“Drett..drett” ketika itu handphone Azam bergetar tanda ada SMS. Dan ternyata itu SMS dari temannya, Kamal yang bermaksud untuk mengajak Azam ke masjid karena ada acara pertemuan dengan remaja masjid lainnya. Azam pun bergumam dalam hatinya, ”Astagfirullah...gue kan ada acara hari ini !”.
namun tak lama ia tersadar dan bergegas untuk mandi dan setelah selesai shalat ia langsung bersiap-siap untuk pergi ke kampus.
Ketika di perjalanan menuju kampus, ia bertemu dengan temannya sewaktu SMP yang bernama Ana. Betapa gugup hati Azam ketika ia dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah dicintainya dulu. Meskipun begitu ia mencoba untuk bersikap tenang dan menyapa Ana.
“Hai Ana, masih ingat sama aku nggak ?” tanya Azam
“Hmm..oh ya, kamu Azam khan yang waktu SMP duduk sebangku sama aku ?”
jawab Ana.
“Ya betul, aku Azam teman sebangku kamu waktu itu ! gimana kabarmu An ?” tanya
Azam.
“Alhamdulillah baik zam, ngomong-ngomong kamu sekarang kuliah apa kerja ?”
“Aku kuliah An,,tapi sekarang udah nggak aktif di organisasi islam kayak waktu di
Rohis dulu”. Jelas Azam
“Lho,,kenapa ?” tanya Ana dengan heran
“Gak apa-apa kok, aku cuma aktif di ikatan remaja masjid sekarang” jawab Azam
dengan rasa gugup dihatinya yang mulai hilang.
Setelah pertemuan yang penting dan pembicaraan yang cukup singkat itu berlangsung, akhirnya Ana telah sampai di tempat tujuan dan pamit meninggalkan Azam. Dan setelah Ana berlalu, Azam pun menghela nafas panjang. Entah karena malu, gugup atau ada sesuatu yang lain dihatinya sehingga membuat Azam tak karuan, yang jelas Azam hampir mati gaya dibuatnya. Tak lama, Azam sampai dikampusnya dan temannya yang bernama Kamal langsung menghampiri.
“Eh zam, lo kemana aja sih ? gue udah lumutan nih nungguin lo !” tanya Kamal.
“Iya maaf,,soalnya tadi gue ketemu sama temen SMP gue dulu. Jujur, gue sempet
suka sama dia” jawab Azam.
“Ok,,gak apa-apa...tapi lo simpen dulu aja ya curhatannya soalnya sebentar lagi
masuk. Inget kita harus bisa memanfaatkan waktu !” kata Kamal.
Mereka pun beranjak menuju kelas karena tidak ingin berlama-lama diluar ruang kuliah, maklum dosennya tidak bisa diajak berkompromi masalah kehadiran dan benar-benar disiplin sampai sikap selama perkuliahan pun selalu diperhatikan.
***
Langit tampak mendung dan matahari enggan memancarkan cahayanya, namun keadaan itu tidak mengurungkan niat Azam untuk pergi ke masjid. Tepat setelah Azam selesai menunaikan shalat Ashar, ia bergegas pergi. Namun tak sengaja ia menabrak seorang gadis ketika sedang berjalan dan kebetulan gadis itu adalah Ana.
Seketika Azam langsung meminta maaf pada Ana dan setelah Azam tahu bahwa Ana pun hendak pergi ke masjid, Azam mengajak Ana untuk pergi bersamanya karena perasaan bersalah yang masih menghiasi hatinya.
Sesampainya di masjid Ana langsung menemui Kamal dan itu cukup membuat Azam kaget karena ternyata Ana pun mengenal Kamal.
“Assalamu’allaikum kak !” sapa Ana.
“Wa’alaikumsallam...kalian udah saling kenal ?” tanya Kamal
“Iya kak, ternyata kak kamal temannya Azam juga ya !” kata Ana
“Iya An, oh iya hampir lupa ! Ana ini tunangan gue zam dan insya allah setelah gue
selesai kuliah, kira-kira tahun depan gue dan Ana mau nikah”. Jelas Kamal
Dengan diam terpaku Azam berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah mimpi buruk baginya yang sebentar lagi akan sirna. Namun sepertinya keyakinan itu dengan sekejap dapat dilumpuhkan oleh kenyataan pahit.
Niat Azam untuk kembali merangkai benang-benang kasih dengan Ana harus ia kubur dalam-dalam karena ia tidak mungkin melukai Kamal yang merupakan sahabatnya sendiri. Terlebih lagi mereka sudah mengikat janji dan Kamal telah menyematkan cincin di jari manis Ana, begitupun dengan Ana. Dengan mencoba untuk tetap tegar dan tersenyum Azam berkata,“Selamat ya, semoga Allah meridhai pernikahan kalian nanti”.
Akhirnya Azam menyadari bahwa cintanya terhadap Ana harus ia korbankan untuk kebahagiaan Kamal, sahabatnya. Meskipun begitu Azam tidak akan pernah menyesali yang terjadi dan menyalahkan Kamal, karena baginya apapun yang terjadi sekarang jika itu semua kehendak Allah SWT akan mengantarkan ia pada kebahagiaan dan keikhlasan yang sejati. Dan semuanya akan menjadi indah pada waktunya walaupun hingga saat ini Ana tidak mengetahui isi hati Azam yang sebenarnya.