Pekerjaannya kali ini benar-benar melelahkan. Sudah dua hari Yoona tidak pulang ke apartemennya dan harus lembur di kantor. Tanpa tidur, hanya mengandalkan suplemen, kopi dan sedikit asupan makanan. Tapi walau begitu, saat ini Ia bisa bernafas dengan lega karena tugasnya membuat biografi seorang artis sudah selesai.
Menjadi penulis memang menyenangkan. Bisa menulis segala hal yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Membuat sebuah kehidupan didalam sebuah karangan. Namun berbeda dengan dirinya yang merupakan penulis biografi artis pendatang baru. Banyak agensi yang memintanya untuk menuliskan tentang kehidupan artis mereka. Tentunya hal-hal yang dapat menaikkan reputasi artis tersebut. Bahkan terkadang Yoona harus berbohong dengan tidak menuliskan sisi negative mereka.
Dua botol soju telah ditangannya. tak lupa membeli jjamppong dengan level terpedas. Ia sudah tidak sabar untuk tiba di apartemennya dan langsung menyantap makanannya. Seturunnya dari bis, ia harus berjalan melewati gang kecil agar bisa sampai ke apartemennya lebih cepat.
Brukkk!
Terdengar suara benturan dari belakang tubuhnya. Keadaan gang yang sepi dan redup membuatnya enggan menoleh dan mempercepat langkahnya. Namun suara itu kembali terdengar. Rasa penasarannya semakin menjadi-jadi ketika suara itu kembali terdengar untuk yang kesekian kalinya. Dengan reflek ia menoleh kebelakang. Dirinya terpaku mengamati itu.
'Astaga, apa dia iblis? Atau mungkin malaikat? Atau jangan-jangan alien? Ehei.. jika begitu dia temannya Do Min Jun-ssi, aish! Apa yang sedang aku pikirkan, haruskah aku merekamnya?'
Seorang pria bersayap yang sedang berusaha terbang, namun ia terus terjatuh dan gagal. Bola matanya yang biru terlihat sangat menyala ketika berada didalam kegelapan. Benar-benar tontonan yang langka. Bukannya takut, gadis itu malah terlihat tertarik dan mencoba mendekat. Semakin mendekat, jantungnya semakin berdebar. Dia juga tidak tahu kenapa jantungnya bisa berdebar sekencang itu.
"Jangan mendekat!" kata pria bersayap itu yang berhasil menghentikan langkahnya. Kini Yoona kembali terpaku melihat itu. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa ternyata pria bersayap itu memiliki wajah yang sangat tampan. Menyadari tatapan darinya, pria itu kembali berusaha terbang dan akhirnya ia berhasil lalu menghilang dari balik gedung-gedung pencakar langit yang ada disana.
'Sepertinya ini bukan mimpi. Hoh, jika ini benar, aku harus segera mengirim beritanya ke redaksi.'
Yoona segera berlari kencang. Ia bahkan tidak menyadari bahwa jjamppong dan sojunya telah terlepas dari tangannya. Yang ada dipikirannya saat ini adalah membuat berita itu. Bisa dipastikan seisi Seoul akan gempar oleh beritanya. Dan tentunya ia akan mendapatkan royalty yang tidak sedikit.
Membuka pintu apartemen dengan tergesa-gesa. Setelah itu berlari menuju meja kerjanya. Menyalakan komputer dan siap merangkai kata. Tetapi ketika ia hendak memainkan jemarinya diatas keyboard, kepalanya seakan dihantam sesuatu. Bukan benda keras, tetapi kenyataan bahwanya ia tidak memiliki bukti.
'Aish, bodohnya aku. Kenapa tadi aku tidak merekamnya. Percuma saja jika aku tulis beritanya, tapi jika tidak memiliki bukti, aku hanya akan dianggap sebagai anak ingusan yang haus cerita fantasi.'
Dengan langkahnya yang gontai ia mendekati kasur dan berbaring disana. Dalam sepi terdengar jelas bunyi perutnya yang keroncongan. Ia kembali seperti merasakan hantaman keras dikepalanya. Kenyataan menyadarkannya bahwa sebenarnya dia benar-benar bodoh.
Trrrt... trrrt...
Ponselnya bergetar. Malas rasanya untuk menjawab panggilan tersebut. Apalagi ketika dilihatnya nama bosnya dilayar ponselnya. Tetapi ia terpaksa mengangkatnya, dari pada kehilangan perkerjaan. Ternyata ia kembali mendapatkan job yang sama dengan yang selama ini ia lakukan. Membuat biografi seorang artis. Setelah memutuskan panggilan itu. ia memilih tidur dan tidak menghiraukan kicauan cacing perutnya.