*Nessa*
Vario-ku sudah kukeluarkan dari garasi, siap kupake ke supermarket. Ada beberapa bahan makanan yang harus di beli. Tadi pagi waktu pergi ke pasar, aku lupa nyatet.
Ga enaknya motor matic itu, kalo pas electric starter-nya ga berfungsi. Nyebelin tau ga! Males banget kalo mesti masang standar tengah dan nyalain pake starter manual. Aku ga kuat. Motor ini berat banget.
"Mau kemana?"
Pertanyaan dari dewa penolongku saat ini. Siapa lagi kalo bukan Chandra, brondongku tercinta! Yang datang tepat saat aku butuh.
"Ke Carrefour bentar. Anterin dong!"
"Naik motor?"
"Iyalah. Buruan!" Kutarik lengan bajunya agar dia lebih dekat.
"Kenapa ga pake mobil aja sih?"
"Cuma deket. Lagian manasinnya lama. Udah 3 hari ga dipake."
Sedikit terpaksa, Chandra menuruti kemauanku. Sebelum sempat kuberitau kalo electric starter-nya ga berfungsi, dia langsung duduk dan membebaskan standar. Jari sosisnya menarik tuas rem, lalu jempol kanannya menekan tombol start.
Mesin berhasil nyala dengan sempurna. Terheran-heran aku dibuatnya. Setelah tadi hampir frustasi karna tuh motor.
"Kok bisa nyala?"
"Apanya?"
"Motornya. Tadi aku pake ga bisa nyalain."
"Lupa naikin standar kali."
"Oh iya. Hadeeehh....." aku pun naik, duduk cantik di belakang punggung Chandra.
Wangi parfumnya langsung menggelitik hidung. Rasanya pingin langsung nyandar di punggungnya yang lebar.
Motor mulai berjalan pelan. Pelaaann banget, persis seperti saat aku baru belajar naik motor. Kaki besar itu masih juga berada di atas tanah sambil sedikit demi sedikit diangkat ketika motor berjalan.
Ini pasti ada yang ga beres. Bukan dari motornya. Tapi Chandra. Sepertinya dia ga bisa naik motor. Jantungku sudah berdegub lebih kencang tiga kali dari normal.
Cowok ga bisa naik motor? Hari gini? Ga mungkin banget kan?
"Chan kamu bisa naik motor ga sih?" Tak tahan juga rasanya buat ga nanya langsung.
"Aku,....aku,...." dia terlalu sibuk fokus kedepan.
Pagar kafe baru aja dilewati, tuas gas di putar lebih kuat dan motor melaju lebih cepat. Pertanyaanku belum terjawab, tapi kecurigaanku sudah sedemikian besarnya.
Baru saja motor menyebrangi jalan untuk mengambil jalur kiri, roda depannya naik keatas trotoar. Aku langsung terpental dari motor, sementara Chandra kulihat sempat terjungkang kedepan saat motor itu roboh, karna roda belakang tidak ikut naik, sebab mesin nyangkut di pembatas.
Malu. Hal pertama dan paling utama yang aku rasakan, ketimbang sakit di lutut yang terdapat luka gores sedikit berdarah. Entah apa yang terjadi pada Chandra, aku terlalu sibuk memegangi lututku, sambil menangis. Sumpah ini memalukan!
"Nuna ga pa-pa?", rupanya dia sudah berdiri disebelahku. Meringis, dengan tangan kanan menebah perut sebelah kanan.
"Sakit tau! Kamu bisa naik motor ga sih?", aku ga peduliin ekspresi sakitnya. Terlalu kesal dengan perih di lutut akibat perbuatannya. Belum lagi motorku yang bisa jadi bakalan rusak. Dan akan aku buat perhitungan nantinya.
Sudah banyak orang mendekati kami. Kebanyakan memang kukenal. Mereka membantu mengangkat motor. Beberapa kulihat menuntun motor itu menyebrangi jalan, menuju kafe. Pertanyaan-pertanyaan klasik bertebaran dan kujawab seperlunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brogan Kesayangan Nuna
Romance"Diatara milyaran perempuan di dunia, aku memilihmu, Nessa Hanumdita, untuk menjadi istriku. Menghabiskan sepanjang sisa hidupku bersamamu, hanya itu yang aku mau. Mungkin aku memang lebih muda, tapi aku yakin, aku mampu memberimu bahagia." "Diantar...