After-Class Tea Time

21 0 0
                                    

DISCLAIMER : AniHogwarts (c) SpearMercury | Harry Potter (c) J.K Rowling | Prudence Witte (c) Pila

----------------

Saya tidak pernah--atau, lebih tepatnya--jarang bertemu dengan siswa maupun siswi dengan dasar tata krama yang baik. Saya tidak menyalahkan yang begitu, tentu saja, mengingat bahwa Hogwarts merupakan institusi yang menaungi calon praktisi sihir dari berbagai macam kalangan. Namun, untuk mendapati seseorang yang berkelakuan sopan dan bermartabat membuat saya merasa senang dan lega.

Masih lekat dengan jelas dalam ingatan saya akan betapa santunnya seorang Jean Bloodworth (Anda tak bisa pungkiri keturunan elit tersebut, bukan?) saat kami mengawasi langit malam dengan teropong di tahun 1982 dahulu. Terlepas dari stereotipikal Slytherin yang banyak disanteri cerita buruk, yang bersangkutan tampak begitu baik pada saya. Juga, untuk seorang gadis yang kebetulan menemani saya menikmati teh sore hari ini. Prudence Witte, namanya.

"Miss Witte, apakah ada lagi yang Anda butuhkan?" Tanya saya yang baru saja menyesap sedikit earl grey dari pinggir cangkir. Mereka ada di meja Hufflepuff sekarang ini, dengan taplak kecil menghampar di depan mereka dan gelas, piring, serta termos muggle yang ada di atasnya. Di atas piring, saya menata beberapa cupcakes dan kraker nikmat yang bisa saya dapatkan dari Hogsmeade. Sementara, teh dalam termos tersebut diramu oleh Sebastian tadi pagi dan dikirimkan kemari oleh elang keluarga kami. Acara ini memang lebih sederhana dari apa yang biasa saya lakukan bersama Albert di rumah kami, tentu, namun kekhidmatannya tidak berkurang.

Mungkin sedikit.

"Splendid, in every single way," Puji gadis slytherin tersebut, santun dengan lantunan suara setenang sungai musim semi. Namun begitu, saya merasa bahwa masih ada yang kurang dari komentar positif Miss Witte. Mungkinkah karena saya terbiasa mendengar kata 'sempurna'? Saya sendiri tidak tahu, namun saya mencoba mengubah opini tersebut menjadi lebih baik.

"Terima kasih banyak, Miss Witte," Sahut saya dengan sunggingan senyum yang biasa saya berikan pada orang lain. Tanpa buang waktu, saya menjangkau sebuah botol kecil dari dalam tas dan menariknya keluar, "Apakah Miss Witte berkenan untuk mencoba tambahan aroma dari ekstrak jeruk bergamot kebun kami? Paduan rasa asam-manisnya merupakan sesuatu yang saya rekomendasikan untuk acara minum teh sore yang menyenangkan ini."

"Tentu. Kehormatan bagiku, King," Ia menjawab begitu, dan langsung saya respon dengan tiga tetes likuid asam itu, masing-masing ke cangkirnya dan cangkir saya sendiri. Setelah diaduk, saya menghirupnya pelan-pelan, dan saya mendapati bahwa rasanya sudah sempurna.

Bagaimana tanggapan Miss Witte, saya bertanya-tanya.

"Mmm," Gadis itu mengerjap sekali-dua kali. Saya bisa melihat gidikan pelan pada bahu dan kepalanya. Apakah saya berhas--

"Mendekati sempurna, King, rasanya ini. Luar biasa."

Sayang sekali, nyaris.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 19, 2013 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

After-Class Tea TimeWhere stories live. Discover now