Hembusan angin lima tahun yang lalu membuat rambut coklat keemasan seorang gadis berkibar. Wajahnya tidak asing lagi bagi penjaga pantai ataupun bagi mereka yang juga sering menghabiskan waktu disini. Ya. Gadis itu memang sering ke pantai. Ralat! Selalu.
Sehabis bergelut dengan semua mata kuliahnya, ia akan datang ke sini hingga matahari mulai menyembunyikan wajahnya. Baginya pantai adalah tempat yang tepat untuk mencurahkan isi hati.
Deburan ombak adalah hal favorit yang ditunggu oleh gadis ini. Baginya, deburan ombak bagaikan alunan musik yang dapat mengusir semua kelelahan yang bertengger di bahunya.
Tenang. Damai. Itulah yang dirasakan saat air laut yang dingin menerpa jari-jari kakinya. Gadis itu memejamkan mata sambil menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
Kenyamanannya terganggu saat sebuah bola volly jatuh tepat di punggungnya.
"Aww.." ringis gadis itu sembari mengelus punggungnya.
"Maaf.. maaf.." kata seorang lelaki yang kini tengah berlari ke arah gadis itu lalu menatap gadis itu dengan teliti.Yang dilihat merasa risih, "Apa yang kau lihat ha?"
"Ka-kau.. Kau Sera Levigne? Benarkah?" tanya si lelaki dengan wajah terkejut. "Kau tau namaku?" tanya gadis itu sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Siapa yang tidak mengenalimu? Semua orang menguji kepintaranmu. Kau juga cantik."
"Tapi aku tak mengenalimu." jawab gadis itu cepat.Dengan senyum yang sedari tadi tak pernah lepas di bibirnya dan tanpa rasa malu, lelaki itu mengulurkan tangannya, "Namaku Aleix Pilocoo. Pilo. Teman-temanku biasa memanggil itu." Tangan halus Sera menyambut lembut tangan lelaki kekar di hadapannya. "Baiklah, Pilo."
Bersamaan dengan lepasnya tangan Sera , gadis itu tak tahu bagaimana Pilo mencoba mengontrol detak jantungnya yang tak karuan.
"Maaf, aku harus diving. Asal kau tau pukulan bolamu tadi sangat keras." Ya. Bagaimana tidak Pilo yang notabennya adalah seorang atlet volly pantas saja memiliki pukulan seperti itu.
Sera melangkahkan kaki untuk melanjutkan kegiatan yang sedikit tertunda dan tak lupa menyunggingkan senyumnya ke arah Pilo.
Sementara itu, pria bernama Pilo tadi masih berdiri di tempatnya menatap kepergian gadis bermata biru. Ya. Matanya sebiru laut. Itulah yang membuat Pilo sangat tertarik pada Sera.
Pilo memang sangat mengetahui semua tentang Sera. Bagaimana tidak, sejak pertama kali dia masuk ke universitas ini matanya langsung tertuju pada sang gadis---Sera Levingne.
Semenjak itu Pilo sangat mengagumi Sera. Sesekali Pilo ikut diving agar bisa melihat dengan jelas sang gadis beraksi di dalam air. Akan tetapi, karna banyak lelaki yang mendekati Sera dan lebih dari dirinya itulah yang membuat Pilo enggan untuk mendekati Sera.
Namun keberuntungan datang pada Pilo. Hobby nya membuat ia selalu datang ke pantai tempat sang gadis berada.
Mungkin perkenalan ini adalah awal dari segalanya. Batinnya.
***
"Sudah puas bertemu teman-temanmu?" Suara seorang wanita terdengar jelas saat Sera meniti anak tangga. Itu membuat langkah Sera terhenti. "Kau sudah tau jawabannya, Kak."
Ya. Siapa lagi kalau bukan kakak satu-satunya Sera---Cessa Liot Levingne.
"Mereka menitip salam untukmu." lanjut Sera lalu melangkahkan kaki menuju kamar."Oh Tuhan aku tidak ingin memiliki adik yang gila." Cessa sangat tau kalau adiknya sangat 'gila' dengan laut. Namun Cessa tak bisa melarang semua kegilaan Sera. Ia hanya ingin membuat adiknya bahagia walaupun terkadang ia sangat senang mengatai Sera 'gila'.
" Turun dan makanlah sebelum kegilaanmu itu menyebar." teriak Cessa sambil terkekeh.
Setelah selesai mandi, Sera segera turun ke dapur sesuai perkataan kakaknya.
"Kak Dane belum pulang?" tanya Sera lalu mengunyah apel di tangannya. Tanpa menolehkan pandangannya dari kulkas, yang ditanya menjawab, "Seperti yang kau lihat."
Sera menganggukkan kepalanya dan terus mengunyah apelnya.
"Sepertinya kau harus membeli susu." kata Cessa lalu menoleh pada Sera yang terus menganggukan kepalanya. Tanpa basa basi, Sera segera mengambil jaket kulitnya lalu mengendarai motor kesayangannya.
Tak perlu waktu lama bagi Sera untuk melakukannya. Saat Sera sedang melaju, tiba-tiba matanya tertuju pada sekerumunan orang di pinggir jalan. Rasa penasarannya tak mampu membuat dirinya berhenti bahkan bertanya pada sesiapa pun. Sera tetap melajukan motornya. Yang ia inginkan saat ini adalah tidur, bukan-melihat-hal-yang-tidak-penting.
"Kak, ini susunya. Aku ke kamar ya. Seharian ini capek."
Kata Sera pada kakaknya yang kini tengah menonton. Kakinya melangkah menuju kamar dengan pintu berhiaskan huruf 'B' berwarna biru itu. Setelah pintu terbuka dengan cepat ia merebahkan tubuh ke kasur empuknya. Perlahan tapi pasti mata Sera tertutup rapat dan berlayar ke alam mimpi.Sekitar 45 menit Sera masuk ke alam mimpi, tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita yang membuat mata Sera membulat dan sontak melompat dari kasur kesayangannya.
"Tidaakkkkkkkk!!!"
Haihai im comebackkk...
Hayoo siapa yang teriak??? Kenapa dia teriak??? Ahaha vomment dulu dongs baru tau jawabannyaa. 2 aja udah cukup membahagiakan kok.Ehehe...Eh btw maaci yang udah mau baca cerita abal ini. Stay terus yawww!! Lopyuuuu!!!
Alexandra Daddario as Sera Levigne on mulmed
-LopMiz
KAMU SEDANG MEMBACA
are you?
Teen FictionMengapa kau datang jika suatu saat nanti kau harus pergi? Kapan kebahagiaanku datang dan bertahan? Apakah aku harus menebak semua alur hidupku? Menerka-nerka tanpa tau yang pasti. Kau pergi. Aku disini. Dengan nasib yang sama kembali.