang sangat darurat datang, dan orangtuanya menyeretnya ke sini dengan paksa. Ia tidak ingin meninggalkan rumahnya, karena di ujung jalan yang sama, gadis itu tinggal bersama keluarganya yang polos, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, apa yang segera terjadi.
Ia memohon kepada orangtuanya agar kembali, agar setidaknya ia bisa membawa gadis itu bersamanya ke sini. Tidak. Kata mereka, dan Aoi meninju pintu hingga jemarinya patah.
Aoi adalah seorang anak keluarga berada; Hasegawa. Ayahnya dokter, ibunya dokter pula. Dokter apa, Aoi tidak pernah tahu. Ia lahir di tengah keluarga yang cukup hangat, setidaknya ia tidak kekurangan uang dan cinta, tanpa sadar tumbuh arogan dan percaya bahwa ia memiliki segalanya. Terlebih ketika ia sadar ia juga diberkati dengan begitu banyak talenta.
Ia lalu bertemu dengan Sei—tanpa nama belakang—kala mereka duduk di bangku sekolah dasar. Gadis kecil yang melemparnya dengan sepatu dan menamparnya sekali kala anak laki-laki itu dengan sangat sengaja menginjak ekor anjing kecil yang menghalangi jalannya. Gadis yang memberinya azalea, lili, nyanyian angin, langit, dan sebuah dunia mimpi tanpa akhir.
Gadis yang memberinya kehidupan, yang membuat Aoi jatuh cinta.
Gadis yang mengembalikan Aoi ke cahaya, yang senyumnya melebihi kilauan permata, yang Aoi klaim sebagai pusat dari dunianya—mengundang sebuah jitakan dan tawa dari yang bersangkutan, tetapi pemuda berambut pirang itu serius, hanya saja sang gadis tak tahu.
Pada hari kelimanya di dalam laboratorium tanpa pintu dan jendela yang dipenuhi dengan orang-orang dewasa berpakaian jas dokter, Aoi mencoba lagi. Memohon kepada orangtuanya untuk membawa Sei bersamanya ke tempat ini. Tetapi jawabannya juga tidak.
Aoi tidak meninju pintu, ia mematahkan tangan ayahnya.
Awalnya jemari. Kemudian siku.
(Aoi melihat jarum suntik di meja).
Ibunya menjerit; Aoi tidak berhenti. Mereka membiarkan Sei di luar sana di tengah keadaan seperti ini, tanpa Aoi untuk menjaganya; semua orang seperti itu layak untuk mati. Apakah mereka tahu seberapa berharganya barang setetes darah gadis itu? Jiwa mereka bahkan tak cukup untuk membayarnya.
Jawabannya tetap tidak.
(Persetan dengan dunia ini.)
Aoi terjebak di dalam sana selama entah berapa minggu, entah berapa bulan—entah berapa tahun, atau bahkan dekade. Waktu yang ia jalani terasa menyiksa, karena ia tahu apa yang terjadi kepada dunia, tetapi ia tak tahu apa yang terjadi kepada gadisnya. Aoi berhenti berbicara kepada orangtuanya, ia menolak mengakui fakta bahwa ia memiliki darah mereka.
Pada hari yang kesekian, ia bertemu dengan Kuroki Nanami. Seorang dokter muda super jenius yang bernasib sama dengan sang remaja belia; diseret ke tempat ini dengan paksa. Mereka berbagi sebuah rahasia, sebuah fakta tentang apa yang akan datang. Aoi melihat ada kesempatan, Nanami setuju akan menyelamatkan Sei dari dunia di luar sana.
Dengan syarat Aoi tidak boleh mengkhianati Nanami.
Dengan syarat Nanami benar-benar menyelamatkan Sei seutuhnya.
Kemudian suatu hari, apa yang Nanami katakan benar terjadi—dewasa muda berambut hitam itu menghilang bersama sahabatnya yang berambut platina, Aoi melihat mereka menyuntikkan sesuatu ke lengan mereka. Semuanya dimulai dengan seketika. Satu detik hiruk-pikuk menggema, detik berikutnya semua orang berbaring di lantai yang dingin; mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Project Alice
FantasySatu cerita, dua sandiwara, tiga menara; yang mana yang nyata?