Sayup-sayup, langkah kaki terdengar. Perempuan berambut pendek dengan bayangan gelapnya tampak masuk menuju kamar. Tingkahnya tak biasa. Mengendap bagai pencuri, bergeming bagai dihakimi, sembari kedua matanya teliti mencermati pemandangan kamar yang remang.
Pikirnya sudah mengerti tentang hal apa saja yang ada di kamar tersebut. Setelah dia membuka pintu, tentu akan menjatuhkan sesuatu dari meja rias jika dia menggeser tubuhnya ke kanan. Dan akan menabrak tembok jika menggesernya ke kiri. Maka bersikap hati-hati adalah harga mati. Setidaknya sampai dia menemukan saklar lampu kamar itu.
Dia berjalan maju. Perlahan menuju tempat saklar ditempatkan. Tepat di samping meja belajar dekat Veranda biasa berbaring sepanjang malam.
Rasanya memang sudah tidak sabar untuk menyoroti kue yang tengah dia pegang dengan lampu kamar. Kue buatannya tadi pagi, terhias indah dengan barisan lilin kecil sebanyak duapuluh tiga buah.
Ini akan menjadi kejutan terhebat darinya. Semoga saja demikian.
*cetak*
Sebelah tangannya berhasil meraih saklar. Akhirnya.
Menyebabkan segala isi ruangan tersorot cahaya lampu kamar. Baik meja rias, meja belajar, lemari pakaian, dan selimut berhasil terekam baik oleh retina.
Tapi sayangnya tidak dengan Veranda.
"Veranda?"
Kinal meninggalkan kalimat tanya. Sosok yang dia inginkan ternyata tak ada. Mencoba menerka berada di kamar mandipun juga salah. Karena kenyataannya memang Veranda nihil untuk sementara ini.
"Tante, Aaroon!"
Kinal menuruni tangga dengan panik. Meninggalkan kue kejutan di meja belajar Veranda.
"Ada apa, dek?" jawab wanita separuh baya sembari menonton televisi di ruang tengah.
"Veranda kok nggak ada di kamar, katanya tadi udah pulang?"
"Loh? Padahal tadi udah pamit tidur."
Kinal bergeming. Kedua bahunya lemas. Ekspektasi yang beberapa hari dia bangun, harus runtuh begitu saja.
Apa mungkin Veranda sedang berada di halaman belakang?
"Nggak ada, kak."
Teriak Aaron setelah keluar dari halaman belakang. Diikuti dengan langkah kakinya yang masih bertenaga mencari kakaknya di ruangan lain.
"Hapenya juga nggak aktif. Mamah jadi khawatir."
Raut wajah Kinal murung seketika melihat kenyataan bahwa pesan LINE kepada Veranda tak terkirim. Sebuah centang sukses melengkapi gelisahnya.
"Di kamar Aaron juga nggak ada. Di mana-mana nggak ada kak Ve." Konfirmasi Aaron lengkap sudah.
Memberikan tanda bahaya.
"Aku tahu di mana dia sekarang!" pekik Kinal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayup
FanfictionSebuah wansut untuk meramaikan ulang tahun Veranda sahaja. Tidaklah lebih.