Part 7

23 7 0
                                    

         Aku terhentak saat ku dapati ruangan yang0 megah. Mata ku tertuju pada sebuah jam dinding berwarna putih tampak samar atau masih bermimpi di jam  terpampang wajah ibu.
"Oh Tuhan sudah jam 23:20. Pasti ibu mengkahwatirkanku bagamanai ini? Aku dimana?" Ujar Ray.  Rasanya banyak pertanyaan yag belum terjawab di kepala ku. " Diman pria itu?"
Aku keluar dari ruanganku. Terang dan ramai.
Ini adalah Hotel. Diman pria itu?

Aku berjalan ke resepsionis. Menanyakan siapa yang memesan kamar ini buat ku.

"Maaf mbak boleh aku menanyakan sesuatu? Tanya Ray.
" Tentu. Apa yang dapat saya perbuat buat anda?" Ujar wanita yang sebagai resepsionis itu.
" Siapakah orang yang memesan kan kamar no 20, Mbak?" Taya ku penasaran.
" Tuan muda itu nyonya!" Ujar wanita itu sambil menunjukan seorang lelaki yang duduk di sebuah sofa merah darah yang menawarkan kemegahan.

            Aku menghampiri lelaki itu ingin menanyakan sejuta tanda tanya di kepala ku.
" kenapa aku ada disini?"
" Apa yang kau perbuat pada ku?"
" Bagaimana jika ibu ku mencari ku?" Ujar Ray kesal.
" Bisakah kau diam dan tenang sebentar. Jujur suara mu sangat membisingkan. Apa kau tak malu dengan tingkah mu yang seperti orang kampung. Lihat semua telah menatap mu!"Ujar Edward.

         Aku terdiam. Saat ku pastikan apa yang dikatakan oleh lelaki itu benar. Oh Tuhan malu sekali aku. Memang aku kampungan, aku tak mampu memposisika diriku saat aku berada di lokasi ekstrim seperti ini. Aku hanya bisa tertunduk malu dan duduk.
" Sudah hampir seminggu kita bertemu, menjalin hubungan yang sebenarnya tak ku mengerti. Selama itu pula kita tak saling mengenal. Kalau boleh aku tahu, siapa nama mu? Dan perlu kau ketahui aku tidak melakukan sesuatu yang kurang ajar terhadap mu." Ujar Edward sambil mengesap mocalatenya.
" Mocalate mu tampak mengiurkan. Dapatkah kau memesankan nya untuk ku? Aku sudah lama tak menikmatinya." Ujar Ray tanpa rasa bersalah
" Kau sangat mengesalkan."  "Pelayan berikan ia secangkir mocalate untuknya!"ujar Edward.
Sesampainya mocalate di hadapan Ray. Tanpa berpikir panjang ia mengesap lembut kopi sehingga meninggalkan seberkas noda kopi di bibirnya.
"Terima kasih kau begitu baik, aku salah menilai mu ku kira kau pria yang berkepribadian sama dengan ayah ku!" "Nama ku Rayhani yulminanda. Kau dapat memanggil ku Ray. Apa ada pertanyaan lain?" Ujar Ray.
        Tangan Edward mengusap noda kopi di bibir Ray.
" bibir mu kotor aku hanya ingin membersihkan noda kopi di bibir mu. Tak usah menggangap diri mu something. Aku juga tak ingin berjalan dengan wanita kotor dan bau seperti mu. Karena itu kembali lah ke kamar dan berhias lah. Pakaian mu sudah berada di kamar!" Seru Edward.

         Sungguh menjadi orang kaya adalah impian ku dari kecil. Aku berharap pangeran kuda putih dapat menaikkan derajat ku dan ibu. Aku akan di bawa ke istananya dan menjadi permaisuri di sana bagaikan cerita di negeri dongeng yang dibaca kan ibuku saat aku kanak kanak.
         
            Oh Tuhan hayalan apa ini. Ku harap pria itu bukan lelaki menyebalkan itu
   
           ● Sesampainya di kamar 20  Ray pun mandi dan mendapati sebuah baju atasan biru yang indah dengan sebuah rok span. Setelah mengenaikan semua pakaian. Ray pun di kejutkan dengan kedatangan seorang wanita tata rias.
" maaf nyonya. Saya di tugaskan Pak. Edward untuk menghiasi wajah anda. "ujar wanita itu.

              Jadi, nama lelaki itu Edward.

            Apakah harus demikian jika ingin berjalan bersama nya. Jujur saja ini sangat berlebihan. Bayangkan jika kami jalan bersama sebanyak 10 kali mungkin ia dapat menghabiskan banyak uang untuk membeli  pakaian ku dan menata wajah ku.
"Baik lah jika demikian silahkan" ujar Ray.

            Sebenarnya aku sangat berat hati memberikan wajah ku untuk di hias. Tapi itu semua karena permintaan Edward. Jika aku tidak mengiyakan, maka wanita ini akan di marahi olah Edward.

            Setelah selesai menunggu  waktu waktu membosankan itu.Ray  membuka mata dan mendapati wajah cantik dicermin yang ternyata wajahnya.
" Sudah selesai nyonya. Turunlah tuan Edward sudah menunggu mu" ujar Wanita itu.
    
           Ray pun turun ke lobi. Ray mendekati sofa merah tempat mereka bertemu.
" kamu kenapa akhir akhir ini menjauh dari aku???mengapa kau selalu menghindar?  Dunia mencari mu. Mereka butuh kamu begitu juga aku."ujar seorang wanita yang sepertinya pacarnya, Adriana namanya.
"Pulanglah.... aku tidak ada waktu untuk mu. Aku harus pergi untuk mempersiapkan acara ayah ku" Ujar Edward yang tampaknya tak menghiraukan adriana dan bergegas pergi menemuiku .

   " Kau sudah selesai. Ayo..." ujar Edward sambil mengengang tanggan Ray lalu pergi meninggalkan Adriana.

        "Tapi kenapa jantungku seolah keluar saat Edward menggengam tangan ku.
Oh Tuhan... Jangan sampai hal itu terjadi. Aku ngak mau termakan buayan dan sikap manis lelak itu" ujar Ray ( membatin )

" Tunggu Edward.. siapa dia? Mengapa dia ada di hotel bersama mu?" Celoteh Adriana.

         Hubungan Adriana dan Edward tampak nya ada masalah. Apa itu karna kehadiran ku??..Ku harap wanita itu tidak berpikiran macam macam tentang kedekatan kami yang hanya sebatas hubunganpekerjaan saja

         

Cerita Cinta tak BerawalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang