*C'M ~12~

9.9K 297 7
                                    

NYU Langone medical center

Seorang wanita dengan rambut terurainya, berdiri didepan pintu kamar dimana adiknya sedang di rawat.  Dari balik kaca pintu ini matanya dapat melihat Kesha, adiknya sedang terbaring lemah dengan beberapa alat yang menempel pada tubuhnya, juga di kepalanya, tidak tampak lagi rambut panjang lebat kepirangan milik adiknya disana.

Tanpa bisa di cegah wanita itu meneteskan air matanya “Kau harus sembuh Kesha, Harus!” gumamnya meraba kaca di pintu kamar itu, dirinya tidak sanggup untuk melangkah masuk lebih dekat melihat adiknya itu.

“Lama tidak melihat anda, Mrs. Molly” Anna berbalik mengusap kasar air matanya dan melihat dokter Daniel dengan jas putihnya berdiri menatapnya.

“Haii dokter, bagaimana keadaan adik saya ? apa baik baik saja ?” Anna tampak tidak perduli dengan basa-basi dokter yang merawat adiknya.

“Kankernya mulai merambat keseluruh tubuhnya, mempengaruhi semua organ dalam tubuhnya” Anna menatap nanar kearah Dokter berusia lanjut itu.

“Bukankah kemarin kemonya berhasil dokter ?”

“Ya.. tapi semakin lama tubuhnya menolak pengobatannya”

“Lalu bagimana sekarang ? apa kalian tidak bisa membantunya sembuh Dokter ?” Dokter Daniel dapat merasakan kepedihan dalam nada suara wanita di hadapannya ini.

“Mrs.Molly kita akan selalu mengusahakan agar kankernya tidak meningkat dan berusaha sebisa mungkin agar tubuhnya menerima pengobatannya... untuk sekarang kita hanya bisa menunggu” Jelas dokter Daniel. Air mata Anna kembali merembes keluar wanita itu mencoba menahannya namun tetap saja air matanya terus mengalir, dokter Daniel menepuk pelan pundak Anna “Mrs.Molly ingatlah hidup mati seseorang sudah ada yang mengaturnya, kita hanya akan terus berusaha agar bisa menyelamatkannya” Anna mengangguk dalam tangisnya “baiklah, saya rasa saya harus menemui pasien saya yang lain, saya harap anda bisa lebih bersabar Alianna”

Selepas kepergian dokter itu Anna terduduk di depan pintu kamar Adiknnya dengan menyandarkan punggungnya di pintu itu dan memeluk kedua lututnya wanita itu kembali terisak ‘Kau pasti bisa sembuh kesha, ku mohon sembuhlah’ Desis Anna dalam isakannya.

“Alianna...” Panggil seorang wanita yang baru saja tiba di rumah sakit itu dan melihat sahabatnya duduk meringkuk di depan kamar rawat adiknya “Anna kau baik-baik saja ?” tanyanya ikut menunduk mengusap pelan bahu sahabatnya itu.

Alianna kemudian mendongak menatap Demi, tangisnya semakin pecah wanita itu kemudian memeluk sahabatnya “A... aku sunggung.. menginginkan dia sembuh.. Demiii” isaknya dalam pelukan sahabatnya.

“Hei.. heii Anna, bukankah Kesha tidak suka melihatmu menangis ? tenanglah aku yakin dia pasti bisa di sembuhkan... okeyy” Demi mengelus lembut rambut sahabatnya yang masih terisak berusaha menghentikan tangisnya “Ku mohon tenanglah, bagaimana kalau kesha mendengar mu menangis disini, dia pasti akan sedih..” Lanjut wanita itu lagi masih terus mencoba menenangkan sahabatnya.

Susahpayah Anna mengendalikan tangisannya setelah di rasanya cukup reda Anna melepas pelukannya dari Demi “Thanks Dem..” Gumam Anna pelan.

Wanita itu mengangguk “Anna, Maaf tidak menjemputmu semalam..” lanjut Demi tampak menyesal, wanita itu kkemudian membantu Anna berdiri.

“Tidak masalah, aku kembali naik taksi” balas Anna mengusap sisa-sisa air matanya dengan ujung lengan bajunya.

“Justin dan selena tidak mengantarmu pulang ?” kali ini nada suara Demi terdengar kaget, Anna membalasnya dengan senyuman miris.

“Aku tentu– Sebentar”

Anna mengeluarkan ponsel yang terasa bergetar di saku celannya ‘Justin Calling~ Wanita itu melihat nama yang tertera di layar handphonenya yang kemudian mengangkat benda kecil itu di hadapan Demi.

CONTRACT MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang